Anoreksia nervosa bukan sekedar gangguan makan biasa, lebih dari itu anoreksia memerlukan perhatian khusus. Lebih lanjut, simak ulasan di bawah ini!
Jumat, 11 Apr 2025 11:00:00

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan serius yang ditandai dengan pembatasan kalori secara ekstrem, yang sering kali menyebabkan berat badan turun drastis hingga mencapai tingkat yang berbahaya. Kondisi ini bukan sekadar tentang pola makan, tetapi juga melibatkan faktor psikologis yang mendalam, termasuk ketakutan obsesif terhadap kenaikan berat badan dan citra tubuh yang terdistorsi.
Menurut David J.A. Jenkins, MD, PhD, seorang profesor ilmu gizi dari Universitas Toronto, anoreksia bukan hanya sekadar kehilangan nafsu makan, tetapi lebih merupakan ketidakmampuan individu untuk melihat kondisi tubuhnya dengan objektif. "Kami ingin orang memahami bahwa gangguan makan ini bukan hanya tentang diet atau gaya hidup, tetapi sebuah kondisi medis serius yang membutuhkan perhatian khusus," ujarnya.
Anoreksia nervosa dapat berdampak buruk terhadap berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk kesehatan fisik, mental, dan sosial. Tanpa pengobatan yang tepat, gangguan ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti gagal organ, osteoporosis, bahkan kematian.
Jenis-Jenis Anoreksia Nervosa

Anoreksia terbagi menjadi dua subtipe utama yang diklasifikasikan berdasarkan pola makan penderitanya:
- Anoreksia Restriktif – Penderita secara ketat membatasi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, sering kali menghindari makanan berkalori tinggi secara obsesif.
- Anoreksia Binge-Purge – Selain membatasi makanan, penderita juga mengalami episode makan berlebihan yang diikuti dengan tindakan kompulsif untuk mengeluarkan makanan kembali melalui muntah atau penggunaan laksatif dan diuretik.
Penyebab dan Faktor Risiko Anoreksia

Anoreksia nervosa merupakan kondisi multifaktorial yang dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik biologis, psikologis, maupun lingkungan.
Faktor Biologis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anoreksia bisa memiliki komponen genetik yang kuat. Risiko seseorang mengalami anoreksia meningkat jika ada riwayat gangguan makan dalam keluarganya. Selain itu, ketidakseimbangan neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin dalam otak juga berperan dalam mengatur nafsu makan dan emosi, yang dapat berkontribusi terhadap anoreksia.
Faktor Psikologis
Gangguan mental seperti depresi, kecemasan, perfeksionisme, dan harga diri rendah sering kali menjadi latar belakang penderita anoreksia. Individu dengan gangguan ini cenderung memiliki pola pikir obsesif terhadap bentuk tubuh dan makanan, serta mengalami ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan.
Faktor Lingkungan dan Sosial
Tekanan sosial untuk memiliki tubuh ideal sering kali menjadi pemicu anoreksia. Media dan budaya populer yang mengagungkan tubuh kurus sebagai standar kecantikan dapat mendorong individu untuk melakukan diet ekstrem. Selain itu, tekanan dari teman sebaya, bullying, dan trauma masa lalu, seperti pelecehan atau pengalaman negatif terhadap tubuh sendiri, juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan gangguan ini.
Gejala Anoreksia Nervosa

Anoreksia memiliki berbagai gejala yang dapat dikategorikan menjadi tiga aspek utama: fisik, perilaku, dan emosional.
Gejala Fisik
- Penurunan berat badan yang drastis dalam waktu singkat
- Kulit kering, kuku rapuh, dan rambut rontok
- Selalu merasa kedinginan karena kurangnya lemak tubuh
- Gangguan menstruasi atau berhentinya siklus menstruasi (amenore)
- Kelelahan ekstrem, pusing, dan sering pingsan
- Melemahnya otot dan berkurangnya massa otot
Gejala Perilaku
- Menghindari makanan atau kelompok makanan tertentu
- Menggunakan pakaian longgar atau berlapis-lapis untuk menyembunyikan berat badan
- Sering kali melewatkan waktu makan atau berbohong tentang jumlah makanan yang dikonsumsi
- Berolahraga secara berlebihan hingga kelelahan
- Menghindari situasi sosial yang melibatkan makanan
Gejala Emosional dan Mental
- Ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan
- Obsesif terhadap jumlah kalori dan diet ketat
- Citra tubuh yang terdistorsi dan merasa selalu kelebihan berat badan meskipun sudah sangat kurus
- Perasaan bersalah atau cemas setelah makan
- Penurunan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi
Diagnosis dan Pengobatan Anoreksia
Diagnosis anoreksia dilakukan oleh tenaga medis berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Beberapa metode yang digunakan untuk menegakkan diagnosis antara lain:
- Wawancara medis dan psikologis
- Pemeriksaan fisik menyeluruh
- Tes darah untuk mengevaluasi kadar elektrolit dan fungsi organ
- Tes kepadatan tulang untuk mendeteksi osteoporosis
- Elektrokardiogram (EKG) untuk memeriksa kesehatan jantung
Pengobatan Anoreksia
Pengobatan anoreksia harus dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, psikolog, dan ahli gizi. Beberapa metode pengobatan yang umum digunakan meliputi:
- Terapi Psikologis
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Membantu mengubah pola pikir negatif tentang tubuh dan makanan.
- Dialectical Behavior Therapy (DBT): Mengajarkan keterampilan regulasi emosi dan teknik mindfulness.
- Interpersonal Therapy (IPT): Fokus pada hubungan sosial dan bagaimana hal tersebut memengaruhi gangguan makan.
- Rehabilitasi Nutrisi
- Penderita diarahkan untuk mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang cukup secara bertahap.
- Edukasi gizi diberikan untuk membantu mereka memahami pentingnya pola makan seimbang.
- Obat-Obatan
- Antidepresan seperti Fluoxetine (Prozac®) dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan dan depresi yang menyertai anoreksia.
- Antipsikotik seperti Olanzapine (Zyprexa®) kadang-kadang diberikan untuk membantu meningkatkan nafsu makan.
- Rawat Inap dan Perawatan Medis - Jika berat badan penderita sudah berada pada tingkat yang membahayakan, rawat inap mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi serius seperti gagal jantung atau kerusakan organ.
Tantangan dalam Pengobatan
Salah satu tantangan utama dalam mengobati anoreksia adalah Refeeding Syndrome, yaitu kondisi berbahaya yang terjadi ketika seseorang yang mengalami kelaparan parah mulai makan kembali. Tubuh tidak dapat langsung beradaptasi dengan lonjakan nutrisi, yang bisa menyebabkan gangguan elektrolit dan komplikasi serius lainnya
Artikel ini ditulis oleh

A
Reporter
- adinda nur shyavira

12 Jenis Eating Disorder yang Perlu Diwaspadai, Bisa Dialami Siapa Saja
Eating disorder atau gangguan makan merupakan salah satu masalah kesehatan yang rentan dialami siapa saja.

Tanda Munculnya Eating Disorder pada Seseorang, Tidak Boleh Disepelekan
Ketika terjadi eating disorder pada seseorang, berbagai hal ini bisa menjadi tanda masalah tersebut.

Mengenal Emotional Eater dan Dampaknya, Ketika Makanan jadi Pelarian Stres
Emotional eater adalah orang yang makan sebagai cara untuk mengatasi emosi yang kuat, seperti stres, kecemasan, kesepian, atau kebosanan.

Tanda-Tanda Diet Harus Berhenti, Jangan Diabaikan
Setiap orang memiliki kebutuhan nutrisi yang unik, dan diet yang berhasil untuk satu orang belum tentu efektif atau aman untuk orang lain.
Diet 1 tahun yang lalu

Tak Selalu Berupa Perut Lapar, Ini 11 Tanda yang Kerap Terlewat Ketika Kamu Kurang Makan
Kondisi kurang makan yang kita alami bisa menunjukkan berbagai tanda berikut yang tak hanya sekadar munculnya rasa lapar.

3 Bahaya Menahan Rasa Lapar yang Bisa Menimpamu, Yuk Jaga Pola Makan Lebih sehat
Jangan terlalu sering menahan rasa lapar, ini akibat buruknya yang dapat terjadi.

Kenali 5 Jenis Emotional Eating yang Wajib Dihindari, Ada yang Pernah Kamu Alami?
Ada banyak jenis emotional eating yang ternyata bisa dialami, mana yang sering terjadi padamu?

Lapar atau Hanya Ingin Mengunyah? Kenali Perbedaan di Antara Keduanya
Keinginan makan bisa disebabkan oleh rasa lapar atau hanya karena keinginan untuk mengunyah. Kenali perbedaan keduanya.

7 Penyebab Nafsu Makan Turun, Begini Cara Mengatasinya
Menurunnya nafsu makan secara tiba-tiba patut diselidiki penyebabnya.

5 Ciri Gangguan Kesehatan Mental yang Sering Tidak Disadari
Kenali lima ciri gangguan jiwa yang sering kali terabaikan dan penting untuk diperhatikan.