Kelurahan Brontokusuman Jogja Gencarkan Budaya Pilah Sampah

8 hours ago 1

Kelurahan Brontokusuman Jogja Gencarkan Budaya Pilah Sampah Pelatihan pengelolaan sampah yang diselenggarakan Kelurahan Brontokusuman di Pendopo Aji Bronto Kelurahan Brontokusuman, Mergangsan, Jogja, beberapa waktu lalu. - Ist. - Dok. Kelurahan Brontokusuman

Harianjogja.com, JOGJA—Kelurahan Brontokusuman, Kemantren Mergangsan, terus menggencarkan upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan menekankan pentingnya pemilahan sampah sejak dari rumah tangga.

Lurah Brontokusuman, Maryanto, menjelaskan seluruh warga di wilayahnya memiliki kewajiban untuk memilah dan mengolah sampah secara mandiri. Beragam cara pengolahan sampah dilakukan di tingkat rumah tangga, termasuk melalui biopori hingga lodong sisa dapur (losida).

“Kami mengupayakan budaya pilah sampah sejak dari rumah tangga. Sampah organik diolah sendiri di masing-masing rumah tangga, melalui biopori, ember pupuk, losida, dan sebagainya. Sedangkan sampah anorganik disetorkan ke bank sampah,” ujar Maryanto saat diwawancarai, Kamis (10/7/2025).

Menurutnya, metode pengolahan sampah organik yang paling banyak dipraktikkan warga antara lain biopori dan losida. Selain itu, di tingkat kelurahan juga dibentuk forum bank sampah dan pendamping yang secara rutin mengadakan pelatihan dan koordinasi bulanan.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memantau pelaksanaan pengelolaan sampah sekaligus menyelesaikan berbagai kendala teknis di lapangan. Maryanto menambahkan sejauh ini tidak ada masalah signifikan terkait pengelolaan sampah di wilayahnya, asalkan pengangkutan oleh DLH berjalan lancar.

BACA JUGA: Perangkat Desa Jadi Tersangka Dugaan Kasus Korupsi Pemanfaatan Tanah Kas Kalurahan Srimulyo Bantul

“Kalau pengangkutan DLH lancar, insyaallah tidak ada masalah. Kami juga sangat bergantung pada truk pengangkut DLH yang mengambil sampah dari TPS kami,” ungkapnya.

Maryanto menyebutkan Kelurahan Brontokusuman terdiri dari 23 RW, yang masing-masing memiliki transporter untuk mengangkut residu sampah organik ke tempat pembuangan sementara (TPS).

“Residu organik dibawa ke depo atau TPS melalui transporter. Untuk wilayah kami, pembuangan sampah ada di TPS Jalan Sisingamangaraja. TPS ini mandiri, dikelola oleh masyarakat. Setelah terkumpul, DLH Kota Jogja mengangkut sampah ke pengolahan akhir,” jelasnya.

Di sisi lain, ia tidak menampik tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir masyarakat mengenai tanggung jawab sampah. Ia mengatakan, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat ini yang perlu terus dilakukan.

Melalui upaya pelibatan masyarakat, Kelurahan Brontokusuman berharap pengelolaan sampah secara mandiri dapat semakin mengakar dan menjadi kebiasaan sehari-hari warga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |