CNN Indonesia
Minggu, 30 Mar 2025 07:51 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Gempa bumi yang terjadi di Myanmar pada Jumat (28/3) terus mendulang korban jiwa seiring dengan penyelamatan dan pencarian korban dilakukan oleh petugas.
Gempa Myanmar terjadi pada Jumat (28/3) dengan kekuatan magnitudo 7,7. Episentrum gempa terletak di regional Sagaing, sangat dekat dengan Mandalay.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gempa tersebut terjadi di kedalaman dangkal, yakni 10 kilometer, tepatnya di atas sesar Sagaing yang merupakan sesar mendatar atau strike-slip.
Gempa itu menjadi yang terbesar di Myanmar semenjak 1912 dan getarannya terasa hingga ke Bangkok, Thailand, dan Yunan, di China. Selain itu, gempa ini menjadi yang paling mematikan dan paling merusak sejak Myanmar merdeka pada 1948.
Berikut sejumlah fakta terbaru gempa Myanmar:
Jumlah korban terbaru
Diberitakan AFP pada Minggu (30/3) dini hari, junta militer mengatakan jumlah korban gempa Myanmar hingga saat ini sudah mencapai 1.644 orang meninggal, lebih dari 3.400 orang terluka, dan setidaknya ada 139 yang dikonfirmasi masih hilang.
Angka tersebut melonjak nyaris 1.000 orang kurang dari 24 jam sejak diumumkan terakhir kali.
Terputusnya saluran komunikasi menyebabkan pemerintah militer Myanmar belum bisa melaporkan jumlah korban tewas secara pasti. Diperkirakan jumlah korban akan terus meningkat signifikan.
Sementara itu di Thailand, dilaporkan sebanyak 10 orang tewas. Menurut laporan CNN per Sabtu (29/3), pihak berwenang Thailand menduga lebih dari 100 orang terjebak di bawah reruntuhan gedung yang sedang dibangun.
Saat gempa terjadi, salah satu gedung yang dibangun untuk kantor pemerintah ambruk. Para pejabat mengatakan terdapat puluhan orang yang terjebak di sana.
Ribuan bangunan rusak
Gempa di Myanmar itu juga menyebabkan lebih dari 2.000 laporan kerusakan struktural terjadi di gedung-gedung di Bangkok, Thailand. Atas laporan itu, pemerintah Thailand merencanakan inspeksi 700 bangunan.
"Keretakan bangunan tersebut terutama dilaporkan terjadi di pusat kota, tempat gedung-gedung tinggi terkonsentrasi. Keselamatan adalah prioritas kami," kata Gubernur Bangkok, Chadchart Sittipunt seperti diberitakan AFP.
"Meskipun satu bangunan yang sedang dibangun runtuh, tidak ada bangunan yang telah selesai dibangun, yang mengalami kehancuran imbas gempa," imbuh dia.
Di tempat lain di Mandalay, Myanmar, puluhan orang bersiap untuk tidur di jalan, lebih memilih tidur di tempat terbuka daripada mengambil risiko di gedung-gedung yang rusak akibat gempa.
Lanjut ke sebelah...