Harianjogja.com, JOGJA—Hingga Juli 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mencatat telah ada enam orang yang meninggal akibat leptospirosis. Penderita penyakit tersebut pun tersebar hampir di seluruh kemantren di Kota Jogja.
Dinkes Kota Jogja mencatat telah ada 19 orang penderita leptospirosis. Dari jumlah tersebut, enam orang diantaranta meninggal karena leptospirosis.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja, Lana Unwanah menyampaikan pasien penderita leptospirosis meninggal karena terlambat dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).
Dia memaparkan penderita leptospirosis biasanya mengalami gejala awal berupa demam. Namun, saat itu, pasien harus segera ditangani karena penyakit tersebut menjangkit pasien dalam jangka waktu yang singkat. Dia memperkirakan pasien mengalami gejala demam hingga meninggal dalam waktu singkat hanya sekitar tujuh hingga delapan hari. Karena itu menurut Lana, masyarakat yang mengalami gejala tersebut perlu segera diperiksakan ke fasyankes.
"Karena ini akan cepat masuk ke saluran urin, [pasien] mengalami gagal ginjal akut," katanya di Diskominfo Kota Jogja, pada Kamis (10/7/2025).
Sementara menurutnya penderita penyakit tersebut tersebar hampir di seluruh kemantren di Kota Jogja. Hanya Kemantren Kraton, Danurejan dan Gondomanan yang belum ada temuan kasus.
Lana mengaku kasus leptospirosis tahun ini pun meningkat drastis dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya mencapai 10 orang dengan dua orang diantaranya meninggal dunia. Meski begitu hingga saat ini belum ada penetapan status kejadian luar biasa (KLB) atas kasus tersebut.
Tingginya peningkatan kasus tersebut pun membuat Dinkes Kota Jogja akan berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut.
Dia mengaku Dinkes Kota Jogja pun telah melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap seluruh penderita leptospirosis.
Beberapa rumah di sekitar tempat tinggal penderita leptospirosis pun telah dilakukan penyelidikan. Dari sempat ditemukan tanah yang terindikasi terpapar bakteri leptospira. Pihaknya pun melakukan penyemprotan disinfektan di lokasi tersebut.
Untuk menekan jumlah kasus tersebut, dia pun meminta masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) saat beraktivitas di lokasi yang rawan terpapar bakteri leptospira.
Kepala Bidang Perikanan dan Kehewanan, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Jogja, Panggarti menyampaikan pengendalian hama tikus di sawah sudah dilakukan. Pihaknya juga sempat memasang perangkat tikus di beberapa pemukiman tempat keberadaan pasien terpapar leptospirosis. Namun, kasus leptospirosis masih terjadi.
Untuk mencegah peningkatan kasus leptospirosis, Dinas Pertanian pun telah melakukan vaksinasi terhadap beberapa jenis hewan. Hal itu lantaran penyakit tersebut dapat terpapar kepada hewan dan manusia. Karena itu, dia mengimbau agar masyarakat segera membawa hewan peliharaannya ke dokter hewan ketika sakit. "Sakit apa pun ketika hewannya sakit dibawa ke dokter," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News