Jakarta, CNN Indonesia --
Di tengah gempuran serangan udara Israel, umat Islam Palestina tetap berbondong-bondong melaksanakan Salat Idulfitri di masjid-masjid yang masih berdiri.
Semangat mereka untuk merayakan hari kemenangan setelah sebulan berpuasa tidak surut meskipun ancaman serangan masih membayangi.
Dikutip Al Jazeera, Mansour Shouman, seorang jurnalis Palestina sekaligus mantan penduduk Gaza, mengatakan masyarakat Gaza tetap berusaha menjalankan tradisi Idulfitri meskipun dalam kondisi yang sulit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti yang Anda lihat sejak pagi hari, di mana pun memungkinkan, para saudara dan saudari, ibu, ayah, kakek-nenek, serta anak-anak akan mengunjungi masjid untuk memastikan bahwa ikatan sosial dan struktur keluarga yang telah lama kuat di Gaza tetap terjaga," ujarnya.
Shouman menekankan bahwa rasa hormat kepada orang tua sangat dijunjung tinggi di Gaza. Para lansia biasanya memimpin kunjungan keluarga saat Idulfitri dan memastikan jika ada perselisihan di antara anggota keluarga, mereka dapat diselesaikan selama perayaan berlangsung.
Namun, ia juga menyoroti kesulitan ekonomi yang semakin memburuk akibat blokade dan perang. Krisis uang tunai yang melanda Gaza serta kondisi kehidupan yang semakin parah membuat anak-anak di generasi ini tidak dapat merasakan perayaan Idulfitri seperti yang pernah dinikmati oleh kakak-kakak mereka di tahun-tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, di tengah keterbatasan dan ancaman serangan, warga Palestina tetap mempertahankan semangat Idulfitri dengan berkumpul bersama keluarga dan menjalankan tradisi keagamaan yang telah diwariskan turun-temurun.
Sebelumnya, Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel pada Minggu (30/3) dini hari menghantam sebuah rumah dan tenda yang menampung pengungsi di Khan Yunis, menewaskan setidaknya delapan orang, termasuk lima anak-anak.
Insiden ini terjadi saat warga Palestina merayakan hari pertama Idulfitri di tengah konflik yang masih berlangsung.
"Delapan orang menjadi syahid, termasuk lima anak-anak, setelah serangan udara Israel sebelum fajar menghantam sebuah rumah dan tenda pengungsi di Khan Yunis," kata juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, kepada AFP.
Serangan ini terjadi di saat Hamas dan Israel mengakui telah menerima usulan gencatan senjata baru dari mediator yang bertujuan menghentikan pertempuran di Gaza selama perayaan Idulfitri.
Gencatan senjata sementara yang sempat memberikan ketenangan relatif di Jalur Gaza runtuh pada 18 Maret ketika Israel kembali melancarkan serangan udara dan ofensif darat di wilayah Palestina tersebut.
Pada saat yang sama, mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat terus berupaya menegosiasikan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.
Seorang pejabat senior Hamas pada Sabtu mengonfirmasi bahwa kelompoknya telah menyetujui proposal gencatan senjata terbaru yang diajukan para mediator dan mendesak Israel untuk menyetujui kesepakatan tersebut.
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi telah menerima proposal tersebut dan menyatakan bahwa Israel telah mengajukan kontra usulan sebagai tanggapan. Namun, rincian dari upaya mediasi terbaru ini masih belum diungkapkan.
(isn/isn)