Militer Israel Mulai Terpecah Belah, 970 Pilot Tempur Tolak Perang Gaza Diancam Keras Jenderal Zionis Tetap Melawan

2. TRENDING

Sekitar 970 pilot Angkatan Udara Israel menandatangani surat menolak perang Gaza.

Kamis, 10 Apr 2025 11:19:33

Jet tempur Israel (©REUTERS)

Sekitar 970 personel Angkatan Udara Israel, termasuk pilot, perwira, dan prajurit, telah menandatangani surat yang menentang perang di Jalur Gaza. Surat tersebut menyatakan bahwa konflik ini lebih menguntungkan kepentingan politik daripada keamanan negara Israel.

Dilansir Anadolu Agency, Kamis (10/4/2025), meski tidak menyerukan penolakan untuk bertugas, tindakan ini dianggap sebagai langkah yang tidak sah oleh para komandan Angkatan Udara. Mereka menilai penandatanganan surat tersebut selama masa perang merupakan tindakan yang tidak dapat diterima.

Di tengah ancaman pemecatan, hanya 25 personel AU Israel yang menarik kembali dukungan mereka. Sementara delapan lainnya malah menambah nama mereka ke dalam daftar.

Protes di Dalam Angkatan Udara

Jet tempur Israel REUTERS

Protes ini melibatkan sejumlah besar anggota aktif dan cadangan, yang menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan perang yang dijalankan oleh pemerintah zionis. Mereka menyatakan bahwa tujuan utama operasi militer di Gaza adalah untuk mempertahankan kekuasaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bukan untuk kepentingan keamanan Israel.

Beberapa hari sebelumnya, Panglima Angkatan Udara Israel Mayjen Tomer Bar bertemu dengan beberapa penandatangan utama. Selama pertemuan tersebut, perwira cadangan mengkritik tajam keputusan Bar yang mengancam semua penandatangan dengan pemecatan.

Mereka menyebutnya sebagai tindakan yang melanggar hukum dan etika yang melanggar hak para prajurit cadangan untuk mengekspresikan pandangan politik.

Namun Bar membalas bahwa masalahnya bukan pada hukuman, dengan mengatakan, “Mereka yang menandatangani teks yang mengklaim dimulainya kembali perang terutama bersifat politis dan merugikan prospek pembebasan sandera tidak dapat memenuhi tugas cadangan mereka.”

Ia menganggap penandatanganan surat itu selama masa perang "tidak sah". Bar juga memperkirakan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera akan segera ditandatangani.

Respons Terhadap Ancaman Pemecatan

Ancaman pemecatan bagi para penandatangan surat ini telah menimbulkan reaksi beragam di kalangan tentara. Sebagian merasa tertekan dan memilih untuk menarik dukungan, sementara yang lain tetap teguh pada pendirian mereka.

“Kami tidak menolak untuk bertugas, namun kami merasa perlu untuk menyuarakan pendapat kami,” ungkap salah satu penandatangan yang memilih untuk tetap anonim.

Sejak Maret 2025, dua personel cadangan telah dipecat karena menolak berpartisipasi dalam perang Gaza. Kasus ini semakin memperkuat argumen bahwa tindakan represif terhadap tentara yang menyuarakan pendapat dapat berdampak negatif pada moral dan kinerja Angkatan Udara.

Argumen dari Pihak Oposisi

Jet tempur Israel REUTERS

Protes ini sejalan dengan argumen yang disampaikan oleh pihak oposisi di Israel. Mereka menilai bahwa kebijakan pemerintah saat ini lebih berfokus pada kepentingan politik daripada keamanan nasional.

Dalam konteks ini, para penandatangan surat berpendapat bahwa perang di Gaza tidak hanya merugikan rakyat Palestina, tetapi juga mengancam keamanan Israel sendiri. Mereka percaya bahwa dialog dan diplomasi harus menjadi jalan keluar, bukan kekerasan.

“Perang yang sedang berlangsung ini tidak akan membawa kedamaian, justru sebaliknya,” ungkap seorang perwira yang terlibat dalam penandatanganan surat.