- UANG
- EKONOMI
Volatilitas pasar masih tetap tinggi seiring dengan ketidakpastian kebijakan ekonomi global serta risiko geopolitik yang semakin cenderung meningkat.
Jumat, 11 Apr 2025 09:54:00

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga di tengah tantangan perekonomian global. Saat ini, kondisi perekonomian global cenderung mengalami perbedaan arah (divergent), seiring dengan rilis data perekonomian Amerika Serikat yang berada di bawah ekspektasi. Sementara kondisi di kawasan Eropa dan China justru mencatatkan kinerja di atas ekspektasi sebelumnya.
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan. volatilitas pasar masih tetap tinggi seiring dengan ketidakpastian kebijakan ekonomi global serta risiko geopolitik yang semakin cenderung meningkat.
Mahendra menyampaikan, proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2025 telah direvisi ke bawah oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), dengan proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global sebesar 3,1 persen, dan diperkirakan akan kembali turun menjadi 3 persen pada tahun 2026.
"Utamanya akibat peningkatan hambatan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan," kata Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB), Jumat (11/4).
Dia bilang, OECD telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9 persen di tahun ini. Namun, menurutnya, penurunan tersebut masih sejalan jika dibandingkan dengan negara-negara sejenis (peer countries) ataupun negara-negara berkembang di kawasan maupun di luar kawasan Indonesia.
Sementara itu, untuk PDB Amerika Serikat pada triwulan IV tahun 2024 tercatat tumbuh sebesar 2,4 persen.
Kondisi Ekonomi Amerika Serikat dan China
Namun, pada triwulan I tahun 2025 ini, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) memprediksi bahwa PDB Amerika Serikat akan mengalami kontraksi. Data aktivitas ekonomi di Amerika Serikat juga menunjukkan perlambatan, dengan tingkat pengangguran yang naik menjadi 4,2 persen.
"The Fed tetap mempertahankan tingkat suku bunganya dan akan memangkas Fed Fund Rate hanya 1 hingga 2 kali di tahun 2025," jelas dia.
Sementara itu, untuk perkiraan perekonomian China, pemerintah setempat telah meluncurkan berbagai stimulus guna mendorong konsumsi dari sisi permintaan (demand), yang menunjukkan adanya indikasi perbaikan permintaan, antara lain tercermin dari peningkatan pada penjualan retail serta penjualan kendaraan dan motor.
Untuk kondisi domestik di Indonesia, pada bulan Maret 2025 kembali terjadi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang masih terjaga dengan baik sebesar 1,03 persen. Inflasi inti pada Februari 2025 juga tercatat cukup terkendali sebesar 2,48 persen, yang menunjukkan bahwa permintaan domestik masih cukup baik.
"Namun perlu dicermati beberapa indikator permintaan yang termoderasi. Kinerja perekonomian nasional masih solid, sejalan juga dengan hasil tinjauan berkala dari lembaga pemberi peringkat Buddhist Investor Service yang menegaskan bahwa peringkat kredit Indonesia berada di level BAA2 dengan outlook stabil. Selain itu, FIDS juga mempertahankan rating Indonesia di level BBB dengan outlook stabil," paparnya.
Fundamental Ekonomi Indonesia
Lebih jauh, dia menegaskan hal tersebut merepresentasikan keyakinan global terhadap fundamental ekonomi Indonesia, serta menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah mampu menjaga ketahanan sektor keuangan di tengah kondisi ketidakpastian global.
"Saat ini, rating Indonesia dan posisi indikator kerentanan eksternal yang biasa digunakan untuk menilai daya tahan perekonomian dan pasar keuangan suatu negara menunjukkan kondisi yang relatif baik dibandingkan peer countries," ungkapnya.
Hal ini tercermin dari sisi defisit fiskal Indonesia yang berada pada level 2,29 persen, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan India sebesar 7,8 persen dan Turki sebesar 5,2 persen. Selain itu, rasio utang luar negeri terhadap PDB Indonesia tercatat sebesar 30,42 persen, sementara India sebesar 19,3 persen dan Turki sebesar 43,9 persen.
Untuk transaksi neraca berjalan terhadap PDB, Indonesia tercatat surplus sebesar 0,63 persen, sementara India mengalami defisit sebesar 1,1 persen dan Turki mengalami defisit sebesar 2,2 persen.
"Untuk Indonesia, rasionya surplus 0,63 persen, untuk India negatif 1,1 persen, dan Turki negatif 2,2 persen," tutup dia.
Artikel ini ditulis oleh


OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga di Tengah Tantangan Ekonomi Global
Volatilitas pasar tetap tinggi karena ketidakpastian kebijakan ekonomi dan situasi geopolitik.

Geopolitik Global Memanas, Bos OJK Klaim Kinerja Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja sektor jasa keuangan di Indonesia terbilang stabil.
OJK 1 tahun yang lalu

Tensi Geopolitik Masih Panas, OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada
Tensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
OJK 2 tahun yang lalu

OJK Pastikan Kinerja Sektor Jasa Keuangan Tetap Baik di Tengah Gejolak Geopolitik Global
stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga didukung oleh permodalan yang kuat.

OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Cut Cycle Bank Sentral
OJK berhasil menjaga stabilitas sektor jasa keuangan terjaga dan pasar keuangan menguat di tengah sentimen positif.
OJK 1 tahun yang lalu

Bos OJK Yakin Sektor Keuangan RI Masih Stabil di Tengah Ancaman Gejolak Ekonomi Global
Terdapat 5 ancaman ekonomi global saat ini, di antaranya penurunan inflasi hingga suku bunga tinggi.

BPS mencatat Indonesia mengalami deflasi sejak bulan Mei-Agustus 2024. Tak hanya itu angka kelas menengah juga anjlok karena meningkatknya penduduk kelas bawah.

Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga di Tengah Ancaman Geopolitik Timur Tengah & Pelemahan Ekonomi Global
Mahendra menyampaikan, kondisi ini dipengaruhi oleh dinamika ekonomi yang beragam di negara-negara utama, seperti Amerika Serikat, Eropa dan China.
OJK 1 tahun yang lalu

Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
Tensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
OJK 1 tahun yang lalu

OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga di Tengah Meningkatnya Risiko Geopolitika
Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil.
OJK 1 tahun yang lalu

Ketua OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga di Tengah Risiko Geopolitik Global
Kemenangan presiden terpilih Trump dan partai republik Amerika Serikat diperkirakan akan meningkatkan tensi perang dagang.
OJK 1 tahun yang lalu

OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan Stabil Karena Permodalan yang Kuat dan Likuiditas Memadai
Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga.
OJK 2 tahun yang lalu