Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat ada 272 kasus demam berdarah dengue (DBD) sejak awal tahun hingga pekan ketiga Juni 2025. Jumlah kasus itu lebih banyak dibandingkan kasus dalam satu tahun 2023 yang hanya 146 kasus.
BACA JUGA: Dua Orang Meninggal di Sleman Karena DBD
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati, mengatakan tidak ada kasus kematian dari ratusan kasus yang ada. Dia meminta agar masyarakat terus waspada dan menjaga kebersihan.
“Tidak ada kasus kematian. Ini juga menjadi wujud kerja sama dengan masyarakat dalam menjaga lingkungan tetap bersih,” kata Yuliati, Selasa (1/7/2025).
Kapanewon Ngaglik menjadi wilayah paling banyak kasus dengan 33 kasus, disusul Kapanewon Gamping dengan banyak kasus DBD dengan 26 kasus, Seyegan 25 kasus, dan Moyudan 22 kasus. Berbeda dengan kapanewon lain, Kalasan hanya ada satu kasus.
Dia berharap tidak ada kenaikan kasus hingga akhir 2025. Pasalnya, kenaikan kasus telah terjadi pada 2024 dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Pada 2023 ada 146 kasus dan pada 2024 ada 675 kasus.
Yuliati sempat menjelaskan peningkatan suhu dapat meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan kemampuan nyamuk dalam menularkan penyakit. Sebab itu, peningkatan kasus DBD berpotensi terjadi pada Mei, Juni, dan Juli.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah memprediksi periode puncak musim kemarau di Indonesia terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025.
Empat upaya yang dapat masyarakat lakukan untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran kasus antara lain menjaga kebersihan dengan menghindarkan genangan air, mengelola sampah dengan mendaur ulang barang bekas berpotensi menampung air, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan melakukan gerakan gerakan 3M+.
Tiga M+ terdiri dari menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas. Adapun unsur plus (+) yaitu menggunakan lotion anti nyamuk, pasang kelambu saat tidur, taburkan larvasida di tempat penampungan air, pelihara ikan pemakan jentik, dan hindari menggantung pakaian dalam rumah.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman, Novita Krisnaeni, meminta masyarakat waspada ketika mengalami kondisi demam mendadak dengan suhu tinggi yang diikuti penurunan dan kenaikan suhu. Kondisi ini merupakan gejala utama DBD.
Fase kritis DBD terjadi pada hari ketiga dan kelima saat deman turun. Dia mengimbau agar masyarakat langsung memeriksakan diri apabila memiliki gejala DBD agar penanganan menjadi lebih cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News