Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri (kerudung putih) didampingi Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih saat meninjau workshop produk dekorasi rumah berbasis ekspor di kawasan Trirenggo, Bantul Rabu (26/11/2026) - Yosef Leon
Harianjogja.com, BANTUL—Kinerja ekspor kerajinan Bantul terus tumbuh dan pemerintah meminta peran perempuan diperluas dalam industri sehingga manfaat ekonomi makin dirasakan keluarga dan masyarakat.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) RI, Dyah Roro Esti Widya Putri, mengatakan kinerja ekspor terutama produk dekorasi rumah nasional terus menunjukkan tren yang positif. Menurutnya, itu merupakan salah satu bukti bahwa UMKM bisa menjadi motor yang tak hanya menguatkan neraca dagang, tetapi juga menciptakan efek domino bagi ekonomi masyarakat.
Roro memaparkan bahwa ekspor produk dekorasi rumah Indonesia sepanjang 2020–2024 mencapai 19,98 persen. Sementara itu, pada Januari–September 2025, angka tersebut naik sekitar 5,5 persen. Kementerian Perdagangan bahkan mencatat kinerja ekspor nasional tahun ini sudah menembus lebih dari 8 persen, melampaui target 7–8 persen.
“Ini kerja keras luar biasa dari para pelaku usaha. Produk kita diminati dunia karena kualitas dan keberlanjutan yang dijaga dari hulu hingga hilir,” ujarnya dalam pelepasan ekspor produk dekorasi rumah ke Amerika Serikat dan Belgia di kawasan Trirenggo, Bantul, Rabu (26/11/2026).
Dalam kesempatan itu, Roro juga menyoroti aspek keberlanjutan dari produk dekorasi rumah yang diekspor dengan nilai 30.000 US dolar tersebut. Produk itu, kata dia, memanfaatkan limbah serat alam menjadi produk bernilai tambah. Menurutnya, model ini tidak hanya berorientasi ekspor, tetapi juga memperluas peran ekonomi masyarakat.
“Saya melihat di sini perempuan dan laki-laki terlibat dalam proses produksi. Efek domino tercipta, memberi ruang ekonomi baru bagi keluarga dan ke depannya kami harap semakin banyak pelaku ekspor yang melibatkan pekerja perempuan,” katanya.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menyatakan bahwa wilayahnya merupakan daerah dengan tradisi kuat di sektor kerajinan. Status Kabupaten Kreatif subsektor kriya telah dikukuhkan sejak 2017 oleh Bekraf dan dipertegas kembali pada 2023 oleh Kemenparekraf. “Kami memiliki banyak sentra industri kreatif seperti bambu, kulit Manding, gerabah, hingga batik. Tetapi hampir semua bahan baku kami impor. Warga Bantul hidup dari kreativitas,” kata Halim.
Meskipun lahan sempit dan minim sumber daya alam, industri kreatif justru menjadi penopang terbesar ekonomi Bantul dengan kontribusi 14,08 persen terhadap PDRB. Sektor pertanian (13,47 persen) dan pariwisata (12,75 persen) menyusul di posisi berikutnya. "Maka pelepasan ekspor ini semakin memperkuat posisi industri kreatif Bantul di kancah internasional,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


















































