Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon meresmikan Candi Perwara Deret II Nomor 19 di Candi Plaosan Lor sekaligus meletakkan batu pertama pengembangan situs lanskap situs Candi Plaosan pada Kamis (23/10/2025) - Harian Jogja/Catur Dwi JanatiÂ
KLATEN—Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, meresmikan Candi Perwara Deret II Nomor 19 di Candi Plaosan Lor sekaligus meletakkan batu pertama pengembangan lanskap situs Candi Plaosan. Langkah ini dinilai menjadi momen penting bagi kebudayaan, khususnya dalam sektor pelestarian candi.
"Ini merupakan momen yang penting bagi kebudayaan. Kami meresmikan hasil pemugaran Candi Perwara Deret II Nomor 19, sekaligus memulai fase baru pengembangan lanskap situs Candi Plaosan," kata Fadli di Kompleks Candi Plaosan pada Kamis (23/10/2025).
Bagi Fadli, kegiatan ini bukan sekadar karya teknis pelestarian, tetapi bentuk nyata pelaksanaan amanah konstitusi Pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyangkut aspek memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia. Candi Plaosan, lanjut Fadli, bukan hanya warisan budaya Indonesia, tetapi juga dunia.
Candi Plaosan juga disebut Fadli menjadi lokasi akulturasi budaya yang kuat antara Hindu dan Buddha pada masanya. Pembangunan Candi Plaosan yang menggabungkan peran Rakai Garung, Rakai Pikatan, dan Sri Kahulunan, kata Fadli, menjadi bukti peradaban besar di Indonesia lahir dari perjumpaan, dialog, dan penghormatan terhadap keberagaman.
"Inilah yang menjadi bingkai dari satu harmoni dalam keberagaman," ujarnya.
Fadli menambahkan bahwa kegiatan pemugaran di kompleks Candi Plaosan merupakan bagian berkelanjutan dari pelestarian warisan budaya bangsa. Terlebih, menurut dia, situs Candi Plaosan bukan hanya peninggalan sejarah yang bernilai arkeologis tertinggi, tetapi juga pencapaian artistik yang luar biasa.
"Apalagi ini dibangun pada masa abad ke-9, mungkin prosesnya dari abad ke-8. Ini juga simbol harmoni, toleransi, kemajuan peradaban Nusantara pada masa itu," tuturnya.
Lebih lanjut, Fadli menjelaskan kegiatan pemugaran Candi Perwara Deret II Nomor 19 ini sudah melalui berbagai macam prosedur, kajian, konservasi, dan rekonstruksi. Kata Fadli, Candi Perwara yang ada di kawasan Candi Plaosan jumlahnya mencapai sekitar 200.
Dari pandangan Fadli, potensi penataan kawasan di Candi Plaosan masih sangat terbuka. Harapannya, selain terjaganya Candi Plaosan, langkah pemugaran yang dilakukan dapat bermanfaat untuk edukasi, spiritual, wisata budaya, hingga ekonomi budaya.
"Jadi selain nilai sejarah dan spiritual, Candi Plaosan adalah contoh lanskap budaya yang utuh. Ruang, manusia, agama, dan alam saling menyapa. Dikelilingi sungai, sawah, pemukiman tradisional, juga Merapi di utara serta pegunungan Breksi di selatan, Plaosan menunjukkan bahwa Indonesia adalah mega-keanekaragaman sejak zaman itu. Bukan hanya dari sisi biologi, tapi juga kearifan ekologis dan tata hidup budaya," ujar Fadli.
Fadli mengatakan pemajuan kebudayaan bukan sekadar memugar bangunan, tetapi merawat filosofi yang melahirkannya. Harapannya, situs ini menjadi ruang untuk inspirasi, ruang hidup kebudayaan, menjadi pusat kebudayaan maupun kantong kebudayaan.
Dalam rencananya, penataan lanskap akan dimulai dari pintu masuk dan area parkir di kompleks Candi Plaosan. Dia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya penataan fisik, tetapi juga langkah memulihkan pengalaman budaya pengunjung.
"Jadi ada perjalanan dari pengunjung itu. Agar setiap orang yang datang bukan hanya melihat candi, tapi juga memahami cara hidup yang membangun candi-candi ini," tandasnya.
Di akhir, Fadli menegaskan pelestarian candi memerlukan kerja sama pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, akademisi, masyarakat lokal, generasi muda, swasta, dan individu-individu yang peduli kepada kemajuan kebudayaan. Seperti Candi Plaosan yang kata Fadli lahir dari sinergi dua peradaban, karenanya pelestariannya juga harus lahir dari sinergi zaman ini.
"Jadi peresmian ini menjadi momentum untuk semakin menumbuhkan kesadaran kita bahwa semua penting melindungi dan merawat tinggalan sejarah bangsa," tukasnya.
Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, menjelaskan pada tahun 2024-2025 dilakukan kegiatan pemugaran Candi Perwara Deret II Nomor 19 yang berukuran 4,89 meter persegi dengan tinggi 7,26 meter. Kegiatan ini dilaksanakan dalam dua tahap menggunakan APBN sebesar Rp1,475 miliar dengan melibatkan 32 tenaga ahli dan pekerja lokal, terdiri dari arkeolog, teknisi pemetaan, konservator, juru foto, serta juru pugar.
"Pengerjaan satu perwara itu diperkirakan memakan waktu 11 bulan," ungkapnya.
Pemugaran ini, kata Restu, bukan hanya menjadi bagian dari pelestarian fisik, tetapi juga wadah pemberdayaan masyarakat di sekitar situs yang turut memiliki peran aktif dalam menjaga warisan budaya. Keberhasilan kegiatan, lanjut dia, sekaligus menandai purnapugar ke-27 yang telah dilaksanakan oleh BPCB Wilayah X di kawasan Candi Plaosan Lor. (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News