Pelajar Jogja Isi Liburan Sekolah dengan Lestarikan Budaya Jawa, Belajar Geguritan hingga Aksara Jawa

7 hours ago 4

Pelajar Jogja Isi Liburan Sekolah dengan Lestarikan Budaya Jawa, Belajar Geguritan hingga Aksara Jawa Salah satu siswi tampil dalam lomba Geguritan Kompleks Embung Giwangan, Selasa (1/7/2025). - Harian Jogja/Ariq Fajar Hidayat.

Harianjogja.com, JOGJA—Libur sekolah bukan sekadar waktu bersantai bagi sejumlah pelajar di Kota Jogja. Ratusan murid SD hingga SMA memanfaatkan masa liburan dengan cara yang produktif, yaitu mendalami sastra dan aksara Jawa melalui Kompetisi Bahasa Sastra.

Siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Sapen, Aleser Ghaizan Altaf, tampak serius mempersiapkan penampilannya dalam lomba geguritan. Sejak duduk di bangku kelas 2 SD, ia sudah menekuni sastra Jawa, termasuk cerkak dan geguritan.

Baginya, mempelajari geguritan bukan hanya tentang hafalan teks, tetapi juga mendalami rasa yang terkandung dalam cerita. Kali ini, ia membawakan geguritan berjudul Ibu yang berkisah tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

“Yang menarik dari geguritan ceritanya sering bikin trenyuh, jadi memang suka sama cerita-cerita bahasa Jawa,” ujar Aleser sebelum pelaksanaan lomba di Embung Giwangan, Kota Jogja, Selasa (1/7/2025).

BACA JUGA: 3 Pejabat Kementerian PU Dinonaktifkan Seusai OTT KPK Terkait Suap Proyek di Sumut

Ia mengaku persiapan lomba dilakukan sekitar sepekan, termasuk melatih ekspresi saat membawakan bait-bait geguritan.

Yang menarik, Aleser sebelumnya pernah meraih juara harapan 1 dalam lomba cerkak berbahasa Jawa pada tahun lalu. Pengalaman itu membuatnya semakin termotivasi untuk kembali berprestasi.

Sementara itu, di cabang lomba alih aksara Jawa, Dimas Cahya Abimanyu, siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Sapen juga mempersiapkan diri dengan tekun. Ia sudah mulai belajar aksara Jawa sejak kelas 4, dan kini sudah hafal berbagai bentuk huruf Hanacaraka.

Menurutnya, tantangan terbesar bukan hanya memastikan tulisannya benar, tetapi juga menjaga kerapian dan keindahan bentuk aksara di atas kertas.

“Kesulitannya kalau aksara Jawa tulisannya harus bisa indah. Tapi kalau tidak indah juga tidak apa-apa yang penting benar,” ungkap Dimas.

Kabid Sejarah Permuseuman Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Andrini Wiramawati, menjelaskan bahwa kompetisi ini menjadi salah satu strategi pemerintah daerah menjaga keberlanjutan warisan budaya. Hal ini demi menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap bahasa dan sastra daerah yang kini mulai memudar.

“Kita nguri-uri kebudayaan Kota Jogja karena banyak anak-anak sekarang yang terpengaruh budaya luar,” katanya.

Ia menuturkan, meski bahasa Jawa masih diajarkan di sekolah, tidak semua siswa memiliki kesempatan mendalami secara lebih intensif. Apalagi, penggunaan bahasa Jawa di lingkungan rumah dan kampung semakin jarang ditemui.

Untuk itu, pemerintah juga sempat menggulirkan program pengajaran aksara dan sastra Jawa ke kampung-kampung dengan menurunkan guru bahasa Jawa. Namun, tahun ini program tersebut terhenti karena keterbatasan anggaran.

“Di lingkup pendidikan pun tidak begitu banyak yang bisa memberikan ilmu pengetahuan khususnya Bahasa Jawa atau alih aksara Jawa,” jelas Andrini.

BACA JUGA: Hasil Seleksi PPPK Kemenag: 17.154 Dinyatakan Lolos, Ini Link Pemberkasan

Rencananya, program pengajaran langsung ke kampung-kampung akan kembali dianggarkan pada 2026 agar warga dari berbagai kalangan bisa ikut belajar dan melestarikan bahasa Jawa. Dinas Kebudayaan mencatat ada 169 kampung di Kota Yogyakarta yang menjadi sasaran kegiatan pelestarian budaya.

Program ini tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga remaja dan dewasa. Harapannya, upaya ini dapat memupuk kebanggaan menggunakan bahasa ibu di tengah derasnya pengaruh gadget dan budaya global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |