Warga Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Klaten, menggelar tradisi Grebeg Sura Tanjungsari, Jumat (11/7/2025) siang. (Solopos - Taufiq Sidik Prakoso)
Harianjogja.com, KLATEN – Warga Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Klaten, menggelar tradisi tahunan bernama Grebeg Sura Tanjungsari, Jumat (11/7/2025) siang. Tradisi itu sudah berlangsung selama ratusan tahun yang digelar setiap memasuki Bulan Sura.
Selepas Salat Jumat, warga sudah berkerumun di bawah tenda yang didirikan pada kompleks gedung serbaguna Tanjungsari untuk melaksanakan Grebeg Sura. Mereka membawa aneka makanan yang ditata rapi pada meja.
Rata-rata warga membawa ingkung, tumpeng, serta pisang raja yang sudah siap disantap. Tak hanya itu, aneka makanan lainnya seperti sayur dan lauk pauk, camilan hingga buah-buahan yang dihias aneka bentuk.
Makanan-makanan itu memenuhi meja yang ditata rapi membentuk barisan. Di tepian kawasan terdapat beberapa gunungan yang berisi aneka jajanan.
Suara gamelan mengiringi kegiatan siang itu. Rangkaian diisi dengan pementasan tarian hingga acara seremonial. Tak hanya itu, ada doa lintas agama yang dibacakan para pemuka agama setempat dari Kristen, Hindu serta Islam.
Selepas doa bersama, warga berebut isi gunungan. Sementara itu, warga yang sudah berkerumun di masing-masing meja saling berbagi makanan.
Sekretaris Desa (Sekdes) Dlimas, Irene Galuh Kusumaningrum, mengungkapkan kegiatan tersebut menjadi tradisi tahunan yang digelar setiap Jumat Wage atau Jumat Kliwon setelah tanggal 8 Bulan Sura.
“Acara ini sudah berlangsung secara turun temurun. Kalau secara pasti memang belum ada literaturnya. Tetapi diperkirakan ini sudah berlangsung sejak abad ke-18 atau ke-19,” jelas Galuh saat ditemui seusai kegiatan.
Kegiatan itu bertujuan sebagai ungkapan syukur atas kesehatan hingga keberkahan rezeki. Selain itu, grebeg sura berisi harapan untuk tahun-tahun berikutnya.
“Kegiatan ini sekaligus memohon berkah untuk memasuki tahun baru supaya di tahun selanjutnya diberikan keselamatan, kesehatan serta rezeki yang barokah dan lancar,” jelas Galuh.
Rangkaian kegiatan sudah berlangsung sejak Minggu (6/7/2025). Kegiatan diawali dengan gotong royong atau bersih desa terutama di wilayah Tanjungsari.
Pada Kamis (10/7/2025) malam, ada malam midodareni diisi pengajian serta doa bersama. Selain itu, ada penerimaan sumbangan dari warga sekitar serta warga dari luar daerah.
“Terkadang warga dari luar daerah itu juga ikut menyumbang. Mungkin punya nazar dan lain sebagainya,” kata Galuh.
Ingkung dan Tumpeng
Rangkaian kegiatan berlanjut pada Jumat (11/7/2025) dengan kenduri serta doa lintas agama. Pada kegiatan itu, seluruh warga membawa aneka makanan dengan menu yang biasanya dibawa yakni ingkung, pisang raja dan tumpeng.
Setelah acara sedekah bumi, ada pentas tayub di lokasi kegiatan. Malam harinya, ada pentas wayang orang serta tarian tradisional.
“Selanjutnya pada Sabtu ada pentas ketoprak,” jelas Galuh.
BACA JUGA: Diseruduk Sugeng Rahayu di Sragen, Pemotor Asal Klaten Tewas, Seorang Lainnya Luka Serius
Galuh berharap kegiatan itu bisa semakin merukunkan warga. Selain itu, kegiatan semakin menumbuhkan semangat gotong royong menjaga kebersihan desa.
“Warga Dlimas yang beragam terutama secara agama, harapannya melalui kegiatan ini semuanya nyawiji. Kemudian gotong royong saling membantu mewujudkan bersih desa. Desanya guyub, maju terutama kebudayaan terjaga sampai ke generasi-generasi mendatang,” kata Galuh.
Kegiatan Grebeg Sura Tanjungsari itu dihadiri Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, serta Ketua TP PKK Klaten, Fahrani Hamenang. Selain itu, kegiatan dihadiri sejumlah pejabat Pemkab serta Forkopimcam.
Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan tradisi tahunan yang sudah berlangsung secara turun temurun. Hamenang mengungkapkan kegiatan itu sarat makna. Selain melestarikan budaya, ada nilai toleransi yang terus dijaga warga Dlimas.
“Ini mencerminkan bagaimana luhurnya budaya kita. Mencerminkan guyubnya warga. Dari sejarahnya Klaten memang kota toleransi. Sejak dulu waga Klaten sudah guyub. Sebagai generasi penerus, kita wajib melestarikan. Ke depan semoga gemah ripah lohjinawi,” ungkap Hamenang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : espos.id