Ini Cara UGM Mencegah Praktik Curang UTBK-SNBT

10 hours ago 3

Ini Cara UGM Mencegah Praktik Curang UTBK-SNBT Suasana pelaksanaan UTBK-SNBT 2025 di Gedung Perpustakaan dan Arsip UGM pada Sabtu (26/4/2025). - Harian Jogja // Catur Dwi Janati

Harianjogja.com, SLEMAN— Isu kecurangan peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dalam pelaksanaan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025 tengah menyeruak. Sejumlah peserta melakukan aksi curang dilaporkan terjadi di sejumlah daerah.

Di UGM, panitia penyelenggara memperketat pelaksanaan, salah satunya menyediakan ribuan alat tulis untuk mencegah barang apapun masuk ke ruang ujian. 

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Profesor Wening Udasmoro menjelaskan untuk mengantisipasi adanya kecurangan, pengamanan dan pemeriksaan terhadap peserta ujian diperketat. Selain mengecek peranti elektronik yang mungkin dibawa peserta ujian dengan metal detector, tahun ini UGM bahkan menyediakan alat tulis agar tak ada barang lain yang dibawa peserta masuk ke ruang ujian. 

"Ya itu sudah, kalau itu [metal detector] sudah lama. Jadi semua sebelum masuk itu sudah ada metal detector," kata Wening pada Sabtu (26/4/2025) di Gedung Perpustakaan dan Arsip UGM.

BACA JUGA: UTBK 2025, Terjadi 14 Kecurangan Dalam Dua Hari Pelaksanaan

"Ini sekarang ini tambah lagi alat tulis kami yang menyediakan. Sebelumnya masih mereka bawa sendiri, sekarang kami tidak mau, kami yang menyediakan semua. Jadi mereka masuk itu tanpa HP, tanpa alat tulis mereka sendiri, kami yang menyediakan," ujarnya.

Langkah ini membuat kampus kudu menyiapkan ribuan alat tulis yang nantinya digunakan peserta ujian SNBT 2025. "Ya memang banyak, tapi gimana lagi, itu antisipasi," ungkap Wening.

Wening berharap pelaksanaan UTBK-SNBT di UGM bisa bersih dari kecurangan. Dengan menyediakan alat tulis, harapannya kecurangan dapat diminimalisir karena mahasiswa masuk ruangan tanpa ponsel maupun alat tulis pribadi. 

"Karena kami meminimalisasi berbagai macam [kecurangan], ya mengantisipasi, kami tidak ingin adanya berbagai macam bentuk-bentuk kecurangan," katanya. 

UTBK di kampus UGM diikuti sebanyak 20.615 peserta yang berlangsung pada 23 April hingga 2 Mei 2025. Jumlah peserta UTBK tahun 2025 di UGM naik 10% dibandingkan dengan jumlah peserta UTBK tahun sebelumnya yakni pada 2024 yang mencapai 18.726 orang.

Pada jalur UTBK-SNBT, UGM rencananya akan menerima sebesar 30% dari 9.236 total keseluruhan calon mahasiswa yang akan diterima melalui berbagai jalur seleksi.

Pada hari keempat pelaksanaan UTBK-SNBT yakni Sabtu (26/4/202/), pimpinan universitas dan fakultas serta tim panitia pelaksana melakukan kegiatan monitoring evaluasi (monev) ujian di Gedung Perpustakaan dan Arsip, Gedung TILC Sekolah Vokasi dan ruang laboratorium Fakultas Psikologi. Tiga lokasi tersebut menjadi sasaran monev dari 13 titik lokasi pelaksanaan ujian di UGM. 

Perhatikan Hak Disabilitas 

Dalam pelaksanaan monev, rombongan pimpinan universitas juga meninjau pelaksanaan ujian yang diikuti peserta  penyandang disabilitas tuna rungu di ruang laboratorium perpustakaan.

"UGM ini memang kita memberikan perhatian lebih untuk teman-teman disabilitas. Jadi untuk penanganan dan juga nanti bagaimana mekanismenya, kami serahkan itu semua kepada Unit Layanan Disabilitas," ucap Wening. 

BACA JUGA: UTBK di Universitas Airlangga, Peserta Diwajibkan Ganti Alas Kaki untuk Mencegah Curang

Ketua Unit Layanan Disabilitas (ULD) UGM, Wuri Handayani menyatakan pada UTBK-SNBT tahun ini UGM menerima laporan tiga calon peserta dari disabilitas tuli dan satu daksa. Dari laporan itu ULD UGM menghubungi peserta untuk memastikan dan mengonfirmasi hal tersebut dengan form yang disertai dengan surat keterangan dokter. Proses ini dilakukan untuk memastikan jenis alat bantu yang digunakan dan jenis disabilitas dari calon peserta. 

"Dari tiga orang [peserta] tuli itu, satu orang tidak bisa menunjukkan surat keterangan dokter, sehingga kami tidak mengklasifikasikan sebagai penyandang disabilitas," katanya. 

"Kami memitigasi risiko bahwa alat batu denger ini digunakan untuk alat komunikasi joki, sehingga kami mengusulkan untuk dipisahkan tersendiri," ujarnya.

Pada prinsipnya UGM, lanjut Wuri, berupaya memitigasi risiko kecurangan tanpa mengurangi dan melanggar hak-hak penyandang disabilitas untuk menggunakan alat bantu dengar.

Kepada peserta yang tidak menunjukkan bukti disabilitas selanjutnya tetap dapat diperbolehkan mengikuti ujian bersama peserta lain di ruang ujian non-disabilitas. 

BACA JUGA: UTBK 2025 Dimulai Hari Ini, Berikut Tata Tertib Pelaksanaannya

"Mengikuti sebagai peserta biasa, karena yang bersangkutan itu mengakunya hanya salah satu saja yang tidak mendengar, yang satunya masih bisa mendengar. Nah secara medis itu belum bisa dikatakan sebagai disabilitas, sehingga kami kategorikan sebagai peserta yang non-disabilitas," kata Wuri.

Selain peserta disabilitas, ULD juga akan menerima satu peserta yang mengalami kesulitan berjalan jauh lantaran pasca operasi. Peserta tersebut nantinya akan ditempatkan di fasilitas khusus di Fakultas MIPA UGM

"Terakhir kami koordinasi, ada satu peserta yang masih operasi dan dia tidak bisa berjalan jauh, sehingga kami pun juga menyediakan fasilitasi yang nanti lokasinya di Fakultas MIPA," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |