NGUDARASA: Panen Berkali-kali Berkat Padi Abadi

1 day ago 6

Semua bangsa di dunia berusaha sekuat tenaga untuk dapat—kalau memungkinkan—berswasembada dalam segala hal, terutama pangan. Karena itu, seperti perlombaan, semua negara berupaya menemukan cara, termasuk mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar mereka dapat mandiri dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup manusia tersebut. Kedaulatan pangan merupakan jargon yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Untuk urusan yang satu itu, China telah melangkahkan kaki secara pasti dengan mengembangkan varietas padi abadi yang disebut Perennial Rice 23 (PR23). Padi ini ‘diciptakan’ dengan menyilangkan varietas beras Asia dengan beras liar abadi yang tumbuh di Afrika. PR23 dapat menghasilkan biji-bijian sebanyak padi biasa dan dapat dipanen beberapa kali tanpa perlu penanaman ulang pada awal musim tanam.

Namun, Indonesia ternyata tidak kalah jauh dari China dalam hal pengembangan padi sejenis varietas PR23 tersebut. Kalangan periset tanaman padi di dalam negeri tentu mengenal teknologi Salibu (padi tanpa olah tanah langsung dari tunggul), yang juga dapat dipanen berkali-kali dari satu bibit (tunggul) tadi. Belum terdapat informasi yang jelas apakah teknologi Salibu merupakan adopsi varietas PR23 atau sebaliknya.

Suatu produk sehebat apa pun, selain memiliki kelebihan tentu juga memiliki kekurangan. Demikian pula dengan padi abadi yang ditemukan para ilmuwan China itu. Beberapa kelebihannya antara lain adalah potensi dalam pengurangan biaya produksi. Dengan PR23, petani dapat menghemat biaya produksi karena tidak perlu lagi setiap kali memindahkan bibit padi muda ke sawah, yang merupakan pekerjaan melelahkan dan memakan waktu.

BACA JUGA: Jadwal Pemadaman Listrik Pemadaman Listrik Hari Ini Senin 2 Juni 2025: Giliran Sleman dan Bantul

Selain itu tentu saja mengurangi jumlah pekerjaan. Varietas PR23 itu dapat mengurangi jumlah pekerjaan per hektare sebanyak 77 orang-hari setiap musimnya. Padi abadi juga dapat meningkatkan unsur hara tanah. Lahan yang ditanami padi abadi, menurut penelitian pendahuluan, memiliki unsur hara tanah yang meningkat.

Sedangkan sejumlah keterbatasan dan tantangan varietasPR23 yakni hasil panen menurun seiring perjalanan waktu. Setelah lima tahun, hasil panen PR23 dapat menurun drastis, sehingga perlu penanaman ulang. Ilmuwan China tampaknya masih perlu meneliti lebih lanjut tentang dampak jangka panjang pembudidayaan padi abadi, seperti akumulasi gulma dan patogen, serta emisi gas rumah kaca.

Saat ini, kabarnya, PR23 telah ditanam di lebih dari 15.000 hektare di China bagian Selatan—yang cenderung agak mendekati kawasan tropis—dan juga sedang diuji di Afrika. Pengembangan padi abadi ini berpotensi merevolusi pertanian dengan mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi.

Bagaimana halnya dengan Indonesia, yang pernah berjaya ketika zaman Soeharto berkuasa sempat mereguk prestasi swasembada beras, itu? Indonesia memang memiliki potensi untuk mengembangkan dan mengadopsi varietas padi abadi seperti PR23. Namun, belum ditemukan informasi spesifik tentang Indonesia apakah telah meniru atau membeli varietas PR23 dan menanamnya secara luas.

Indonesia sebagai salah satu konsumen beras yang terkemuka di dunia mungkin perlu melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk memastikan bahwa PR23 dapat tumbuh dengan baik di iklim dan kondisi tanah lokal. Indonesia juga mungkin perlu memperoleh benih PR23 dari China atau lembaga penelitian lainnya, yang untuk itu tentunya memerlukan proses panjang dan biaya yang tidak sedikit.

Pengembangan Padi

Sejumlah lembaga penelitian pertanian di Indonesia, sejak masih berbentuk Badan Penlitian dan Pengembangan Pertanian—yang sejak 2022 dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)—dan bekerja sama dengan International Rice Research Institute telah melakukan penelitian tentang tanaman padi dan mengembangkan varietas lokal yang hampir serupa dengan PR23.

Salah satu fokus utama adalah pengembangan varietas padi yang tahan terhadap lingkungan ekstrem, seperti kekeringan, genangan/banjir, salinitas (tanah asin), dan serangan hama/penyakit baru. BRIN dan lembaga penelitian lain terus menguji dan merilis varietas yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Riset ini terus diupayakan untuk menciptakan varietas dengan potensi hasil lebih tinggi, bahkan di lahan marginal. Contohnya varietas Inpari (Inbrida Padi Sawah Irigasi) yang terus dikembangkan dengan berbagai seri (misal, Inpari 32, Inpari 42, Inpari 43, dll.). Berbagai seri varietas itu memiliki keunggulan spesifik seperti ketahanan terhadap hama/penyakit tertentu atau hasil yang lebih tinggi. Selain kuantitas, riset juga memperhatikan kualitas beras yang dihasilkan, seperti rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi, untuk memenuhi preferensi konsumen.

Sejumlah kegiatan riset domestik tersebut mengupayakan inovasi teknologi budi daya seperti Teknologi Salibu. Riset dan pengembangan teknologi Salibu semakin intensif. Metode ini memungkinkan panen berkali-kali dari satu kali tanam dengan memanfaatkan anakan dari tunggul padi sisa panen. Ini sangat menguntungkan petani karena mengurangi biaya pengolahan tanah dan pembibitan.

Jenis aktivitas penting lainnya berkaitan dengan riset di bidang tanaman padi adalah sistem irigasi efisien berfokus metoda irigasi tetes atau sistem irigasi berbasis sensor, untuk menghemat air dan memastikan ketersediaan air yang optimal bagi tanaman padi, di samping pengelolaan hara dan nutrisi. Riset ini mendorong pemupukan berimbang, penggunaan pupuk organik, serta aplikasi nutrisi mikro (seperti nano silika dari sekam padi) yang terus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan hara dan kesehatan tanaman.

BACA JUGA: Jadwal Bus Sinar Jaya Rute Malioboro ke Pantai Baron Gunungkidul Hari Ini Senin 2 Juni 2025

Pendekatan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) dimaksudkan untuk mengintegrasikan berbagai metode pengendalian (biologis, kimiawi selektif, dan praktik budidaya) dan terus dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.

Jangan salah, riset tentang tanaman padi juga menempuh pendekatan pertanian presisi dan digitalisasi pertanian padi. Untuk keperluan ini, mulai dimanfaatkan drone untuk pemetaan lahan, pemantauan pertumbuhan tanaman, dan penyemprotan pupuk/pestisida secara presisi. Selain itu juga dilakukan pengembangan dan penerapan sensor untuk memantau kelembaban tanah, nutrisi, dan kondisi cuaca membantu petani membuat keputusan yang lebih tepat dalam pengelolaan tanaman.

Tidak kalah penting adalah penerapan sistem informasi pertanian dengan cara pengembangan aplikasi dan platform digital untuk memberikan informasi cuaca, harga pasar, rekomendasi budidaya, dan akses ke penyuluhan bagi petani padi. Giliran berikutnya adalah penerapan mesin pertanian modern: Mesin tanam padi dan combine harvester (mesin panen) semakin banyak diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual yang semakin langka.

Mengembangkan padi sejenis varietas PR23 memerlukan tingkat kesulitan yang tinggi dan kerumitan yang signifikan. Dari aspek pemuliaan tanaman, misalnya, mengembangkan varietas padi abadi memerlukan pemuliaan tanaman yang canggih dan pengetahuan tentang genetika tanaman. Proses ini melibatkan seleksi dan persilangan tanaman untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan.

Varietas padi abadi harus memiliki stabilitas genetik yang tinggi untuk memastikan bahwa sifat-sifat yang diinginkan dapat dipertahankan dalam generasi-generasi berikutnya. Selain itu, padi abadi harus dapat tumbuh dengan baik dalam berbagai kondisi lingkungan, termasuk tanah yang berbeda-beda, iklim yang berbeda-beda, serta memiliki ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit.

Varietas padi abadi juga harus memiliki kualitas biji yang baik, termasuk rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi yang tinggi. Jika Indonesia memperoleh benih PR23, terdapat peluang besar untuk meriset lebih lanjut dan menemukan varietas baru lainnya.

Lebih Adaptif

Dengan menggunakan benih PR23 sebagai bahan dasar, peneliti dapat melakukan seleksi dan persilangan guna memperoleh varietas baru yang lebih adaptif dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Selain itu, peneliti dapat menggunakan teknik mutasi untuk menghasilkan variasi genetik baru pada padi PR23, yang dapat menghasilkan sifat-sifat sesuai yang diinginkan.

Dengan menggunakan teknologi genomik, peneliti dapat menganalisis genom padi PR23 dan mengidentifikasi gen-gen yang terkait dengan sifat-sifat yang diinginkan. Hal ini dapat membantu dalam pengembangan varietas baru yang lebih efisien. Indonesia juga dapat melakukan kerja sama dengan lembaga penelitian lain, baik dalam negeri maupun luar negeri, untuk memperoleh pengetahuan dan teknologi yang lebih maju dalam pengembangan padi abadi.

Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan benih PR23 sebagai bahan dasar untuk mengembangkan varietas padi abadi yang lebih adaptif dengan kondisi lingkungan di Indonesia dan memiliki kualitas yang lebih baik. Penelitian tentang dampak PR23 terhadap habitat dan konsumen di negeri asalnya, masih berlangsung. Namun, beberapa studi telah menunjukkan bahwa padi abadi seperti PR23 dapat memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

BACA JUGA: Jadwal KRL Solo-Jogja Hari Ini Senin 2 Juni 2025: Dari Stasiun Palur, Jebres, Balapan, Purwosari hingga Ceper Klaten

Beberapa dampak positif yang dicatat para ilmuwan yang menekuni riset produk tersebut antara lain adalah padi abadi dapat mengurangi kebutuhan pestisida karena tanaman ini dapat tumbuh dengan baik tanpa banyak gangguan hama. Selain itu, padi abadi dapat meningkatkan biodiversitas di lahan pertanian karena tanaman ini dapat tumbuh dengan baik bersama dengan tanaman lain.

Sedangkan dampak negatif yang tercatat antara lain adalah padi abadi ternyata rawan terhadap serangan hama tertentu. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa padi abadi dapat lebih rentan terhadap serangan hama tertentu, seperti wereng coklat.

Padi abadi juga memiliki dampak terhadap ekosistem, seperti perubahan struktur tanah dan kualitas air. Beberapa studi menunjukkan bahwa padi abadi dapat memiliki kandungan nutrisi yang berbeda daripada padi biasa, dan hal ini tentu dapat berdampak pada kesehatan manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |