Harianjogja.com, JAKARTA—Kilang Pertamina Internasional (KPI) terlibat dalam upaya pelestarian ikan belida di Sungai Musi, Palembang sejak 2019 lalu.
Pjs. Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani mengatakan, keterlibatan KPI dalam konservasi ikan belida berawal dari keprihatinan akan terus menurunnya populasi ikan belida.
Menurutnya, ikan ini tak hanya sebuah spesies, namun juga merupakan identitas wilayah Sumatera Selatan yang patut untuk dilestarikan. Penangkapan yang berlebihan tidak dibarengi dengan upaya pelestarian, membuat ikan ini pada akhirnya langka.
“Populasi ikan belida semakin lama semakin menurun, ini yang membuat kami tergerak untuk ikut melakukan upaya pelestarian. Namun ini bukan hanya sekadar kepedulian untuk menyelamatkan sebuah spesies langka, tapi juga upaya untuk menyelamatkan identitas Sungai Musi yang merupakan salah satu ikon Indonesia,” ujar Milla, dikutip Selasa (16/9/2025)
BACA JUGA: Dirut Pertamina: Tidak Ada Monopoli Penjualan BBM
Menurut Milla, Program Belida Musi Lestari dilaksanakan KPI pada 2019 setelah sebelumnya berdiskusi dengan sejumlah pemangku kepentingan yang memiliki keresahan yang sama terhadap terus merosotnya populasi ikan belida di Sumsel.
Awalnya, program ini dilakukan untuk melestarikan ikan belida lopis atau Chitala Lopis. Namun pada perkembangannya, ikan Belida Jawa, Belida Sumatera dan Belida Borneo juga ikut dikembangbiakan. Konservasi dimulai pada 2019 ketika KPI menyelamatkan 30 ekor ikan belida dari nelayan. Ikan-ikan tersebut lalu dibudidaya oleh Pokdakan Mulia di Kelurahan Talang Bubuk.
Setahun kemudian, KPI bekerja sama dengan Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluh Perikanan (BRPPUPP). Namun setelah terbitnya Perpres No. 34 Tahun 2022 yang menetapkan ikan belida hanya untuk kegiatan riset maka KPI menjalin kerja sama dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Selain kerja sama dengan BRIN, KPI juga mengembangkan ekosistem pendukung konservasi di Desa Sungai Gerong yang melibatkan Pokdakan Barokah dan Pokdakan Tunas Makmur melalui budidaya perikanan end-to-end terintegrasi yang memiliki komitmen sama untuk bisa melestarikan ikan belida.
“Lokasi pengembangbiakan ikan di Desa Sungai Gerong sangat cocok untuk konservasi ikan belida. Terlebih masyarakat disana juga sebelumnya juga mengembangbiakan ikan sepat yang merupakan pakan alami ikan belida,” tambah Milla.
Model Konservasi ini menelurkan 1050 butir dan menghasilkan 40 ekor generasi pertama (G1) ikan belida di kolam Resirkulasi Aquaculture System (RAS) melalui pemijahan semi-buatan. Keberhasilan tersebut membuat KPI makin semangat untuk melestarikan ikan belida dan pada tahun 2025 ini berkomitmen untuk mulai melakukan transisi konservasi ikan belida kepada masyarakat.
“Optimasi reproduksi ikan belida juga dilakukan dengan pemijahan semi-buatan. Dengan tiga teknik itu, tahun lalu, ikan belida yang dikonservasi KPI menghasilkan 1.050 telur dan menetaskan 64 ekor ikan belida generasi pertama,” tutur Milla.
KPI juga melakukan upaya-upaya untuk memaksimalkan penetasan telur. Di alam liar, ikan belida ini cenderung pemalu dan suka bersembunyi, maka dari itu KPI melakukan inovasi pemanfaatan pipa Limbah Non-B3 kilang untuk rumah ikan Belida.
"Ikan belida bisanya menempelkan telurnya di akar atau kayu. Kemudian KPI dan BRIN juga melakukan inovasi dengan menggunakan palet kayu limbah Non-B3 kilang yang dimodifikasi sebagai shelter telur ikan belida," jelas Milla.
Seiring dengan hal itu, pada 2026 diharapkan bisa terbentuk Kawasan Edukasi Perikanan Terintegrasi & Berdikari di Desa Sungai Gerong, Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, sebagai hasil paripurna dari Program Belida Musi Lestari.
Tak hanya itu, cita-cita besar KPI dari keseluruhan program ini adalah melepasliarkan ikan belida ke habitat aslinya, sebagai tanda meningkatkan populasi ikan tersebut, sehingga keluar dari status dilindungi secara penuh.
“Adalah menjadi mimpi kita semua untuk bisa melihat ikan belida bisa kembali berenang di Sungai Musi suatu hari nanti. Di saat yang bersamaan, tumbuh kesadaran masyarakat untuk ikut melestarikan ikan ini, agar cita rasanya tetap terjaga dalam setiap gigitan pempek, tekwan atau kerupuk Palembang yang kita konsumsi,” tutup Milla.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News