Mantri Pamong Praja Kemantren Kraton, Sumargandi, saat ditemui di Kantor Kemantren Kraton, Senin (2/6 - 2025). Harian Jogja / Ariq Fajar Hidayat
Harianjogja.com, JOGJA—Kemantren Kraton di Kota Jogja memiliki langkah efektif dalam pengolahan sampah mandiri di tingkat kemantren.
Mantri Pamong Praja Kemantren Kraton, Sumargandi menjelaskan, di wilayahnya terdapat 43 Bank Sampah mandiri yang dikelola masyarakat. Hal ini disebut berhasil mengurangi permasalahan sampah secara signifikan.
Dampak adanya bank sampah membuat volume sampah sudah jauh berkurang. Menurutnya tidak ada lagi titik-titik penumpukan sampah dengan volume besar di Kraton.
“Mungkin titik-titik sampah kecil. Tapi langsung ditangani, langsung kita ambil begitu ketahuan,” kata Sumargandi, Senin (2/6/2025).
Menurutnya, kesadaran masyarakat Kraton dalam mengelola sampah secara mandiri terbilang tinggi. Terdapat salah satu Bank Sampah di kalurahan Panembahan yang mengelola sampah mandiri di rumah milik sendiri, mulai dari pengolahan sampah, sampai benar-benar jadi residu.
Pengelolaan sampah di tingkat kemantren juga turut menggandeng berbagai pihak. Kemantren Kraton membentuk forum olah dan awasi sampah, yang dikoordinasikan dengan berbagai komponen Forkopimtren seperti Polsek, Koramil, hingga penggerobak yang akan mengangkut sampah dari masyarakat ke depo.
Warga diwajibkan membuang sampah melalui penggerobak untuk sisa dari Bank Sampah. Residu sampah dari Bank Sampah akan dibuang ke depo melalui penggerobak.
Saat ini terdapat 40 penggerobak di wilayah Kraton, yang terbagi dalam tiga kalurahan. 15 penggerobak di Kalurahan Panembahan, 12 di Kalurahan Kadipaten , dan terdapat 13 di Kalurahan Patehan.
BACA JUGA: Sri Mulyani Hapus Pemberian Uang Saku ASN Rapat di Luar Kantor
Mengenai target ke depan, Sumargandi berharap lebih optimal dalam pengolahan sampah organik. Ia mengatakan, volume sampah organik di wilayahnya hampir 70 persen, jauh lebih banyak dari sampah anorganik.
“Kalau yang anorganik sudah banyak berkurang. Organiknya ini yang kita masih kewalahan” katanya.
Mengatasi hal tersebut, pihaknya sudah mencoba mengurangi dengan mendatangkan mesin pencacah daun. Ia berharap, mesin ini akan lebih membantu mengatasi pengolahan sampah organik. “Kalau wujudnya daun, pengolahannya akan lama sekali. Tapi kalau sudah dicacah, itu akan lebih cepat,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News