- UANG
- EKONOMI
Titiek Puspa pernah terpaksa menjual perhiasannya untuk ditukarkan dengan bahan makanan.
Kamis, 10 Apr 2025 18:33:00

Titiek Puspa telah berpulang. Penyanyi, penulis lagu, dan aktris terkenal Indonesia ini meninggal dunia pada hari Kamis, 10 April 2025, di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, tepatnya pada pukul 16.25 WIB. Sebelum meninggal, Titiek Puspa dirawat di rumah sakit akibat dugaan stroke dan sempat menjalani operasi karena pecahnya pembuluh darah.
Meski mencapai kesuksesan sebagai penyanyi, perjalanan hidup Titiek Puspa dipenuhi dengan berbagai suka dan duka. Khususnya, dia pernah merasakan pahitnya kehidupan di masa penjajahan Jepang. Pada saat itu, kondisi perekonomian Indonesia sangat buruk, sehingga Titiek Puspa kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.
Dalam sebuah laporan terungkap bahwa ibunda Titiek Puspa terpaksa menjual perhiasannya untuk ditukarkan dengan bahan makanan. Tindakan ini diambil demi memenuhi kebutuhan suami dan dua belas anaknya.
Dalam menghadapi kesulitan ekonomi tersebut, Titiek Puspa memutuskan untuk berjualan makanan. Dalam buku berjudul Titiek Puspa A Legendary Diva karya Alberthiene Endah, diceritakan bahwa ada empat jenis makanan yang pernah dijual oleh Titiek Puspa. Salah satunya adalah kue.
Masa penjajahan Jepang membawa banyak kesengsaraan bagi kehidupan Titiek Puspa. Kondisi kemiskinan semakin parah dan bahan makanan semakin sulit ditemukan. Akhirnya, keluarga Titiek Puspa memilih untuk berjualan kue, di mana ibundanya membuat berbagai jenis kue dengan bahan dasar singkong, seperti getuk, lemet, ongol-ongol, dan sentiling.
Pindah ke Jawa Tengah

Setelah hijrah ke Kutoarjo, Jawa Tengah, Titiek Puspa dan keluarganya tinggal di rumah sanak saudaranya. Untuk tidak merepotkan, ia mengikuti permintaan ibunya untuk menjual wedang di stasiun kereta Kutoarjo. Pendapatan dari penjualan wedang tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya selama dua hari. Apabila persediaan makanan habis, Titiek Puspa terpaksa harus memungut sisa-sisa makanan yang ditemukan di jalanan.
Rempeyek
Beberapa waktu setelah menetap di Kutoarjo, keluarga Titiek Puspa memutuskan untuk pindah ke Ambarawa. Di tempat baru ini, dia kembali menjual makanan demi kelangsungan hidup keluarganya. Kali ini, Titiek Puspa memilih untuk menjajakan rempeyek. Di pagi hari yang masih gelap, pelantun lagu "Apanya Dong" ini sudah beranjak dari rumah dengan membawa tampah berisi rempeyek yang diletakkan di atas kepalanya.
Bisnis Es Mambo

Memasuki tahun 1965, ketegangan politik di Indonesia semakin meningkat. Hal ini berdampak pada karier Titiek Puspa yang kehilangan banyak kesempatan untuk tampil sebagai penyanyi.
Selain itu, ketersediaan bahan pokok untuk memasak juga mulai menipis. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Titiek Puspa memutuskan untuk berjualan es mambo. Namun, keuntungan dari usaha tersebut hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari dan sebagai modal untuk melanjutkan usaha berjualan.
Artikel ini ditulis oleh


Menu Perjuangan Propaganda Jepang Bikin Rakyat Kelaparan dan Kurang Gizi
Pada masa pendudukan Jepang, masyarakat dipaksa memakan roti dan bubur sebagai pengganti nasi.

Karayuki-san, Potret Gelap dan Mengerikan Wanita Penghibur Jepang di Nusantara
Wanita-wanita ini disebut Karayuki-san. Mereka dipekerjakan di rumah-rumah bordil yang tersebar di Sumatera dan Jawa.


Namun nyatanya, sosok Kapitan bernama Nyai Gan Djie yang dipandang sebelah mata itu justru membantu perkembangan ekonomi di Batavia.