Harianjogja.com, SLEMAN—Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (FIK UNY), Djoko Pekik Irianto menyatakan banyak digandrunginya olahraga lari bisa menjadi sebuah gaya hidup sehat bukan sekadar tren semata.
Djoko melihat ramainya olahraga lari sebagai sesuatu yang positif. "Fenomena masyarakat berlari itu satu hal yang positif, kami berharap bisa menjadi gaya hidup, tidak sekadar tren. Kalau tren kan bisa tiba-tiba hilang," kata Djoko dikutip pada Minggu (22/6/2026)
Dari pandangan Djoko, melejitnya olahraga lari saat ini bisa menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebugaran. Masyarakat kata dia ingin mendapatkan kebugaran dan kesehatan melalui aktivitas fisik di antaranya lari.
Dipilihnya olahraga lari oleh banyak masyarakat bisa didasari banyak hal menurut Djoko. Salah satu di antaranya, aktivitas lari disebut Djoko sebagai olahraga yang murah meriah.
Tidak harus menggunakan peralatan yang canggih apalagi mahal, lari kata Djoko bisa dilakukan dengan sarana yang sederhana. Selain itu, Djoko mengatakan aktivitas lari bisa dilakukan di manapun dan kapanpun.
Meski mudah dan murah, Djoko mengingatkan agar masyarakat melakukan olahraga lari sesuai kaidah-kaidah prinsip berlari yang benar. Dengan memenuhi kaidah yang benar, masyarakat diharapkan Djoko dapat memperoleh kebugaran dan kesehatan.
Berkembangnya fenomena lari ini menurut Djoko awalnya digerakkan oleh komunitas. "Ada orang-orang tertentu yang merasa sadar bahwa masyarakat harus digerakkan dengan berbagai event yang digelar," ujarnya.
Terlepas dari apapun bentuknya, baik itu event atau perorangan, Djoko melihat itu sebagai kegiatan yang positif. Meningkatnya kegemaran masyarakat terhadap olahraga lari ini kata Djoko harus didukung agar tingkat kesehatan masyarakat Indonesia semakin hari semakin bagus.
Pasalnya berdasarkan data yang ada, Djoko menyebut 76% masyarakat Indonesia kebugarannya berada dalam ketegori kurang bagus. Salah penyebabnya diungkapkan dia yakni lantaran orang Indonesia termasuk golongan yang malas bergerak.
Padahal untuk bisa sehat dan bugar, masyarakat dijelaskan Djoko paling tidak membutuhkan gerak 8.000 langkah dalam sehari. Penduduk dunia imbuh dia sudah mencapai rata-rata 5.000 langkah per hari. Bahkan di Jepang masyarakatnya disebut Djoko telah mencapai rata-rata 10.000 langkah berhari.
"Bagaimana dengan masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia termasuk malas gerak (mager). Berdasarkan riset 2021 itu menunjukkan rata-rata masyarakat Indonesia itu dalam sehari hanya bergerak 3.500 langkah," ungkapnya.
Angka di atas diterangkan Djoko masih jauh dari target 8.000 langkah yang dibutuhkan agar tetap bugar. Karenanya, menurut Djoko untuk mengampanyekan masyarakat untuk suka bergerak dibutuhkan andil komunitas.
"Komunitas untuk bagaimana memprovokasi masyarakat agar suka bergerak. Ini menjadi bagian dari gaya hidup harapan kami tidak sekadar tren. Ini kami dukung dengan harapan bahwa bisa meningkatkan produktivitas masyarakat Indonesia," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News