Ilustrasi rekening nasabah bank. / Freepik
Harianjogja.com, JOGJA— Regional CEO BRI Yogyakarta, John Sarjono mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,50% pada Mei 2025, sebagai upaya mendukung stabilitas ekonomi nasional, serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dia mengatakan penurunan BI Rate diproyeksikan akan memberikan dampak positif untuk reprofiling alternatif pendanaan dengan biaya yang lebih kompetitif. Namun, kata John, BRI tetap berkomitmen menjalankan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan risiko guna memastikan stabilitas tetap terjaga.
BACA JUGA: OJK Catat Total Aset Perbankan di DIY Tumbuh 4,07 Persen Menjadi Rp110,7 Triliun
"Pada kondisi industri perbankan, transmisi penurunan BI Rate terhadap bunga kredit butuh waktu minimal 6 bulan," ucapnya, Senin (9/6/2025).
Akan tetapi hal tersebut bergantung pada kondisi likuiditas dan persaingan suku bunga simpanan industri. Ia menjelaskan sesuai data BI, hingga Kuartal I 2025 gabungan industri perbankan Jawa Tengah dan DIY memiliki rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) 109%.
Diperkirakan kondisi ketatnya likuiditas masih terjadi, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam penyaluran ke kredit. Menurutnya BRI Group memiliki mekanisme pembiayaan sesuai dengan tingkat bisnis dan perkembangan UMKM.
Di antaranya unfeasible, unbankable melalui Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM), Pinjaman Kemitraan dan Pinjaman Mekaar. Unfeasible, bankable melalui Pinjaman Gadai. Feasible, unbankable melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan feasible, bankable melalui Kredit Mikro Komersial & Kredit Kecil Menengah Komersial.
"Scoring dalam proses penyaluran kredit menjadi langkah BRI untuk tetap berkomitmen menjalankan prinsip kehati-hatian. Pada masing-masing mekanisme tentunya memiliki risiko yang harus dikelola oleh perbankan," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan saat ini BRI Region 11 mengelola portofolio pinjaman sebesar Rp69 triliun dengan komposisi 85% disalurkan kepada UMKM. Selebihnya penyaluran ke segmen konsumer. John mengatakan selain menyalurkan pinjaman, BRI juga memberikan pendampingan kepada UMKM melalui adanya Desa BRIlian, Klaster Usaha, Rumah BUMN, dan BRIlianpreuner.
"Platform juga disiapkan untuk UMKM seperti PARI dan Link UMKM. Dalam hal ini BRI menunaikan tugas dalam hal economic value dan juga social value," lanjutnya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Purnawan Hardiyanto berharap penurunan BI Rate pada Mei 2025 diikuti dengan penurunan suku bunga bank. Sehingga minat investasi masyarakat kembali bergairah.
Dia menjelaskan ketika perekonomian sedang lesu memang suku bunga harus diturunkan, tujuannya untuk meningkatkan minat investasi masyarakat. Agar perekonomian kembali bergairah, memacu pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja baru."Diharapkan akan diikuti dengan penurunan suku bunga bank," ucapnya.
Menurutnya ketika BI menurunkan suku bunga acuan, bank cenderung cepat menurunkan suku bunga simpanan tapi cenderung lambat untuk menurunkan bunga pinjaman. Purnawan menjelaskan biasanya pemerintah turut melakukan intervensi dengan memerintahkan bank-bank milik negara untuk segera menurunkan suku bunga simpanan maupun pinjaman.
"Pemerintah berharap langkah bank-bank plat merah ini akan diikuti bank-bank lain karena adanya persaingan pasar," jelasnya.
Ia mengatakan penurunan suku bunga ini juga akan berpengaruh pada positif bagi perekonomian. Diharapkan perekonomian DIY akan bergairah karena ada peningkatan minat investasi masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News