Kota Jogja Tambah 10 Sekolah Ditetapkan sebagai Satuan Pendidikan Aman Bencana

9 hours ago 3

Harianjogja.com, JOGJA—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memperluas cakupan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Sebanyak 10 sekolah akan ditetapkan sebagai SPAB di 2025.

Analis Data dan Informasi BPBD Kota Jogja, Darmanto menjelaskan penambahan SPAB tersebut menyasar sekolah jenjang SD, SMP, dan madrasah. Penambahan dilakukan merupakan bagian dari pemetaan risiko kebencanaan di lingkungan sekolah. 

“Tahun ini ada 10 sekolah yang masuk program SPAB. Terdiri dari tiga SD negeri, satu madrasah ibtidaiyah, lima SMP negeri, dan satu madrasah tsanawiyah,” katanya, Minggu (27/7/2025). 

BACA JUGA: Terungkap, Konsumen Beras Premium Oplosan Bayar Rp9.000 Lebih Mahal dari yang Seharusnya

Dengan penambahan tersebut, maka di 2025 ini ada 34 sekolah di Kota Jogja yang menjadi SPAB sejak program tersebut digulirkan pada 2022. Setiap tahun rata-rata ada sekitar delapan sekolah per tahun yang disasar menjadi SPAB. 

“Untuk jenjang SMP negeri, semuanya [tahun ini] sudah menjadi SPAB. Tahun depan kami akan fokus ke SD negeri, dengan target 12 sekolah,” katanya.

Darmanto menuturkan selama ini beberapa SPAB merupakan sekolah yang rawan bencana, antara lain bencana banjir, dan longsor. Pasalnya beberapa sekolah di Kota Jogja masih berdiri dengan jarak kurang dari satu meter dari bibir sungai. Hal itu membuat sekolah tersebut tersebut rawan terjadi dua bencana alam tersebut.

Beberapa sekolah yang dibidik menjadi SPAB juga memiliki lahan yang terbatas, sehingga ketika terjadi gempa bumi, proses evakuasi dinilai masih sulit dilakukan.

"Struktur bangunan juga menjadi perhatian. Ada sekolah yang bertingkat hingga tiga lantai dengan tangga sempit dan curam, balkon yang terlalu kecil, bahkan tidak memiliki halaman evakuasi,” katanya.

BACA JUGA: Ada Dua Festival di Akhir Pekan, Angka Kunjungan Wisata di Bantul Meningkat 97 Persen

Program SPAB dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana pada guru dan siswa. Sehingga diperlukan edukasi, perbaikan struktur bangunan gedung dan kesiapan dari segi infrastruktur pendukung proses evakuasi. Ia mendorong agar berbagai stakeholder dapat mendorong upaya peningkatan kesiapsiagaan bencana tersebut. 

“Potensi kebencanaan paling tinggi [di Kota Jogja] gempa bumi, ini bahaya yang tidak bisa kita prediksi saat jam kegiatan belajar mengajar [KBM] guru dan siswa harus siap [menghadapi bencana],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |