Miliaran Jiwa Terbelenggu Cacing: Saat Dunia Lengah terhadap Helminthiasis

1 week ago 6

  1. SEHAT

Parasit yang menggerogoti berbagai aspek kehidupan. Saatnya Helminthiasis menjadi prioritas global demi dunia yang lebih sehat, adil, dan manusiawi.

Kamis, 10 Apr 2025 11:00:00

 Saat Dunia Lengah terhadap Helminthiasis Ilustrasi Terjangkit Cacingan (©Pexels/Ron Lach)

Di balik hingar-bingar perkembangan teknologi medis dan penemuan pengobatan canggih, masih ada segelintir penyakit yang luput dari perhatian dunia. Salah satu di antaranya adalah helminthiasis, sekelompok infeksi cacing parasit yang secara diam-diam memengaruhi lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia — hampir 24% dari populasi global. Meski terdengar seperti isu klasik di era modern, kenyataannya penyakit ini terus mengakar kuat, khususnya di negara-negara berkembang.

Helminthiasis bukan hanya masalah kesehatan, melainkan juga persoalan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan. Penyakit ini paling banyak menyerang komunitas miskin dan terpinggirkan, yang hidup tanpa akses layak terhadap air bersih, sanitasi yang memadai, serta layanan kesehatan dasar. Wilayah yang paling terdampak mencakup Afrika sub-Sahara, kawasan Amerika Latin, Tiongkok, dan Asia Timur.

Masyarakat di wilayah-wilayah tersebut tidak hanya menderita secara fisik akibat cacingan yang kronis, tetapi juga mengalami gangguan pertumbuhan, rendahnya produktivitas kerja, dan buruknya kualitas pendidikan karena anak-anak yang terinfeksi sering kali absen dari sekolah. Situasi ini menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan penyakit yang sulit diputus.

Ragam Cacing Parasit dan Dampaknya terhadap Manusia

 Saat Dunia Lengah terhadap Helminthiasis Ilustrasi Terjangkit Cacingan Freepik/benzoix

Helminthiasis mencakup berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit dari beberapa spesies. Yang paling umum adalah soil-transmitted helminths, yakni cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Ketiganya menular melalui tanah yang terkontaminasi tinja manusia, dan umumnya menyerang anak-anak di lingkungan kumuh dan padat penduduk.

Infeksi cacing tanah ini bisa menyebabkan malnutrisi, anemia, dan gangguan tumbuh kembang. Anak-anak yang terinfeksi biasanya menunjukkan gejala seperti kelelahan kronis, perut buncit, dan berat badan yang tidak sesuai dengan usia. "Helminthiasis secara tidak langsung menghambat masa depan generasi muda karena menyerang di masa-masa penting pertumbuhan dan pendidikan," ujar seorang peneliti kesehatan masyarakat.

Selain cacing tanah, terdapat pula schistosomes atau cacing darah (Schistosoma spp.) yang menyebabkan schistosomiasis. Parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui air tawar yang tercemar, saat orang mandi, mencuci, atau berenang. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan kandung kemih, serta berujung pada komplikasi serius jika tidak ditangani.

Jenis lainnya adalah cacing filarial limfatik (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori) yang menyebabkan filariasis limfatik, juga dikenal sebagai penyakit kaki gajah. Penyakit ini menimbulkan pembengkakan ekstrem pada kaki dan bagian tubuh lainnya, serta menyisakan penderitaan fisik dan stigma sosial yang luar biasa. Tidak kalah serius adalah infeksi oleh Onchocerca volvulus, penyebab onchocerciasis atau kebutaan sungai, yang membuat penderitanya kehilangan penglihatan secara permanen.

Salah satu jenis infeksi cacing yang hampir punah namun masih mengintai adalah dracunculiasis, atau penyakit cacing Guinea, yang disebabkan oleh Dracunculus medinensis. Meski jumlah kasusnya menurun drastis berkat kampanye pemberantasan global, penyakit ini menunjukkan betapa cacing parasit dapat hidup dalam siklus yang sangat kompleks, menunggu kesempatan untuk menyerang kembali jika pengawasan dilemahkan.

Kemiskinan dan Kurangnya Infrastruktur: Akar Masalah Helminthiasis

 Saat Dunia Lengah terhadap Helminthiasis Ilustrasi Kemiskinan Struktural Pexels/hitesh choudhary

Satu benang merah yang menghubungkan seluruh bentuk helminthiasis adalah kemiskinan struktural. Di daerah-daerah terpencil dan tertinggal, sanitasi yang buruk, air yang terkontaminasi, serta minimnya akses terhadap layanan kesehatan menjadikan infeksi cacing sebagai bagian dari keseharian masyarakat. Anak-anak bermain di tanah tanpa alas kaki, keluarga menggunakan air sungai tanpa perlindungan, dan tinja manusia dibuang sembarangan — semua ini membuka jalan bagi cacing-cacing parasit untuk berkembang biak.

Sebagaimana dijelaskan dalam laporan WHO, “Infeksi cacing parasit sangat umum di daerah tropis dan subtropis, terutama di kawasan Afrika sub-Sahara, Amerika, Tiongkok, dan Asia Timur. Penyakit ini utamanya menyerang komunitas miskin yang tidak memiliki akses terhadap air bersih, sanitasi, dan layanan kesehatan yang memadai.”

Ketimpangan global dalam sistem kesehatan semakin memperparah kondisi ini. Banyak negara yang terdampak helminthiasis tidak memiliki cukup sumber daya untuk program pencegahan dan pengobatan massal. Di sisi lain, minat investor dan dunia internasional terhadap penyakit ini cenderung rendah, karena helminthiasis tidak menimbulkan epidemi besar yang mendadak atau headline dramatis di media internasional.

Dampaknya bersifat "senyap", namun menjalar ke berbagai aspek kehidupan, mulai dari produktivitas ekonomi hingga kualitas pendidikan. Anak-anak yang terinfeksi tidak hanya mengalami gangguan kesehatan fisik, tetapi juga memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dan cenderung putus sekolah, menciptakan siklus kemiskinan lintas generasi.

Upaya Penanggulangan dan Harapan Masa Depan

 Saat Dunia Lengah terhadap Helminthiasis Ilustrasi Obat Cacingan Pexels/JESHOOTS.com

Meski tantangan besar, helminthiasis bukanlah penyakit yang tidak bisa dikendalikan. Beberapa intervensi telah terbukti efektif, terutama dalam skala komunitas. Program mass drug administration (MDA) atau pemberian obat cacing secara massal menjadi salah satu strategi utama yang digunakan di banyak negara endemis.

Obat-obatan seperti albendazole dan mebendazole telah digunakan secara luas untuk mengobati infeksi soil-transmitted helminths. Di beberapa wilayah, program ini dilakukan setiap enam bulan, terutama di kalangan anak-anak sekolah. “Pemberian obat cacing secara rutin bisa mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak,” ujar seorang tenaga kesehatan lapangan yang terlibat dalam program tersebut.

Namun, MDA bukanlah solusi tunggal. Tanpa perubahan lingkungan dan kebiasaan hidup, risiko reinfeksi akan selalu tinggi. Oleh karena itu, banyak ahli menekankan pentingnya integrasi antara intervensi medis dan penguatan sistem sanitasi serta penyuluhan masyarakat.

Selain itu, ada juga harapan dari sisi teknologi. Penelitian terbaru mulai mengeksplorasi kemungkinan vaksin cacing, meskipun masih dalam tahap awal. Jika berhasil, vaksin ini bisa menjadi tonggak sejarah dalam pemberantasan helminthiasis, sebagaimana vaksin telah mengubah arah sejarah penyakit lain seperti cacar dan polio.

Kesadaran Publik dan Tanggung Jawab Global

Salah satu hambatan utama dalam pemberantasan helminthiasis adalah minimnya kesadaran publik. Karena tidak menimbulkan krisis yang mencolok seperti wabah virus mematikan, penyakit ini sering kali tidak dianggap prioritas. Media jarang mengangkatnya, dan masyarakat di luar wilayah endemis tidak menyadari skala masalah yang sebenarnya.

Padahal, helminthiasis bukan hanya isu kesehatan, tapi juga isu keadilan sosial. Dalam dunia yang kian terkoneksi, tidak seharusnya penderitaan satu miliar lebih orang diabaikan hanya karena mereka tinggal di wilayah yang jauh dari sorotan kamera. “Ketika satu kelompok masyarakat dibiarkan hidup bersama parasit, maka seluruh kemanusiaan kita dipertanyakan,” ungkap seorang aktivis kesehatan dari Lembaga Swadaya Masyarakat internasional.

Sudah saatnya dunia menaruh perhatian lebih besar pada helminthiasis dan penyakit tropis terabaikan lainnya. Investasi dalam infrastruktur dasar, edukasi, dan penelitian akan memberikan hasil jangka panjang yang tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat untuk keluar dari jerat kemiskinan.

Artikel ini ditulis oleh

Rizky Wahyu Permana

A

Reporter

  • adinda nur shyavira
Segini Ternyata Jumlah Populasi Nyamuk di Seluruh Dunia

Segini Ternyata Jumlah Populasi Nyamuk di Seluruh Dunia

Jumlah populasi nyamuk di seluruh dunia terungkap. Angkanya begitu fantastis.

Tanda Cacingan di Orang Dewasa dan Cara Tepat Mengatasinya

Tanda Cacingan di Orang Dewasa dan Cara Tepat Mengatasinya

Tanda cacingan pada orang dewasa berupa gangguan pencernaan, anemia, dan iritasi kulit. Ketahui cara pengobatan dan pencegahan yang tepat untuk mengatasinya.

Bukan Hiu atau Beruang, Ini Hewan Paling Mematikan yang Harus Diwaspadai

Bukan Hiu atau Beruang, Ini Hewan Paling Mematikan yang Harus Diwaspadai

Berikut adalah hewan yang paling mematikan yang harus diwaspadai manusia.

Apakah Kaki Gajah Bisa Sembuh? Ketahui Penyebab dan Cara Mencegahnya

Apakah Kaki Gajah Bisa Sembuh? Ketahui Penyebab dan Cara Mencegahnya

Kaki gajah atau filariasis limfatik adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.

7 Pertanyaan tentang Cacingan yang Umum Ditanyakan, Berikut Jawaban Medisnya

7 Pertanyaan tentang Cacingan yang Umum Ditanyakan, Berikut Jawaban Medisnya

Cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi, terutama di Indonesia.

5 Hewan Paling Ganas di Dunia, Bisa Membunuh Ratusan Ribu Manusia

5 Hewan Paling Ganas di Dunia, Bisa Membunuh Ratusan Ribu Manusia

Hewan paling bahaya di dunia bisa jadi hidup di sekitar kita, untuk itu kita harus waspada terhadap hewan di sekitar kita. Berikut hewan paling bahaya di dunia.

Penyakit yang Dapat Ditularkan Lalat dan Cara Mencegahnya

Penyakit yang Dapat Ditularkan Lalat dan Cara Mencegahnya

Keberadaan lalat di sekitar kita tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga bisa membawa risiko kesehatan yang signifikan.

Lalat 1 tahun yang lalu

Contoh Artikel Lingkungan Beserta Fakta dan Opini

Contoh Artikel Lingkungan Beserta Fakta dan Opini

Dalam upaya untuk memahami dan mengatasi masalah ini, artikel-artikel lingkungan muncul sebagai sumber informasi yang berharga.

Tak Selamanya Sehat, Ketahui 5 Dampak Buruk Minum Air Hangat saat Perut Kosong

Tak Selamanya Sehat, Ketahui 5 Dampak Buruk Minum Air Hangat saat Perut Kosong

Minum air hangat dianggap sebagai salah satu kebiasaan sehat. Padahal, salah konsumsi bisa berdampak buruk.

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |