Siswa PKL SMK SMTI dan pendamping berfoto di salah satu industri penempatan. - Istimewa - Dokumen SMK SMTI Yogyakarta
JOGJA—SMK Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Yogyakarta kembali menggelar Praktik Kerja Lapangan (PKL) melalui program PKL dual system. PKL ini menjembatani kompetensi lulusan SMK SMTI Yogyakarta dengan kebutuhan industri.
Pada periode saat ini, jumlah siswa yang mengikuti PKL sebanyak 344 siswa dengan penempatan di 115 industri yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Banten, Jawa Timur dan DIY. Industri-industri tersebut terdiri dari berbagai sektor seperti kimia, makanan-minuman, tekstil, otomotif, elektronika, farmasi dan sebagainya.
Pengelola PKL dan Pemasaran Lulusan SMK SMTI Yogyakarta, Agnes Kinanthi, menjelaskan PKL dual system merupakan pembelajaran sistem ganda. “Jadi pembelajaran di sekolah dan pembelajaran di industri. Pembelajaran di sekolah baik teori maupun praktik dilakukan untuk mendukung siswa ketika mulai belajar di industri,” ujarnya, Rabu (15/10).
PKL ini dilaksanakan pada semua konsentrasi keahlian, untuk Teknik Kimia Industri dan Teknik Mekatronika dengan masa studi tiga tahun dan Kimia Analisis dengan masa studi empat tahun. “Untuk yang masa studi tiga tahun PKL selama dua semester, sedangkan untuk yang masa studi empat tahun selama tiga semester,” katanya.
Selama enam bulan pertama pelaksanaan PKL, industri sudah bisa menilai kinerja para siswa. Ketika industri ada kebutuhan tenaga kerja, industri bisa merekrut siswa peserta PKL. “Jadi PKL kemudian dilanjutkan dengan penempatan kerja di industri tersebut,” paparnya.
Selama pelaksanaan PKL, SMK SMTI Yogyakarta juga memantau kinerja siswa selama berproses di industri. “Kami juga mengecek kondisi siswa apakah ditempatkan sesuai kompetensi yang sudah dipelajari di sekolah. Kami juga minta feedback dari industri apakah ada yang perlu ditingkatkan terkait kompetensi teknis maupun soft skill dari siswa,” katanya.
Adapun hasil pemantauan pada periode ini, secara teknis kompetensi para siswa sebagian besar tidak ada masalah, karena sekolah dan industri sudah melakukan penyelarasan kurikulum sehingga kompetensi yang dimiliki siswa sudah sesuai dengan perkembangan industri.
“Untuk kurikulum kami sudah berusaha menyesuaikan dengan kebutuhan industri. Masukan industri biasanya terkait softskill. Maka, siswa kami gembleng untuk pembentukan softskill sejak Kelas X, kami tanamkan kedisiplinan, teamwork, event-event dan organisasi. Kami dorong siswa untuk terlibat aktif,” katanya.
Dari pelaksanaan PKL selama ini, sebagian besar peserta PKL SMK SMTI Yogyakarta terserap di industri penempatan saat PKL. “Sebagian besar sekaligus direkrut sebagai karyawan, dengan melihat penilaian masing-masing siswa oleh industri,” ujarnya.
Jika di industri belum ada kebutuhan tenaga kerja, maka dari sekolah akan memfasilitasi siswa untuk mengikuti rekrutmen dari industri lain. “Masa tunggunya juga tidak terlalu lama. Ketika mereka menyelesaikan periode PKL, mereka siap untuk bergabung di industri mitra," katanya.
Terkait dengan penyerapan tenaga kerja ini, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan 100% lulusan unit pendidikan vokasi yang berada di bawah Kemenperin, dipastikan diterima bekerja di sektor industri.
Ia menilai, kualitas pendidikan vokasi yang ada di bawah Kemenperin bagus dan ideal, baik dari segi pelaksanaan program, maupun jejaring yang dilakukan dengan industri. "Kualitas pendidikan vokasi sudah baik. Tapi perlu ditambah dari jumlah atau kuantitasnya," kata dia. (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News