Aktivitas jual beli hewan di Pasar Hewan Siyonoharjo di Kalurahan Logandeng Playen. Sabtu (12/4/2025). - Harian Jogja/David Kurniawan.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pemkab Gunungkidul memastikan aktivitas di pasar hewan berjalan seperti biasa, meski ada temua kasus antraks. Kendati demikian, upaya pencegahan tetap dilakukan dengan melakukan penyemprotan disinfektan terhadap mobil penangkut ternak.
Kepala UPT Puskeswan Playen, Aris Hidayat mengatakan, pasca-adanya temuan kasus antraks di Kapanewon Girisubo dan Rongkop, upaya pengawasan hewan ternak terus dilakukan. Salah satunya memperketat arus keluar masuk hewan di Pasar Hewan Siyonoharjo.
Langkah ini sebagai upaya mengurangi risiko penularan penyakit hewan seperti antraks dan lainnya. “Hingga sekarang belum ada temuan kasus antraks maupun Penyakit Mulut dan Kuku,” katanya, Minggu (13/4/2025).
BACA JUGA: 3 Warga Rongkop dan Girisubo Gunungkidul Positif Antraks
Menurut dia, pengetatan pengawasan dilakukan dengan menerapkan akses masuk psar hewan lewat satu pintu di lokasi yang memiliki kolam dumping. Fasilitas kolam disediakan sebagai upaya sterilisasi menggunakan cairan disinfektan.
“Jadi sterilisasi tidak hanya lewat kolam dumping karena dari atas juga disemprotkan di cairan disinfektan sehingga lebih aman,” katanya.
Selain itu, juga ada petugas kesehatan hewan yang melakukan pemeriksaan secara berkala. Menurut dia, aktivitas di Pasar Hewan Siyonoharjo masih berjalan dengan normal dan malahan cenderung ada peningkatan. “Mungkin karena mendekati Iduladha sehingga mulai lebih ramai,” katanya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan, Masyarakat khususnya para peternak diminta untuk tidak khawatir terkait dengan penyebaran antraks di Kalurahan Tileng, Girisubo dan Bohol di Kapanewon Rongkop. Pasalnya, upaya pencegahan telah dilakukan mulai dari sosialisasi dan edukasi terkait bahaya penyebaran penyakit pada hewan ke manusia (Zoonosis).
Selain itu, juga ada upaya pencegahan agar kasus tidak semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan mulai dari penyeprotan disinfektan di lokasi temuan kasus dengan cairan formalin sebanyak tiga kali.
Cara berikutnya dengan memberikan suntikan anti biotik kepada hewan ternak di sekitar lokasi temuan kasus. “Pencegahan pada hewan ternak terus dilakukan karena setelah penyuntikan anti biotik akan dilanjutkan dengan program vaksinasi,” kata Wibawanti.
Menurut dia, program vaksinasi akan dilakukan dalam waktu dekat. Pasalnya, kebutuhan dosis vaksin untuk pencegahan antraks telah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan. “Sasaran vaksinasi antraks merupakan ternak yang berada di zona merah dan kuning di lokasi temuan kasus,” ungkapnya.
BACA JUGA: Upaya Peternak dan DKPP Bantul Antisipasi Penyebaran Antraks
Sejak kasus ini muncul di awal Februari hingga akhir Maret, Wibawanti mencatat sudah ada sekitar 20 ternak yang mati secara mendadak. Upaya pengecekan telah dilakukan dengan pengambilan sampel dan dinyatakan positif antraks.
Diketahui, penyebaran antraks tidak lepas adanya kegiatan penyembelihan bangkai ternak yang mati secara mendadak. Oleh karena itu, Wibawanti mengimbau kepada Masyarakat untuk mengubur ternak yang mati karena proses penyembelihan berpotensi menularkan penyakit ke hewan ternak lainnya hingga manusia.
“Alasannya agar tidak rugi terlalu banyak, tapi penyembelihan bangkai hewan tidak dibenarkan. Jadi, kalau mati harus langsung dikubur untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News