Musim Kemarau Diprediksi Lebih Singkat, Warga DIY Disarankan Tetap Memanen Air Hujan

4 hours ago 4

Harianjogja.com, SLEMAN—Musim kemarau tahun ini diprediksi akan berlangsung lebih singkat di sejumlah wilayah di Indonesia. Sebagai langkah antisipasi menghadapi kemarau, masyarakat disarankan tetap memanen air hujan atau rainwater harvesting sebagai cadangan air.

Pakar Klimatologi dari Fakultas Geografi UGM, Emilya Nurjani, menjelaskan perbedaan durasi musim kemarau yang berbeda ini disebabkan adanya angin musim yang kerap diketahui sebagai muson atau monsoon. Adapun muson yang menjadi penentu musim di Indonesia meliputi muson Asia atau Muson Timur dan Muson Barat atau Muson Australia.

Dijelaskan Emilya, muson Asia menjadi penentu datangnya hujan, sedangkan muson Australia menjadi penentu masuknya musim kemarau. Meski begitu, kedatangan masing-masing muson di setiap wilayah kadang tidak terjadi dalam waktu bersamaan.

"Jika datang, kami bisa mulai menentukan kapan dimulainya musim hujan maupun musim kemarau," kata Emilya, Kamis (24/4/2025).

Selain dari muson, fenomena iklim lain juga mempengaruhi musim di Indonesia, di antaranya seperti El Nino dan La Nina, Indian Ocean Dipole (IOD) siklon tropis, osilasi dan The Quasi-biennial Oscillation (QBO). Untuk tahun ini, Emilya melihat tidak ada pengaruh fenomena itu terhadap hujan yang turun di Indonesia.

Kedatangan musim kemarau durasinya bisa beragam. Bahkan, Emilya menyebut musim kemarau ada yang mencapai 24 dasarian atau delapan bulan.

BACA JUGA: Polisi Memperkosa Tahanan Perempuan, Polda Jatim Bertindak Cepat Pecat Anggota Polres Pacitan

Menurut perkiraannya, durasi kemarau tahun ini sama dengan tahun sebelumnya. Karena itu, petani dapat menyusun perencanaan jenis tanaman yang akan ditanam dengan lebih matang.

Dia menyarankan agar masyarakat di daerah dengan waktu kemarau panjang menyesuaikan jenis tanaman pertanian yang dibudidayakan, seperti tanaman yang memiliki kebutuhan air lebih sedikit dan masa tanam yang pendek.

Emilya juga berharap petani bisa melakukan pengelolaan pola buka pintu waduk jika ada irigasi atau pengairan. "Untuk kebutuhan air, kolam retensi pun bisa menjadi opsi, meskipun kolam ini pengisiannya dilakukan saat musim penghujan," katanya.

Untuk sumber daya air, Emilya menyarankan adanya rainwater harvesting karena diprediksi minggu terakhir April ini masih bakal turun hujan, sehingga harapannya saat musim kemarau datang, tabungan air itu bisa digunakan untuk cadangan air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |