Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tampaknya bermain-main dengan pasar.
Kamis, 10 Apr 2025 12:09:00

Selama seminggu penuh, Presiden AS, Donald Trump, tampaknya bermain-main dengan pasar. Namun, pada Rabu (10/4), langkah dramatis yang dia ambil menunjukkan bahwa kebijakan kontroversial dengan menerapkan tarif bagi terhadap banyak negara pada 2 April menjadi puncaknya.
Dilansir dari Financial Times, Trump mengumumkan jeda 90 hari untuk tarif impor yang diterapkan pada mitra dagang AS, kecuali China. Keputusan ini memberi ruang bagi pasar untuk bernapas dan membuka peluang untuk negosiasi lebih lanjut.
Langkah ini menjadi titik balik besar bagi seorang presiden yang selama ini mengklaim dirinya sebagai penyelamat ekonomi AS, membebaskan warga dari ketidakadilan sistem perdagangan global yang selama ini merugikan negara tersebut. Namun, keputusan ini juga mencerminkan bahwa Trump, meskipun tegas, masih rentan terhadap reaksi keras dari berbagai pihak, mulai dari investor hingga anggota parlemen.
Kebijakan yang Mengundang Reaksi Keras
Beberapa hari sebelum keputusan ini, Trump mengatakan bahwa ia telah mempertimbangkan jeda tersebut selama beberapa hari terakhir dan akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah ini pada Rabu pagi.
"Saya pikir orang-orang mulai sedikit takut dan marah," kata Trump.
"Jadi, saya rasa ini adalah keputusan yang tepat."Keputusan ini tidak hanya menjadi langkah mundur dalam kebijakan proteksionisme Trump, tetapi juga mencerminkan realitas bahwa pasar dan dunia bisnis tidak bisa diintimidasi begitu saja.
Para investor dan anggota parlemen yang sebelumnya mendukungnya kini mulai menyuarakan kritik, termasuk beberapa tokoh bisnis besar seperti Elon Musk, yang dikenal sebagai penasihat dekat Gedung Putih.
Tekanan Pasar dan Ekonomi yang Menggoyahkan
Pada hari Senin, Trump mengakui bahwa pasar mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Ia mulai bernegosiasi dengan Jepang dan Korea Selatan, dan menunjuk Menteri Keuangan Scott Bessent untuk memimpin perundingan tersebut. Langkah ini tampaknya dimaksudkan untuk meredakan ketegangan dengan mitra dagang AS.
Namun, krisis pasar yang semakin meluas—termasuk penjualan besar-besaran obligasi pemerintah AS—memaksa Trump untuk mengubah arah kebijakan. Para ekonom, termasuk mantan Menteri Keuangan Lawrence Summers, bahkan memperingatkan adanya potensi krisis keuangan yang lebih besar jika kebijakan tarif ini berlanjut.
"Trump mungkin tidak terlalu khawatir jika Wall Street mengalami penurunan, tetapi dia tidak ingin seluruh perekonomian runtuh," kata seorang sumber yang dekat dengan Gedung Putih.
Kebijakan yang Tidak Menyelesaikan Ketidakpastian
Meski kebijakan jeda ini memberi sedikit kelegaan bagi pasar, para pelaku bisnis dan investor tetap merasa cemas. Tarif 10 persen yang diterapkan pada sebagian besar negara masih tetap berlaku, sementara perang dagang dengan China, negara ekonomi terbesar kedua di dunia, belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Beberapa sektor seperti otomotif dan farmasi masih terancam oleh kebijakan tarif lebih lanjut.
Jake Colvin, Presiden National Foreign Trade Council, menyatakan bahwa meskipun jeda ini dapat mengurangi penderitaan jangka pendek, ketidakpastian yang mengiringi kebijakan tarif Trump masih tetap menghantui dunia usaha.
“Ketidakpastian ini menghambat keputusan perdagangan, alokasi sumber daya, dan investasi perusahaan,” ungkapnya.
Reaksi Dari Partai Demokrat
Para politisi Demokrat terus menyerang keputusan Trump meskipun ia telah membatalkan kebijakan tarif tersebut. Senator Illinois, Dick Durbin, menyebut kebijakan tarif Trump sebagai "kekacauan global" yang akan berdampak buruk pada keluarga dan bisnis Amerika.
"Pajak tarif Trump telah menciptakan kerusakan nyata, dan meskipun ada jeda, ketidakpastian ini tetap akan terus menghantui kita," tambah Durbin.
Meskipun Trump telah mengambil langkah mundur dengan membatalkan sebagian besar tarif yang telah diberlakukan, kebijakan ekonomi yang ia terapkan selama ini masih menyisakan ketidakpastian yang besar.
Para pemimpin dunia bisnis dan investor menyadari bahwa meskipun ada jeda sementara, perang dagang yang dimulai oleh Trump belum berakhir. Ini mungkin hanya langkah pertama menuju perundingan yang lebih besar, tetapi dampak dari kebijakan proteksionisme Trump tetap meninggalkan banyak pertanyaan tentang masa depan ekonomi global.
Artikel ini ditulis oleh




Perang Dagang AS-China Memanas, Trump Naikkan Tarif Impor China Hingga 104%
Keputusan tersebut diumumkan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dan diambil di awal masa jabatan kedua Trump.

China menuduh AS menggunakan praktik intimidasi sepihak untuk mengatur ulang aturan perdagangan global.
China 1 minggu yang lalu

Sejarah Perang Dagang Amerika dan China
Perang dagang antara AS dan China dimulai pada 2018, namun akar konflik ini sudah ada jauh sebelum itu.

11 Negara Respons Kebijakan Tarif Impor Donald Trump, Ada yang Langsung Ambil Tindakan Balasan
Donald Trump juga telah memberlakukan tarif sebesar 20 persen untuk barang-barang yang berasal dari Uni Eropa.

Kemenangan Trump Picu Perang Dagang Hebat, Ekonomi Dunia di Ujung Tanduk
Trump menegaskan rencananya untuk memberlakukan tarif atau pajak pada semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat.

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS diprediksi akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan global, termasuk dengan Indonesia.

Uni Eropa Memanas, Siap Balas Kebijakan Tarif Impor Trump
Komisioner Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Uni Eropa, Maros Sefcovic, terus menjalin komunikasi dengan mitra Amerika.
Trump 1 minggu yang lalu



Ketegangan Perang Dagang Makin Tinggi, Trump Ancam China Kenakan Tarif Tambahan 50 Persen
Trump mengatakan bahwa jika China tidak membatalkan kenaikan tarif sebesar 34 persen pada 8 April, dia akan mengenakan tarif tambahan.