Bolehkah Shalat Tahajud tanpa tidur dulu? Begini penjelasannya

2 weeks ago 11

Jakarta (ANTARA) - Banyak orang memilih malam hari sebagai waktu terbaik untuk lebih dekat dengan Allah, salah satunya lewat shalat Tahajud.

Namun, sering muncul pertanyaan: bagaimana jika ingin melaksanakan Tahajud tapi belum sempat tidur? Apakah shalat itu tetap dihitung sebagai Tahajud, atau justru menjadi shalat sunnah biasa?

Pertanyaan ini cukup sering ditemui, khususnya di kalangan anak muda atau pekerja dengan jadwal tidur yang tidak menentu. Tidak sedikit yang memilih langsung shalat di tengah malam tanpa tidur terlebih dahulu, daripada melewatkannya. Lalu, apa sebenarnya pandangan para ulama mengenai hal ini?

Baca juga: Doa setelah shalat tahajud anjuran Rasulullah, arab latin dan artinya

Syarat Shalat Tahajud menurut ulama

Dalam Islam, Tahajud adalah shalat sunnah yang memiliki keutamaan besar. Namun, ada syarat penting yang perlu diperhatikan: shalat Tahajud dilakukan setelah seseorang tidur, meskipun hanya sebentar. Jika shalat malam dilakukan tanpa tidur lebih dulu, maka shalat tersebut tetap berpahala, tetapi tidak termasuk dalam kategori Tahajud.

Hal ini ditegaskan dalam kitab Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj karya Imam Romli. Beliau menjelaskan bahwa Tahajud adalah shalat sunnah malam yang dikerjakan setelah tidur. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairomi dalam Hasyiyatul Bujairomi ala Syarhil Minhaj. Ia menambahkan bahwa meskipun tidurnya singkat, bahkan jika hanya sebentar sebelum shalat Isya, Tahajud tetap dilakukan setelah Isya.

Shalat sunnah lain sebagai alternatif

Jadi, jika belum sempat tidur sama sekali, shalat yang dilakukan tetap bernilai ibadah. Hanya saja, ia tidak disebut sebagai Tahajud. Sebagai gantinya, seseorang bisa mengerjakan shalat sunnah lain seperti shalat Hajat, shalat Tasbih, shalat Witir, atau ibadah sunnah malam lainnya. Intinya, ibadah malam tetap dianjurkan hanya istilah dan hukumnya yang berbeda. Wallahu a‘lam.

Baca juga: Doa setelah shalat tahajud anjuran Rasulullah, arab latin dan artinya

Tata cara, niat dan doa Shalat Tahajud

Berikut panduan pelaksanaan shalat Tahajud:

1. Tata cara pelaksanaan

Shalat Tahajud dilakukan dua rakaat salam, sebagaimana shalat sunnah lainnya.

2. Lafal niat

Berikut bacaan niat shalat Tahajud:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Aku menyengaja shalat sunnah Tahajud dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Niat ini cukup diucapkan dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.

Baca juga: Keistimewaan Shalat Tahajud menurut Al Quran dan hadis

3. Doa setelah shalat Tahajud

Setelah salam atau selesai seluruh rangkaian shalat kemudian membaca doa yang dipanjatkan Rasulullah berdasarkan riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim sebagaimana berikut:

اَللهم رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاءُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهم لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لآ اِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

Allâhumma rabbanâ lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta mâlikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haqq. Wa wa‘dukal haqq. Wa liqâ’uka haqq. Wa qauluka haqq. Wal jannatu haqq. Wan nâru haqq. Wan nabiyyûna haqq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haqq. Was sâ‘atu haqq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa ‘alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

“Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah.

Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”

Baca juga: Shalat tahajud, tata cara dan keutamaannya

Baca juga: Panduan lengkap Shalat Tahajud: niat, tata cara, dan doa

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |