- PERISTIWA
- REGIONAL
Hingga kini belum ada penelitian yang secara signifikan membuktikan hubungan langsung keduanya.
Jumat, 11 Apr 2025 20:07:00

Sebuah unggahan viral di media sosial menunjukkan seorang wanita muda mengeluhkan sakit kepala yang tak kunjung sembuh selama dua tahun. Setelah menjalani fisioterapi selama enam bulan pasca operasi, hasil CT scan menunjukkan adanya tumor berukuran lebih dari dua sentimeter yang bersarang di otaknya.
Informasi yang beredar di akun Instagram @nyinyir_update_official menyebut, penyebab tumor tersebut diduga berkaitan dengan efek jangka panjang dari penggunaan suntik KB.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, dr Elhamangto Zuhdan, M.K.M menyatakan, pihaknya masih menelusuri keberadaan dan identitas penderita tumor otak yang dikabarkan berasal dari Pemalang.
"Infonya penderita asal Pemalang. Tapi identitas penderita masih kami telusuri. Di rumah sakit belum ditemukan," katanya saat dikonfirmasi, Jumat (11/4).
Tumor Bisa Tumbuh Sebelum Penggunaan KB
Terkait dugaan hubungan antara suntik KB dan tumor otak, Elhamangto menegaskan, hingga kini belum ada penelitian yang secara signifikan membuktikan hubungan langsung keduanya.
"Jadi sifatnya masih asumtif, belum bisa dipastikan bahwa itu karena penggunaan KB. Artinya meski ada sampel menunjukkan adanya signifikan tapi ada faktor yang lain," ungkapnya.
Ia menambahkan, faktor penyebab tumor otak sangat beragam dan tidak bisa langsung dikaitkan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti suntik KB atau pil.
"Jadi belum bisa dikatakan pemberian KB suntik maupun hormonal ini sebagai penyebab tunggal terjadinya kasus tumor otak pada penderita," jelasnya.
Elhamangto juga menjelaskan, bisa saja tumor telah tumbuh sejak lama, bahkan sebelum penggunaan suntik KB dilakukan. Dalam banyak kasus, pertumbuhan tumor dan periode penggunaan KB hanya terjadi secara beririsan.
"Itu namanya sifatnya beririsan. Artinya periode tumor otak tumbuh, kemudian penderita pada periode pemberian KB suntik jangka panjang, ketika jangka panjang muncul pas tumor otaknya pada ukuran yang mengganggu," pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh

D
Reporter
- Danny Adriadhi Utama


Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Komnas KIPI: Tidak Sebabkan Kasus Pembekuan Otak di Indonesia
Jamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p


Penelitian Terbaru ungkap HP Tidak Meningkatkan Risiko Kanker Otak
enelitian terbaru yang ditinjau oleh WHO menunjukkan tidak ada bukti bahwa radiasi gelombang radio dari ponsel berhubungan dengan risiko kanker otak.

Penjelasan Ahli Kesehatan Usai Heboh Efek Samping Vaksin AstraZeneca hingga Ditarik dari Peredaran
Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.

WHO Resmi Golongkan Bedak Talkum Mungkin Bersifat Karsinogen pada Manusia
Bedak tabur atau bedak talkum baru digolongkan oleh WHO karena mungkin besifat karsinogen pada manusia.

Penelitian Terbaru WHO Ungkap Bahwa Penggunaan Smartphone Bukanlah Penyebab Kanker Otak
Selama ini, penggunaan smartphone kerap dianggap bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian terbaru WHO ungkap dampaknya terhadap otak.

Mengenal TTS, Penyakit yang Dikaitkan dengan Efek Samping Vaksin AstraZeneca
Hebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.

Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
