Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo Peka Tren Belanja Digital, Bikin Omzet Melejit

2 days ago 6

  1. JAWA TENGAH
  2. RAGAM

Berkat kepekaan Chandra terhadap tren belanja digital, jumlah pemasukan di kiosnya mengalami kenaikan drastis.

Kamis, 17 Apr 2025 09:38:00

Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo Peka Tren Belanja Digital, Bikin Omzet Melejit Chandra Pemilik Kios Kebaya Nenek Pasar Beringharjo (©merdeka.com/Nisa Mutia Sari)

Pasar Beringharjo Yogyakarta, menyimpan lebih dari sekadar denyut ekonomi rakyat. Di balik lorong-lorongnya yang penuh nostalgia, hadir sebuah kisah inspiratif dari Chandra, sosok di balik “Chandra Kebaya Nenek” yang sukses mengangkat kembali kebaya lawasan menjadi tren yang mendunia. Dari kain batik, selendang, hingga kebaya jadul, semuanya berpadu dalam etalase yang merekatkan warisan budaya dan inovasi modern.

Sebelum terjun ke dunia kebaya, Chandra sempat bekerja di perusahaan BUMN, Pertamina. Namun, dorongan untuk mengejar passion membuatnya berani mengambil langkah besar, meninggalkan kenyamanan demi impian yang lebih bermakna.

“Saya asli Jogja. Sebelumnya kerja di Pertamina, tapi karena tidak passion, akhirnya memilih jalan sendiri,” cerita Chandra ketika ditemui merdeka.com pada Selasa (15/4/2025).

Kini, usaha yang sempat berjaya di mall-mall besar seperti Tunjungan Plaza dan Trans Studio Mall itu bertransformasi total di tengah pandemi. Dari pusat perbelanjaan modern, Chandra memilih kembali ke akar, yaitu pasar tradisional. Di sanalah, cerita kebangkitan ini dimulai kembali.

Dari Mall Mewah ke Pasar Tradisional, Jadi Titik Balik di Tengah Pandemi

Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo Peka Tren Belanja Digital, Bikin Omzet Melejit Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo (merdeka.com/Nisa Mutia Sari)

Usaha kebaya yang dirintis Chandra (33) semula memiliki panggung di pusat-pusat perbelanjaan bergengsi di berbagai kota besar seperti Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Bandung, dengan total lima toko aktif yang menjual kebaya dan kain batik baru. Namun, ketika pandemi Covid-19 melanda pada 2021, semua gerai di mall terpaksa tutup, memaksa Chandra menghentikan operasi dan mengatur ulang strategi bisnisnya dari awal.

Chandra memulai kembali langkahnya pada Januari 2024 dengan membuka lapak di Pasar Beringharjo, tepatnya di area barang lawasan lantai 3 sisi timur. Penempatan lokasi ini menjadi titik tolak penting dalam arah usahanya, karena menyesuaikan dengan karakter blok pasar yang didominasi oleh produk lawas. Kondisi ini membuat Chandra memutuskan untuk mulai menjual kebaya jadul dan kain lawasan sebagai produk utama.

“Karena ngikutin daerah yang ada di sini, di Beringharjo itu jualannya per blok, kebetulan di deretan saya ini barang lawasan semua. Akhirnya kita terjun ke tempat yang sama,” cerita Chandra kepada merdeka.com di kios Chandra Kebaya Nenek Beringharjo.

Dengan latar belakang keluarga yang sudah berbisnis batik selama lebih dari 30 tahun dan pengalaman 15 tahun dalam usaha kebaya, Chandra tak kesulitan beradaptasi dengan perubahan segmen produk. Justru, transisi ke kebaya lawasan membuka peluang baru yang lebih niche dan diminati kolektor serta pencinta budaya.

Langkah ini terbukti berhasil, karena pasar kebaya lawasan memiliki daya tarik tersendiri. Selain menawarkan keunikan, setiap produk membawa cerita dan nilai historis, menjadikannya lebih dari sekadar pakaian—ia adalah warisan yang bisa dikenakan.

Kini, Chandra Kebaya Nenek sudah memiliki tiga kios yang berada di Pasar Beringharjo lantai 3 sisi timur. Letak ketiga kios saling berdekatan. Perbedaan antara kios satu dengan yang lainnya terletak pada ketersedian jenis kebayanya.

Kios pertama lebih banyak menjual kebaya-kebaya lawas. Kios kedua lebih banyak menjual kebaya brokat tulle, letaknya persis di depan musala. Terakhir, kios ketiga lebih banyak menjual kebaya encim.

Strategi Sumber Produk: Dari Keraton ke Tangan Pelanggan

Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo Peka Tren Belanja Digital, Bikin Omzet Melejit Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo (merdeka.com/Nisa Mutia Sari)

Untuk memastikan kualitas dan keaslian produknya, Chandra menerapkan proses kurasi yang ketat. Ia tidak sembarangan memilih kebaya lawas. Ia benar-benar menelusuri asal-usul tiap potongannya, bahkan sampai menghubungi Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dan Solo. Proses ini tak dilakukan sendiri, melainkan dibantu pengepul kepercayaan yang bergerak dari pintu ke pintu.

Menurut Chandra, kebaya lawas yang ia pilih harus berada dalam kondisi sempurna, tanpa kerusakan, dan tentu saja masih layak pakai. “Saya cari yang nomor satu masih sempurna, tidak ada defect, terus masih prima. Ibarat kata kalau dipakai tidak ada bolong-bolongnya,” jelasnya.

Namun, ada hal penting yang menjadi prinsip Chandra. Ia hanya akan menjual kebaya dari pemilik yang masih hidup. Hal ini berakar dari nilai budaya Jawa yang diyakininya, karena pakaian memiliki ‘angsar’ atau energi spiritual tersendiri.

“Kalau orangnya sudah meninggal, kita tidak tahu kebaya itu dipakai saat dia sakit atau saat meninggal. Jadi saya mencari kebaya dari orang-orang yang masih hidup,” ungkapnya.

Kesulitan terbesar adalah menemukan kebaya dengan kriteria tersebut, karena keberadaan barang lawas yang berkualitas semakin langka. Chandra harus terus menjalin jaringan luas, menjaga hubungan dengan pemasok dan perajin, sekaligus membangun kepercayaan dengan pelanggan soal orisinalitas produknya.

Tak hanya kebaya lawas, Chandra juga tetap menyediakan kebaya baru hasil perburuan di berbagai kota, guna memenuhi permintaan pelanggan yang tidak menyukai barang preloved. Dengan demikian, koleksi di tokonya mencerminkan kombinasi antara warisan budaya dan selera modern.

Produk Unik dan Harga Bersahabat Jadi Daya Tarik

Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo Peka Tren Belanja Digital, Bikin Omzet Melejit Produk Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo (merdeka.com/Nisa Mutia Sari)

Chandra Kebaya Nenek menawarkan produk yang sangat khas dan sulit ditemukan di tempat lain. Dengan pilihan kebaya lawasan yang unik, batik klasik, dan selendang antik, setiap pembeli seolah diajak kembali ke masa lalu melalui kain-kain yang bercerita. Yang membuatnya lebih menarik adalah kisaran harga yang sangat terjangkau.

Harga selendang dibanderol mulai dari Rp15 ribu, kebaya dari Rp30 ribu, bawahan rok Rp30 ribu, obi belt mulai dari Rp50 ribu, dan kutang nenek hanya Rp20 ribu. Untuk kebaya baru, harga berkisar di atas Rp50 ribu, membuatnya ramah di kantong namun tetap bernilai tinggi.

“Yang favorit di sini adalah kain kebaya dan kain batik. Kebaya yang dicari biasanya yang motif bunga,” kata Chandra.

Ia juga menyesuaikan koleksi yang dijual dengan selera pasar sekitar. Produk-produk mewah dari mall dulu sengaja tidak ditampilkan, karena karakter konsumen di Pasar Beringharjo lebih menyukai kain dan selendang klasik.

Dengan pendekatan ini, Chandra berhasil menjangkau berbagai segmen pelanggan, dari kolektor hingga pelancong, dari penggemar budaya hingga anak muda yang ingin tampil unik. Kombinasi antara nilai budaya, kualitas, dan harga bersahabat menjadi kekuatan utama dari lapaknya.

Kini, dari lorong Pasar Beringharjo, Chandra tidak hanya menjual kebaya. Ia juga sedang menenun cerita—tentang warisan, semangat, dan keberanian memulai kembali.

Media Sosial Jadi Strategi agar Bisnis Bertahan dan Tumbuh

Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo Peka Tren Belanja Digital, Bikin Omzet Melejit Akun Instagram dan TikTok Chandra Kebaya Nenek (merdeka.com/Nisa Mutia Sari)

Tak hanya mengandalkan penjualan offline di pasar, Chandra menyadari pentingnya mengikuti perubahan tren belanja ke arah digital. Sejak membuka lapaknya di Pasar Beringharjo, ia langsung aktif memasarkan produknya melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan WhatsApp.

“Karena waktu itu peralihan orang berbelanja lewat online, kalau saya enggak ikutin, bisnis saya akan tertinggal,” ujar Chandra.

Ia juga mengakui ketika omzet di pasar turun, media sosial menjadi saluran penopang utama untuk mendatangkan pembeli.

Pelanggan di Chandra Kebaya Nenek kini sebagian besar berasal dari luar kota dan luar negeri, karena eksposur dari konten yang ia buat di media sosial menarik perhatian audiens yang lebih luas. Ia bahkan menerima pesanan jahit kebaya baru secara online, dan melakukan komunikasi intensif dengan pelanggan melalui DM Instagram.

Konten yang dibagikan tak hanya berisi foto produk, tapi juga narasi dan edukasi tentang sejarah, asal-usul, dan cara merawat kebaya lawas. Dengan pendekatan ini, ia berhasil membangun loyalitas dan menanamkan nilai di benak konsumennya bahwa setiap kebaya memiliki cerita.

Akun media sosial dikelola sendiri oleh Chandra. Kini, akun Instagram Chandra Kebaya Nenek sudah memiliki 3.802 followers. Sedangkan di TikTok, akun Chandra Kebaya Nenek sudah memiliki 1.388 followers.

Menurut Chandra, strategi digital ini bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk tumbuh. Ia percaya bahwa inovasi dan keberanian untuk berubah adalah kunci agar bisnis tradisional tetap relevan di era sekarang.

Jadi Pemenang di Pasar Tradisional Berkat Digitalisasi dan Peroleh Omzet Puluhan Juta

Salah satu momen penting dalam kebangkitan bisnis Chandra adalah partisipasinya dalam program Beringharjo Great Sale (BGS) yang diselenggarakan oleh kolaborasi antara Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta dan Bank BRI.

Dalam ajang tersebut, Chandra Kebaya Nenek berhasil meraih juara 1 untuk transaksi QRIS terbanyak di blok lawasan lantai 3 sisi timur Pasar Beringharjo. Kios Chandra Kebaya Nenek menang berkat tingginya volume transaksi yang tercapai selama acara berlangsung pada 25 Oktober 2024 hingga 31 Januari 2025 lalu.

Menurut Chandra, penggunaan QRIS BRI sudah dilakukannya sejak masih berjualan di mall. Maka ketika pasar Beringharjo mulai melakukan digitalisasi, ia langsung aktif mengintegrasikan sistem pembayaran nontunai ke dalam operasional kiosnya.

“Pelanggan saya dari Jakarta dan Bandung rata-rata jarang bawa uang cash, jadi semua omzet kita melalui QRIS BRI sampai sekarang,” ujarnya.

Selama acara BGS, omzet transaksi di kios Chandra Kebaya Nenek melalui QRIS BRI bisa mencapai Rp80 juta per bulan. Antusiasme pengunjung dari luar kota hingga mancanegara turut meningkatkan volume transaksi, termasuk pelanggan dari Malaysia, Singapura, Amerika, hingga Paris yang membeli melalui media sosial.

Sebagai bentuk apresiasi, kios Chandra Kebaya Nenek mendapat hadiah sebesar Rp2 juta dari Bank BRI. Namun lebih dari hadiah, ia merasa keberhasilan ini sebagai validasi atas komitmennya dalam menggabungkan budaya dengan teknologi.

“Sudah banyak ibu-ibu dari Bank BRI jadi pelanggan kita setelah acara itu,” tambahnya.

Digitalisasi juga membuat bisnisnya lebih efisien. Ia menggunakan aplikasi BRImo untuk transaksi harian dan BRI Merchant untuk memantau omzet serta arus kas, bahkan membagi transaksi besar menggunakan EDC BRI untuk mempermudah pencatatan dan keamanan.

Aplikasi BRI Merchant Jadi Solusi Transaksi Digital Aman dan Transparan

Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo Peka Tren Belanja Digital, Bikin Omzet Melejit BRI Merchant (bri.co.id)

Salah satu modus yang sering terjadi pada pembayaran digital ketika pelanggan mengaku telah melakukan pembayaran menggunakan QRIS, padahal dana belum benar-benar masuk ke rekening pemilik usaha.

Untuk mengatasi masalah ini, aplikasi BRI Merchant hadir sebagai solusi yang dapat langsung mendeteksi transaksi secara valid. Setiap transaksi yang berhasil akan langsung terdeteksi dan muncul dalam notifikasi, sehingga karyawan dapat memastikan keabsahan pembayaran sebelum memberikan barang atau jasa kepada pelanggan.

Selain fungsi keamanan, aplikasi ini juga memberikan kemudahan dalam rekap transaksi. Setiap pembayaran yang masuk akan otomatis tercatat dalam sistem, baik secara harian, mingguan, maupun bulanan.

Hal ini membantu pemilik usaha dalam melakukan pembukuan dan memonitor arus kas secara real-time tanpa perlu bergantung pada pencatatan manual yang rentan kesalahan.

“Salah satu keunggulan lainnya adalah pemilik usaha tetap memiliki kendali penuh atas rekening bisnisnya, meskipun notifikasi transaksi dapat diakses oleh karyawan,” kata Kepala BRI Unit Beringharjo, Utari Dewanti Marsudi saat ditemui pada Kamis (20/3/2025).

Dengan demikian, pemilik usaha tetap bisa memantau setiap transaksi yang masuk. Sementara karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efisien tanpa harus bergantung pada pemilik usaha dalam setiap transaksi yang masuk.

“Kadang karyawan sering ragu melakukan transaksi menggunakan QRIS karena perihal kepastian transaksi sudah masuk atau belum. Namun, dengan BRI Merchant semua bisa melihat,” kata Utari.

Bagi pelaku usaha yang ingin menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran, mereka dapat langsung mengunjungi unit BRI terdekat atau mengunduh aplikasi BRI Merchant untuk melakukan registrasi. Dengan sistem yang mudah digunakan serta fitur yang lengkap, BRI Merchant menjadi solusi ideal bagi para pedagang dalam mengelola transaksi digital dengan aman, efisien, dan transparan.

Keuntungan Penggunaan QRIS BRI bagi Pelaku Usaha

Kios Chandra Kebaya Nenek Pasar Beringharjo Peka Tren Belanja Digital, Bikin Omzet Melejit Bank BRI (merdeka.com/Nisa Mutia Sari)

Di era digital saat ini, kemampuan untuk bertransaksi secara digital menjadi sebuah kebutuhan. Transaksi digital dinilai memberikan banyak keuntungan bagi para penggunanya, terutama dalam aktivitas jual beli. Salah satu inovasi yang mendukung kemudahan ini adalah QRIS, sebagai metode pembayaran digital yang praktis.

Kepala BRI Unit Beringharjo, Utari Dewanti Marsudi, mengatakan bahwa menggunakan QRIS dari Bank BRI di era digitalisasi sangat menguntungkan. Sebisa mungkin pelaku usaha atau pedagang memiliki QRIS BRI di kiosnya.

“Karena ke depan kita tidak pernah tahu gimana perkembangan digitalisasinya. Mumpung sekarang bikin QRIS itu gratis, mudah, enggak ada saldo minimal dan enggak ada syarat-syarat lainnya, jadi minimal punya QRIS dulu,” kata Utari kepada merdeka.com.

QRIS BRI hadir untuk menyederhanakan proses transaksi non-tunai. Dengan QRIS, transaksi bisa dilakukan dengan cepat dan efisien. Selain itu, pengguna tidak perlu repot menyediakan atau membawa uang tunai, sehingga lebih praktis dan aman dalam bertransaksi. Berikut manfaat bagi pemilik usaha ketika menggunakan QRIS BRI dalam transaksi pembayaran:

Penerimaan Pembayaran Digital: QRIS memudahkan pelaku usaha untuk menerima pembayaran dari berbagai e-wallet dan aplikasi pembayaran, tanpa perlu mencetak kode QR dari berbagai penyedia layanan.

Transaksi Efisien: QRIS BRI mempercepat proses transaksi, memangkas waktu antrean dan mengurangi risiko kesalahan transaksi.

Pencairan Dana Cepat: QRIS BRI memungkinkan pencairan dana hingga 4 kali sehari, sehingga modal usaha dapat lebih cepat diputar.

Peningkatan Kredibilitas: Menggunakan QRIS BRI dapat meningkatkan citra dan kredibilitas usaha, menunjukkan bahwa bisnis sudah modern dan mengikuti perkembangan teknologi.

Laporan Transaksi Digital: Pelaku usaha dapat mengakses laporan transaksi yang detail melalui aplikasi BRI Merchant.

Promo dan Program Menarik: Pelaku usaha QRIS BRI dapat menikmati berbagai program menarik yang ditawarkan oleh Bank BRI.

Self Onboarding: Pelaku usaha dapat mengaktifkan QRIS BRI secara mandiri melalui aplikasi BRI Merchant tanpa ribet.

MDR 0% (promo): Bank BRI menawarkan program MDR 0% untuk merchant QRIS, sehingga keuntungan transaksi akan langsung masuk ke rekening tanpa potongan biaya.

QRIS Tap: Pelaku usaha dapat menerima pembayaran dengan teknologi QRIS Tap BRImo, di mana nasabah hanya perlu menempelkan HP ke mesin pembayaran.

QRIS Crossborder: Nasabah BRImo dapat melakukan pembayaran di merchant di Singapura dengan menggunakan QRIS Crossborder BRI.

Artikel ini ditulis oleh

Nisa Mutia sari
Berawal dari Isi Waktu Luang, Penjaga Toko Kelontong Ini Sukses Bisnis Aksesoris Omzet Rp330 Juta per Bulan

Berawal dari Isi Waktu Luang, Penjaga Toko Kelontong Ini Sukses Bisnis Aksesoris Omzet Rp330 Juta per Bulan

Berkat riset dan inovasi, Dinova Store masih terus bertahan hingga saat ini. Bahkan, Sri masih mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak muda.

 Suasana Terkini Pasar Tanah Abang Usai Tiktok Shop Ditutup

FOTO: Suasana Terkini Pasar Tanah Abang Usai Tiktok Shop Ditutup

Setelah TikTok Shop resmi ditutup pekan lalu, sejumlah pengunjung mulai berlalu-lalang di kawasan Pasar Tanah Abang yang sebelumnya dikabarkan sepi.

Naik Kelas karena Ekonomi Digital

Naik Kelas karena Ekonomi Digital

Hadirnya ekonomi digital tidak melulu demi pemasukan negara. Manfaat ini juga dirasakan masyarakat yang ingin mengubah nasib hidupnya menjadi lebih baik.

Konsumen RI Sudah Melek Berbelanja, Pelaku Usaha Diminta Lakukan Ini

Konsumen RI Sudah Melek Berbelanja, Pelaku Usaha Diminta Lakukan Ini

Pelaku usaha diharapkan beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi masyarakat.

 Menyusuri Lorong Gelap Pasar Tanah Abang

FOTO: Menyusuri Lorong Gelap Pasar Tanah Abang

Hiruk pikuk Pasar Tanah Abang sebagai salah satu pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara ternyata menyimpan lorong gelap dengan puluhan kios yang tutup.

Dagangannya Paling Laris di Aplikasi New Pasar.id, Pemilik Toko Asal Tuban Bongkar Rahasia Ini
 Transaksi Belanja Onlilne Capai Rp42,2 Trilliun dalam Sebulan

Data Bank Indonesia: Transaksi Belanja Onlilne Capai Rp42,2 Trilliun dalam Sebulan

Transaksi e-commerce meningkatkan percepatan perputaran uang, sehingga mendongkrak efisiensi dan produktivitas.

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |