Penggunaan gawai berlebihan dapat membahayakan kesehatan mata anak.
Sabtu, 19 Apr 2025 15:00:00

Di era digital saat ini, anak-anak semakin akrab dengan berbagai perangkat elektronik seperti ponsel pintar, tablet, komputer, hingga konsol video game. Gawai bukan lagi sekadar alat bantu, tetapi sudah menjadi bagian dari keseharian mereka—baik untuk belajar, bermain, hingga bersosialisasi. Namun, di balik manfaatnya, penggunaan gawai yang berlebihan menyimpan ancaman serius, khususnya bagi kesehatan mata anak-anak.
Ketegangan mata digital atau digital eye strain kini menjadi kekhawatiran yang semakin meningkat. Semakin lama anak menghabiskan waktu di depan layar, semakin besar pula risiko gangguan penglihatan yang mereka hadapi. Mata yang masih berkembang lebih rentan terhadap paparan cahaya biru dari layar digital, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, penglihatan kabur, hingga kerusakan jangka panjang.
Menurut Dr. Samar Sengupta, Konsultan Oftalmologis di Dr. Agarwals Eye Hospital, Kolkata, “Anak-anak lebih rentan mengalami ketegangan mata digital dibandingkan orang dewasa karena mata mereka masih dalam tahap perkembangan dan lebih sensitif terhadap cahaya biru yang dipancarkan oleh layar.” Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memahami gejala awal serta mengambil langkah pencegahan sejak dini.
Tanda-Tanda Kerusakan Mata Akibat Penggunaan Gawai
Tidak semua orang tua menyadari bahwa keluhan yang dialami anak bisa jadi merupakan sinyal bahaya dari mata yang mulai mengalami kerusakan. Ketika anak mengeluh merasa tidak nyaman, atau tiba-tiba mengalami perubahan perilaku, bisa jadi itu disebabkan oleh ketegangan mata digital yang mereka alami.
Berikut adalah gejala umum digital eye strain pada anak yang perlu diwaspadai:
- Nyeri dan kelelahan pada mata, mata terasa kering atau perih
- Kemerahan dan iritasi pada mata
- Sakit kepala yang berulang
- Penglihatan menjadi buram
- Nyeri di leher, bahu, atau punggung akibat postur yang salah saat menatap layar
- Kesulitan dalam memfokuskan pandangan
- Sensitivitas tinggi terhadap cahaya (fotofobia)
Gejala-gejala ini sering kali diabaikan atau disalahartikan sebagai kelelahan biasa. Padahal, bila dibiarkan, ketegangan mata digital dapat berkembang menjadi gangguan penglihatan permanen seperti miopia (rabun jauh), yang kini semakin banyak diderita anak-anak usia sekolah.
Lebih lanjut, paparan layar yang terus-menerus juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan perkembangan anak secara menyeluruh. Anak menjadi cepat lelah, mengalami gangguan tidur, penurunan kemampuan fokus dan konsentrasi, bahkan mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa serta gangguan perilaku seperti agresivitas dan stres. Dalam kasus ekstrem, hal ini dapat memicu kecanduan, kecemasan, dan depresi.
Mengapa Anak Lebih Rentan Dibandingkan Orang Dewasa?
Mata anak-anak tidak hanya lebih sensitif, tetapi juga belum sepenuhnya berkembang. Ketika mereka terlalu lama menatap layar, mata mereka bekerja lebih keras untuk mempertahankan fokus, terutama pada objek yang dekat. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan otot mata, yang dalam jangka panjang memicu percepatan perkembangan miopia.
Selain itu, anak-anak cenderung lebih jarang berkedip dibandingkan orang dewasa saat menggunakan gawai. Kebiasaan ini menyebabkan mata menjadi kering karena lapisan air mata cepat menguap, menambah rasa tidak nyaman dan meningkatkan risiko iritasi.
Satu hal yang tak kalah penting, anak-anak sering kali belum mampu mengenali atau mengkomunikasikan gejala yang mereka rasakan. Inilah sebabnya, peran orang tua menjadi sangat krusial dalam mendeteksi dan mencegah kerusakan mata akibat penggunaan gawai secara berlebihan.
Batasan Waktu Layar Menurut Usia Anak

Agar anak terhindar dari bahaya penggunaan layar yang berlebihan, American Academy of Pediatrics (AAP) telah menetapkan rekomendasi waktu penggunaan layar berdasarkan usia. Panduan ini menjadi acuan penting bagi orang tua dalam mengatur kegiatan anak sehari-hari:
- Bayi (0–18 bulan): Tidak disarankan terpapar layar sama sekali
- Balita (18–24 bulan): Batasi maksimal 1 jam per hari dan hanya untuk konten edukatif
- Anak prasekolah (2–5 tahun): Maksimal 1 jam per hari untuk konten berkualitas
- Anak usia sekolah (6–12 tahun): Batasi waktu layar rekreasional hingga 1–2 jam per hari, dengan konten yang sesuai usia
- Remaja (13 tahun ke atas): Diperbolehkan fleksibilitas, namun perlu batasan yang jelas untuk menjaga keseimbangan
Dengan memahami batasan ini, orang tua dapat menyusun jadwal harian yang lebih seimbang antara aktivitas digital dan non-digital, guna menjaga kesehatan mata sekaligus mendukung perkembangan kognitif dan sosial anak.
Tips Efektif untuk Mencegah Ketegangan Mata Digital
Menghindari penggunaan gawai sama sekali bukanlah solusi realistis di era modern ini. Namun, ada sejumlah langkah praktis yang dapat dilakukan orang tua untuk mengurangi risiko ketegangan mata digital pada anak-anak.
Beberapa tips yang direkomendasikan oleh ahli mata antara lain:
- Terapkan aturan 20-20-20: Setiap 20 menit, ajak anak mengalihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik.
- Sesuaikan pengaturan layar: Kurangi kecerahan, tingkatkan kontras, dan perbesar ukuran teks agar lebih nyaman dilihat.
- Perhatikan pencahayaan ruangan: Gunakan pencahayaan yang cukup, tidak terlalu terang atau redup, dan hindari penggunaan gawai dalam kondisi gelap, terutama sebelum tidur.
- Atur posisi layar: Jarak layar sebaiknya sejauh panjang lengan anak, dengan bagian atas layar sejajar dengan garis pandang mata.
- Gunakan filter cahaya biru atau kacamata pelindung bila perlu.
- Ajak anak untuk lebih sering berkedip, agar mata tetap lembab dan tidak cepat kering.
- Berikan jeda waktu istirahat secara teratur, termasuk mengalihkan anak ke aktivitas fisik di luar ruangan.
Selain itu, pemeriksaan mata rutin oleh dokter spesialis mata juga sangat disarankan, terutama jika anak mulai menunjukkan gejala gangguan penglihatan. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi dini kelainan refraksi seperti rabun jauh atau silinder, sehingga dapat segera ditangani.
Ajak Anak Aktif di Dunia Nyata
Mengalihkan perhatian anak dari layar bukanlah perkara mudah, terutama jika mereka sudah terbiasa dengan hiburan digital. Namun, orang tua dapat menyiasatinya dengan mengajak anak melakukan aktivitas yang menyenangkan dan sekaligus mendukung perkembangan visual serta motorik mereka.
Beberapa alternatif kegiatan non-digital yang bermanfaat antara lain:
- Membaca buku cerita atau mendongeng bersama
- Bermain balok susun, puzzle, atau permainan papan
- Menggambar, mewarnai, atau membuat kerajinan tangan
- Bermain di luar rumah, berkebun, atau berolahraga ringan
- Mengikuti kelas memasak sederhana, seperti membuat kue bersama orang tua
Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga melatih konsentrasi, keterampilan motorik halus, serta mempererat hubungan emosional antara anak dan orang tua. Dengan mengurangi waktu layar dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih bermanfaat, anak akan tumbuh lebih sehat, bahagia, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Kesimpulan: Perlindungan Mata Anak Dimulai dari Rumah
Kesehatan mata anak merupakan investasi jangka panjang yang tidak bisa diabaikan. Di tengah derasnya arus digitalisasi, tanggung jawab terbesar tetap berada di tangan orang tua. Memahami gejala awal, membatasi waktu layar, serta menciptakan lingkungan yang seimbang antara dunia digital dan aktivitas fisik, adalah langkah konkret untuk melindungi mata anak dari kerusakan dini.
Sebagaimana diungkapkan oleh para ahli, mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Maka, sebelum terlambat, mari bersama-sama menciptakan kebiasaan sehat dalam penggunaan gawai—demi masa depan anak-anak kita yang lebih cerah dan bebas dari gangguan penglihatan.
Artikel ini ditulis oleh


9 Dampak Penggunaan Gawai terhadap Perkembangan Anak, Perlu Diawasi Orangtua
Penggunaan gawai atau gadget yang terlalu berlebih bisa menimbulkan sejumlah dampak bagi perkembangan anak.

Perlu Dikenali Orangtua, Kenali Tanda Anak Membutuhkan Pemeriksaan Mata
Mengucek dan memicingkan mata merupakan ciri-ciri ketika anak butuh memeriksakan mata.

Kebiasaan Menatap Layar dalam Waktu Lama Bisa Sebabkan Mata Kering pada Anak
Kebiasaan menggunakan gawai bisa memicu terjadinya masalah mata kering pada anak.

Ini Alasan Mengapa Semakin Banyak Anak Kecil yang Berkacamata saat Ini
Semakin banyaknya anak kecil yang berkacamata di saat ini dipicu oleh sejumlah hal.


Pembatasan Penggunaan Gawai pada Anak Perlu Dimulai dari Orangtua Sendiri
Pembatasan penggunaan gawai pada anak bisa dimulai dari orangtua yang juga membatasi penggunaannya.

Dampak Negatif Jika Anak Terlalu Banyak Terpapar Layar, Menjauhi Screen Time Berlebihan
WHO menyarankan batasan waktu yang jelas, namun seringkali pola pengasuhan terpengaruh oleh perkembangan teknologi

Ketahui Batas Waktu Anak Main Gadget, Ternyata Ini Dampaknya Jika Berlebihan
Dokter menyarankan para orang tua harus tegas memberlakukan batasan waktu layar pada anak.