Harianjogja.com, JOGJA—Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya mengubah kebijakannya dengan mencabut larangan ekspor chip AI canggih ke China. Pada pekan ini, Trump mengumumkan pencabutan larangan ekspor chip H200 buatan Nvidia—chip tercanggih kedua setelah Blackwell—ke pasar China, dengan syarat dikenakan pungutan (tarif) sebesar 25% dari nilai penjualannya.
Kebijakan ini menandai pelunakan sikap Trump terhadap Beijing. Sebelumnya, Nvidia hanya diizinkan menjual chip H20, versi yang jauh lebih terbatas kemampuannya, ke China.
Setelah pengumuman tersebut, raksasa teknologi China seperti ByteDance dan Alibaba dilaporkan telah menanyakan rencana pembelian chip H200 kepada Nvidia. Menurut empat sumber yang dikutip Reuters pada Kamis (11/12/2025), perusahaan-perusahaan China bersemangat untuk memesan dalam jumlah besar jika Beijing memberikan izin.
Namun, kekhawatiran tetap ada mengenai kejelasan pasokan dan respons pemerintah China. Salah satu sumber menyebut perusahaan masih meminta kejelasan dari Nvidia terkait hal ini.
Pemerintah China belum memberikan jawaban resmi yang jelas. Dalam beberapa bulan terakhir, China diketahui melarang pusat data yang didukung negara untuk menggunakan chip Nvidia.
The Information melaporkan bahwa regulator China telah mengumpulkan perwakilan dari Alibaba, ByteDance, dan Tencent untuk menilai chip H200. Regulator berjanji akan menginformasikan keputusan Beijing dalam waktu dekat.
Saat ini, produksi H200 masih dalam jumlah terbatas karena Nvidia lebih fokus pada produksi chip Blackwell yang lebih canggih dan lini Rubin masa depan.
Ketergantungan China pada chip Nvidia untuk pengembangan AI masih tinggi. Menurut Zhang Yuchun, manajer umum di penyedia layanan cloud China SuperCloud, pelatihan model AI terdepan China masih bergantung pada kartu Nvidia. Ia memperkirakan perusahaan teknologi China akan banyak membeli, meskipun mungkin dilakukan secara diam-diam.
Upaya untuk memperoleh chip ini juga terjadi melalui jalur pasar gelap oleh universitas elit, perusahaan pusat data, dan entitas yang berafiliasi dengan militer China, seperti ditunjukkan dalam tinjauan tender dan makalah akademis oleh Reuters.
Ditanya mengenai hal ini, Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa negaranya menghargai kerja sama dengan Amerika Serikat, tanpa memberikan komentar lebih lanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


















































