Gempa, Thailand Minta Warga Cari Bantuan Bila Alami Gangguan Psikis

2 days ago 11

Jakarta, CNN Indonesia --

Masyarakat Thailand diminta untuk segera mencari pertolongan profesional bila gejala kecemasan dan trauma pascakejadian (PTSD) gempa Myanmar mulai muncul.

Badan pemerintah Thailand untuk promosi kesehatan, ThaiHealth Promotion Foundation, menyoroti peluang peningkatan dampak psikologis akibat gempa besar pada Jumat (28/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Manajer ThaiHealth, Pairoj Saonoi mengatakan bencana alam bukan hanya menyebabkan kerusakan bangunan tetapi juga kecemasan bagi masyarakat, yang bisa memengaruhi kualitas kehidupan warga.

Saonoi meminta masyarakat untuk mengikuti pengarahan lembaganya untuk mengatasi tekanan emosional yang terjadi, seperti diberitakan Bangkok Post pada Minggu (30/3).

Saonoi mengatakan masyarakat mesti menyadari bahwa ketakutan dan kecemasan adalah reaksi yang normal atas trauma dan sebaiknya untuk tetap fokus pada situasi saat ini alih-alih terjebak dalam ketakutan.

Ia menyebut, masyarakat tetap harus melanjutkan kehidupannya untuk bisa segera pulih, serta mengikuti sumber berita atau kabar terpercaya dan menghindari misinformasi untuk mencegah kepanikan yang tak perlu.

Mereka juga menyediakan layanan untuk masyarakat yang merasa cemas dan panik atau gangguan psikologis lainnya, termasuk layanan chat daring dari lembaganya yang menyediakan konseling dengan psikolog sukarelawan dari Pusat Kesejahteraan Mental Chulalongkorn University.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan Thailand, Woratham Chotipitayasunon menyebut warga Bangkok akan mungkin mengalami kecemasan karena gempa dahsyat yang langka tersebut.

Belum lagi dengan paparan berbagai informasi yang berpeluang meningkatkan level stres warga. Ia pun meminta warga untuk memantau emosional mereka dan perubahan perilaku seiring waktu dan meminta pertolongan tenaga profesional.

Chotipitayasunon juga menyebut kondisi yang paling mungkin akan muncul adalah gejala pening pascagempa atau PEDS alias sindrom mabuk gempa. Gejala ini disebabkan gangguan pada sistem saraf pusat yang membuat individu merasa seolah-olah masih bergoyang karena gempa.

Ia mengatakan orang yang mengalami gejala tersebut mesti segera beristirahat dan menghindari pekerjaan yang terlalu keras, duduk hingga lebih stabil, minum air, hindari alkohol, dan mencoba untuk relaks dan kurangi paparan layar terang.

Gempa Myanmar terjadi pada Jumat (28/3) dengan kekuatan magnitudo 7,7. Episentrum gempa terletak di regional Sagaing, sangat dekat dengan Mandalay.

Gempa tersebut terjadi di kedalaman dangkal, yakni 10 kilometer, tepatnya di atas sesar Sagaing yang merupakan sesar mendatar atau strike-slip.

Gempa itu menjadi yang terbesar di Myanmar semenjak 1912 dan getarannya terasa hingga ke Bangkok, Thailand, dan Yunan, di China. Selain itu, gempa ini menjadi yang paling mematikan dan paling merusak sejak Myanmar merdeka pada 1948.

Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra sempat mendeklarasikan status darurat di ibu kota negara tersebut usai gempa menyebabkan bangunan roboh dan kepanikan massa.

"Pemerintah Thailand mengumumkan keadaan darurat di Bangkok," demikian laporan AFP.

Diberitakan AFP pada Minggu (30/3) dini hari, junta militer mengatakan jumlah korban gempa Myanmar hingga saat ini sudah mencapai 1.644 orang meninggal, lebih dari 3.400 orang terluka, dan setidaknya ada 139 yang dikonfirmasi masih hilang.

Sementara itu di Thailand, dilaporkan sebanyak 10 orang tewas. Menurut laporan CNN per Sabtu (29/3), pihak berwenang Thailand menduga lebih dari 100 orang terjebak di bawah reruntuhan gedung yang sedang dibangun.

(end)

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |