SLEMAN--Suhu bumi secara konsisten mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tingginya suhu bumi memiliki sejumlah dampak terhadap kesehatan dan lingkungan. Salah satu pihak yang paling dirugikan atas kenaikan suhu bumi adalah penderita autoimun atau lupus.
Pendiri Komunitas Sahabat Cempluk, Ian Sofyan, mengatakan ada sejumlah tantangan yang menghadang orang dengan lupus (odapus). Salah satunya adalah perubahan suhu suhu bumi yang merupakan bagian dari perubahan/ anomali iklim.
Secara normal, sel-sel tubuh odapus layu atau mati. Padahal pemulihan untuk mengembalikan sel-sel tubuh seperti semula memakan waktu lama. Sel-sel mati akan dideteksi oleh imun sebagai pengganggu. Sistem imun menjadi reaktif. Odapus akan mengalami kelelahan berkepanjangan.
“Cuaca panas merupakan tantangan odapus yang tinggal di negara tropis. Kalau suhu bumi bertambah maka ada kemungkinan jumlah pasien lupus akan bertambah, dari yang belum terdeteksi menjadi sangat mudah terdeteksi,” kata Ian ditemui di Wisma Pojok Indah, Condongcatur, Depok, Kamis (8/5/2025).
Ian menegaskan sekitar bulan Agustus - September ketika musim kemarau mencapai puncaknya, tingkat kekambuhan penyakit lupus meningkat. Sinar UV menjadi sangat destruktif terhadap kondisi odapus.
Instruktur Meditasi Bali Usada, Agus Wiyono, memberi tawaran pengendalian penyakit lupus sehingga mengurangi dampak terhadap tubuh penderita. Meditasi menjadi alternatif selain pengobatan secara medis.
“Temperatur atau suhu menjadi salah satu sebab seseorang sakit. Di Bali Usada, meditasi dilakukan untuk memunculkan pikiran harmonis atau memiliki empat komponen utama, konsentrasi, sadar, kelembutan, dan kebijaksanaan. Kalau punya pikiran harmonis, seseorang bisa menyehatkan badannya atau menyembuhkan diri sendiri,” kata Agus.
Dalam rangka memperingati Bulan Peduli Lupus, Bali Usada bersama Komunitas Sahabat Cempluk menggelar bakti sosial bernama One Day Meditation pada Jumat (2/5) - Kamis (8/5/2025) di Wisma Pojok Indah. Bakti sosial kali ini dirancang sebagai ruang pemulihan holistik bagi odapus dan pasien autoimun lain. Ada sekitar 30 peserta yang mengikuti meditasi.
Selama tujuh hari enam malam, peserta menjalani praktif noble-silent, tanpa ngobrol, tanpa distraksi, dan fokus pada pemulihan diri. Sebab program ini adalah bakti sosial, maka peserta tidak mengeluarkan biaya apapun.
Seorang penderita lupus, Afril, mengaku setiap dia terkena paparan sinar matahari, ada bagian-bagian di tubuhnya timbul bercak putih dan kulitnya memerah.
“Sepertiga rahim saya juga sudah diangkat. Diagnosisnya saya sudah tidak bisa punya anak. Kalau menstruasi juga sekadar ada bercak begitu aja. Tapi setelah ikut meditasi ini, saya sempat menstruasi yang benar-benar peluruhan rahim sampai tembus. Semoga ada keajaiban,” kata Afri. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News