Harianjogja.com, JAKARTA—Perusahaan konsumer global Procter & Gamble (P&G) akan memangkas alias PHK 7.000 karyawannya dalam dua tahun ke depan, sebagai strategi menghadapi ketidakpastian ekonomi, yang sebagian dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang telah mengguncang banyak perusahaan konsumen.
BACA JUGA: DLH Bantul Terjunkan Dua Tim Tangani Sampah Iduladha 2025
Perusahaan ini juga berencana untuk keluar dari beberapa kategori produk dan merek di pasar tertentu, termasuk beberapa divestasi potensial, sebagai bagian dari rencana restrukturisasi dua tahun yang lebih luas.
“Ini bukan pendekatan baru, melainkan percepatan yang disengaja dari strategi saat ini untuk dapat menang dalam lingkungan yang semakin menantang,” kata para eksekutif pada Konferensi Konsumen Deutsche Bank di Paris, melansir Reuters, Jumat (6/6/2025).
Adapun P&G memangkas sekitar 6% dari tenaga kerjanya, yang oleh perusahaan disebut bagian dari strategi berkelanjutan.
CFO Andre Schulten dan kepala operasi Shailesh Jejurikar mengatakan pada konferensi tersebut bahwa lingkungan geopolitik tidak dapat diprediksi dan konsumen menghadapi ketidakpastian yang lebih besar.
Pungutan besar-besaran Trump terhadap mitra dagang telah mengguncang pasar global dan memicu kekhawatiran akan resesi di Negeri Paman Sam.
P&G pada Kamis (5/6/2025) memproyeksikan kerugian sebelum pajak sekitar US$600 juta pada tahun fiskal 2026, berdasarkan tarif saat ini. Tarif tersebut telah sering berubah selama beberapa bulan terakhir.
Analisis Reuters menunjukkan, secara keseluruhan, perang dagang telah merugikan perusahaan sedikitnya U$34 miliar dalam bentuk kehilangan penjualan dan biaya yang lebih tinggi.
Pada April 2025, perusahaan mengatakan akan mengerek harga beberapa produk, dan Schulten mengatakan pihaknya siap untuk mengerahkan segala cara untuk mengurangi dampak tarif - terutama melalui kenaikan harga dan pemangkasan biaya.
“Restrukturisasi akan membantu menyederhanakan struktur organisasi dengan membuat peran lebih luas dan tim lebih kecil,” kata P&G.
Dalam beberapa tahun terakhir, P&G telah keluar dari pasar Argentina dan merestrukturisasi operasinya di Nigeria. Perusahaan ini juga menjual merek perawatan rambut Vidal Sassoon di China dan beberapa merek lokal lainnya di Amerika Latin dan Eropa.
Perusahaan tersebut mengimpor bahan baku, bahan pengemasan, dan beberapa produk jadi ke AS dari China. P&G mengatakan, sekitar 90% dari produk yang dijualnya diproduksi di dalam negeri.
Perusahaan tersebut memiliki sekitar 108.000 karyawan per Juni 2024. Pemutusan hubungan kerja tersebut akan berdampak pada sekitar 15% tenaga kerja non manufakturnya.
P&G memperkirakan akan mencatat biaya sebesar US$1 miliar hingga US$1,6 miliar sebelum pajak selama periode dua tahun, dengan seperempat dari biaya tersebut diperkirakan berupa nontunai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis