Xi mengusung gagasan "keluarga Asia" bisa keluar dari tekanan tarif Amerika Serikat.
Kamis, 17 Apr 2025 16:21:00

Presiden China Xi Jinping melakukan rangkaian kunjungan terhadap beberapa negara di Asia Tenggara. Dalam kunjungan tersebut, Xi mengusung gagasan "keluarga Asia" bisa keluar dari tekanan tarif Amerika Serikat.
Dilansir dari Bloomberg, Xi mendarat di Phnom Penh untuk mengawali perjalanan terakhirnya ke tiga negara saat pemerintahan Trump bersiap untuk mencari kerja sama mitra dagang dalam mengepung Beijing. Pemimpin China tu menekankan solidaritas dalam pidatonya pada jamuan makan malam kenegaraan di Malaysia sehari sebelumnya, ketika kedua negara menandatangani berbagai kesepakatan sebagai tanda hubungan ekonomi yang semakin erat.
“Tiongkok dan Malaysia akan berdiri bersama negara-negara di kawasan ini untuk melawan arus bawah konfrontasi geopolitik dan berbasis blok,” kata Xi di ibu kota administratif Malaysia, Putrajaya. “Bersama-sama kita akan menjaga prospek cerah keluarga Asia kita.”
Dorongan diplomatik ini diperkuat oleh pernyataan bersama yang dirilis pada hari Kamis, di mana Tiongkok dan Malaysia sepakat untuk meningkatkan kolaborasi di bidang industri, rantai pasokan, data, dan bakat. Mereka berkomitmen untuk melaksanakan Program Lima Tahun untuk Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan serta membangun "komunitas strategis Malaysia-Tiongkok tingkat tinggi."
Dalam sindiran terselubung lainnya terhadap AS, pemimpin Tiongkok itu menegaskan kembali seruannya untuk melawan unilateralisme dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Kamis di media Kamboja menjelang kedatangannya di ibu kota.
“Bersama-sama kita harus melawan hegemonisme, politik kekuasaan,” tulisnya, seraya menambahkan bahwa kedua negara tetangga harus “dengan tegas menentang segala upaya kekuatan eksternal untuk mencampuri urusan dalam negeri kita, untuk menimbulkan perpecahan.”
Asia Tenggara Jadi Lawatan Pertama Xi di Tengah Perang Dagang
Komentar Xi muncul saat Beijing menghadapi perang dagang yang meningkat dengan AS. Bloomberg News melaporkan bahwa Washington tengah bersiap meminta negara-negara untuk mengambil langkah-langkah guna membatasi kekuatan manufaktur China, termasuk mengenakan apa yang disebut tarif sekunder pada barang-barang China, sebagai imbalan atas keringanan tarif.
Baik Tiongkok maupun AS tampaknya bersikukuh mempertahankan pendirian mereka setelah Trump menaikkan pungutan atas barang-barang Tiongkok hingga sebesar 145% dan Beijing membalas dengan tarif sekitar 125% atas impor AS.
Xi menjadikan Asia Tenggara sebagai tujuan perjalanan luar negeri pertamanya tahun ini, karena ia berusaha mencegah negara-negara tersebut membuat kesepakatan dengan AS yang merugikan negaranya. Meskipun mendapat penangguhan selama 90 hari, ancaman Trump untuk menaikkan tarif secara drastis telah memaksa banyak pemerintah di kawasan tersebut untuk bersikap hati-hati di antara kedua kekuatan tersebut.
Sebagai bukti keberhasilan diplomatik awal Xi, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menerbitkan pernyataan yang menunjukkan bahwa ia mendapat dukungan penuh dari Malaysia. Perdana Menteri Anwar Ibrahim memuji Xi sebagai "pemimpin luar biasa" dan menyatakan penentangannya terhadap kemerdekaan Taiwan, negara demokrasi yang diperintah sendiri yang diklaim oleh Beijing.
Anwar juga mengatakan bahwa negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara “tidak akan mendukung tarif perdagangan sepihak apa pun,” karena negaranya memegang jabatan ketua bergilir di blok tersebut, menurut pernyataan Tiongkok.
Tur regional Xi dimulai di Vietnam pada hari Senin, ketika para pemimpin Vietnam memberikan sambutan hangat kepada Xi dan menandatangani 45 kesepakatan untuk memperdalam hubungan ekonomi.
Hanoi merilis pernyataan bersama yang menyatakan bahwa kedua pihak “menentang unilateralisme” dan tindakan apa pun yang membahayakan perdamaian dan stabilitas regional — sebagian besar sesuai dengan bahasa yang digunakan di masa lalu.
Artikel ini ditulis oleh


Beda dengan China, Negara ASEAN Pilih Dialog dengan Trump dan Tak Beri Tarif Balasan
Kebijakan berbeda diambil pemerintahan di negara ASEAN termasuk Indonesia yang lebih memilih akan melakukan negosiasi dengan pemerintahan Donald Trump.

"China Tak Ingin Berperang, tapi Kami Tak Diam Saat Kepentingan Rakyat Dirugikan"
China mengambil tindakan balasan yang diperlukan terhadap tindakan intimidasi AS demi menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembanguna.
China 6 hari yang lalu


11 Negara Respons Kebijakan Tarif Impor Donald Trump, Ada yang Langsung Ambil Tindakan Balasan
Donald Trump juga telah memberlakukan tarif sebesar 20 persen untuk barang-barang yang berasal dari Uni Eropa.
