- UANG
- ENERGI
Arahan penambahan porsi impor LPG dan minyak dari Negeri Paman Sam tersebut datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
Rabu, 09 Apr 2025 14:23:00

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia siap memperbanyak impor LPG dan minyak dari Amerika Serikat (AS). Langkah ini guna merespons kebijakan tarif resiprokal dari Presiden AS, Donald Trump terhadap Indonesia sebesar 32 persen.
Arahan penambahan porsi impor LPG dan minyak dari Negeri Paman Sam tersebut datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah RI disebut bakal menawarkan sejumlah hal untuk meminimalisir surplus perdagangan Indonesia terhadap AS, mulai dari LPG, minyak, BBM, hingga alat pengeboran minyak dan gas bumi (migas).
Bahlil mengatakan, dia telah mendapat perintah langsung dari Prabowo, untuk melihat potensi barang apa saja yang bisa dibeli lebih banyak dari Amerika Serikat. Khususnya di sektor ESDM, di mana 54 persen dari pada impor LPG berasal dari Amerika Serikat.
"Kita tahu bahwa impor minyak kita kan cukup besar. Ini yang kami lagi meng-exercise untuk kemudian dijadikan salah satu komoditas yang bisa kita beli di Amerika," ujar Bahlil seusai acara halal bihalal di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/4).
Menurut perhitungannya, porsi impor minyak Indonesia dari Amerika Serikat baru sekitar 4 persen. Sejauh ini, impor minyak untuk konsumsi dalam negeri masih lebih banyak dari Singapura, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin.
"Kita akan meng-excercise (lebih banyak impor dari Amerika Serikat), sehingga bisa mengurangi defisit neraca perdagangan kita," imbuh Bahlil.
Namun, bukan berarti impor minyak dari negara-negara tersebut bakal dihentikan. "Ya tidak disetop juga. Volumenya yang mungkin dikurangi," tegas Bahlil.
Porsi Impor LPG
Sementara untuk memperbesar porsi impor LPG, Bahlil mengaku telah menghitung nilai keekonomiannya. Dia pun yakin ongkos mendatangkan LPG dari Negeri Paman Sam tidak akan membebani belanja.
"Logikanya kan harusnya lebih mahal karena transportasinya. Tapi buktinya harga LPG dari Amerika sama dengan dari Middle East," kata Bahlil.
"Jadi saya pikir semua ada cara untuk kita menghitung. Dalam bisnis kan yang penting adalah produk yang diterima di negara kita adalah dengan harga yang kompetitif," tuturnya.
Prabowo Minta Genjot Impor dari AS
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto turut menyatakan, sebagai respons terkait penerapan kebijakan tarif impor Trump, Presiden Prabowo Subianto telah mengarahkan agar Indonesia meningkatkan impor terhadap produk-produk Amerika Serikat (AS).
Peningkatan impor itu terutama di sektor pertanian seperti kedelai dan gandum, yang merupakan komoditas yang tidak diproduksi di dalam negeri dan berasal dari daerah-daerah pemilih Partai Republik di AS.
"Tetapi arahan Pak Presiden, Pak Prabowo, bahwa kita akan meningkatkan produk dari Amerika, terutama juga produk agri-culture yang kita tidak punya, seperti soya bean dan wheat dari negara penghasil agri-culture, yang kebetulan daerah ini adalah daerah konstituennya Republican," kata Airlangga pada kesempatan terpisah beberapa waktu lalu.
Selain itu, Indonesia juga mempertimbangkan pembelian produk rekayasa teknik (engineering product), serta energi seperti LPG dan LNG dari Amerika.
Tak akan Bebani APBN
Namun, Airlangga memastikan pembelian ini tidak akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena dilakukan melalui skema realokasi atau switch dari sumber pembelian sebelumnya.
"Nah, kemudian juga pembelian daripada engineering product, dan juga dengan pembicaraan dengan Menteri ESDM, juga kita arahan Pak Presiden, kita juga disiapkan untuk membeli LPG dan LNG, peningkatan dari Amerika, tetapi ini tidak menambah, tetapi realokasi pembelian, switch, jadi tidak mengganggu APBN," ujar dia.
Dia menuturkan, melalui pendekatan ini, Indonesia berharap dapat membangun hubungan ekonomi yang lebih kuat dan saling menguntungkan dengan Amerika Serikat, tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi dalam negeri.
Artikel ini ditulis oleh

M
Reporter
- Maulandy Rizki Bayu Kencana

Dihantam Tarif Impor Donald Trump, Indonesia Bakal Tingkatkan Impor Produk Amerika
Indonesia juga sedang melakukan revitalisasi terhadap perjanjian perdagangan dan investasi.

Lewat Kebijakan Donald Trump Ini, Indonesia Bisa Ambil Peluang Besar
Keputusan Trump hengkang dari Paris Agreement membuat batu bara kembali dibutuhkan.

Miris, Indonesia Pernah Ekspor Minyak 1 Juta Barel dan Kini Berbalik Jadi Importir
Pada tahun 2022 hingga 2024, produksi atau lifting minyak Indonesia terus menurun, hanya mencapai sekitar 600.000 barel per hari,

Bakal Lobi Donald Trump, Mendag Tak Gentar Ancaman Tarif Dagang Ganggu Ekspor Indonesia
Di luar itu, Mendag juga meyakini periode kedua pemerintahan Donald Trump tidak bakal menghambat kinerja ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

Hadapi Tarif Impor Trump, Indonesia Diminta Perkuat Diplomasi Perdagangan dan Basis Produksi
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno berkomentar soal tarif impor Trump yang dikenakan ke Indonesia.

Bahlil Ungkap Nilai Tukar Rupiah Tertekan Gara-Gara Impor LPG dan BBM
Indonesia harus membeli sejumlah besar dolar untuk membiayai impor energi tersebut.

Said Abdullah Sebut Kemandirian Energi Dapat Difokuskan ke Energi Terbarukan
Said juga menyinggung mengenai konversi program minyak tanah ke LPG yang mengakibatkan kebutuhan impor LPG Indonesia terus meningkat.

Kebijakan Tarif Dagang Donald Trump untuk China, Bikin Untung Indonesia
Meskipun bisa jadi peluang, kebijakan Donald Trump tetap wajib diwaspadai Indonesia.

Kebijakan Donald Trump Bakal Buat Biaya Hidup di Amerika Serikat Melonjak Tajam
Selain karena akan merusak proses pemulihan ekonomi China, pengenaan tarif impor 60 persen juga berpotensi biaya hidup di Amerika Serikat bakal melonjak.

Pemerintah Mulai Waspadai Dampak Tarif Tinggi Diterapkan Donald Trump Terhadap Produk Indonesia
Pemerintah Indonesia sedang mengantisipasi dampak kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden Amerika Donald Trump.

Gawat! RI Masuk Daftar Target kena Tarif Impor Trump
Negara-negara lain seperti Jerman, Irlandia, Jepang, dan Korea Selatan juga mulai merasakan dampak dari kebijakan perdagangan AS.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024, target lifting migas ditetapkan sebesar 635.000 barel per hari (BPOD).