Geopark Jogja ditetapkan sebagai Geopark Nasional

4 hours ago 2

Geopark Jogja ditetapkan sebagai Geopark Nasional Badan Pengelola Geopark Jogja Puncak Kaldera Kendil Suroloyo yang ditetapkan dalam Geopark nasional Jogja. - Istimewa.

JOGJA—Sejumlah situs yang tergolong dalam warisan geologi atau geosite, keanekaragaman hayati atau biosite dan keragaman budaya atau culture site di DIY ditetapkan sebagai Taman Bumi atau Geopark Nasional Jogja. Ke depan, situs-situs ini akan dikelola dengan berorientasi pada konservasi dan kesejahteraan masyarakat.

Penetapan ini ditandai dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 171.K/GL.01/MEM.G/2025 tentang Penetapan Taman Bumi (Geopark) Nasional Jogja, pada 7 Mei 2025. Situs-situs ini tersebar di beberapa wilayah di DIY.

Pada kelompok geosite ada 15 situs yang tersebar di tiga kabupaten. Pertama, di Bantul meliputi Gumuk Pasir, Lava Purba Mangunan dan Sesar Opak Bukit Mengger. Kedua, di Sleman meliputi Tebing Breksi, Lava Bantal Berbah, Volcano Park Bakalan, Rayapan Tanah Nglepen, Merapi Turgo Plawangan, Batu Gamping Eosen, dan Perbukitan Intrusi Godean.

BACA JUGA: ASN Pemkab Magetan Jadi Korban Meninggal Kecelakaan KA Malioboro Ekspres

Ketiga di Kulonprogo, meliputi Puncak Kaldera Kendil Suroloyo, Puncak Widosari, Gua Kiskendo, Eks Tambang Mangan Kliripan dan Batubara Formasi Nanggulan. Sementara geosite di Gunungkidul ada tetapi masuk ke Geopark Gunungsewu yang membentang dari Gunungkidul hingga Pacitan, Jawa Timur.

Kemudian pada kelompok biosite meliputi lima situs, yakni Taman Nasional Gunung Merapi Segmen Sleman, Taman Wisata Alam Batu Gamping, Cagar Alam Batu Gamping, Cagar Alam Imogiri dan Suaka Margasatwa Sermo.

Pada culture site terdiri dari situs Keragaman Budaya Berwujud, meliputi Kawasan Cagar Budaya Kraton dan Kawasan Cagar Budaya Pakualaman. Situs Keragaman Budaya Tak Berwujud yakni Labuhan Merapi dan Labuhan Parangkusumo.

General Manager Badan Pengelola Geopark Jogja, Dihin Nabrijanto, menjelaskan inisiasi menjadikan Jogja sebagai Taman Bumi atau Geopark merupakan bagian dari falsafah hamemayu hayuning bawana, yang mengusung cita dan asa menjadikan bumi Jogja semakin memayu, indah, dan nyaman untuk ditempati.

"Warisan Bumi yang dianugerahkan Tuhan kepada kita harus menjadi aset masyarakat Jogja yang dapat dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan edukasi, konservasi dan pemberdayaan kesejahteraan masyarakat. Pelibatan masyarakat secara aktif akan menghasilkan sinergi positif untuk mencapai
hamemayu hayuning bawono dan mewujudkan impian akan Jogja yang semakin istimewa, memayu, indah, dan nyaman" ujarnya, Jumat (16/5).

Ia mencontohkan, salah satu pengelolaan geosite yang sudah cukup maju adalah Tebing Breksi. Dulu geosite Tebing Breksi kondisinya kritis karena ditambang masyarakat. Namun sekarang dengan menjadikan lokasi tersebut objek wisata berbasis masyarakat, para penambang sekarang beralih menjadi pengelola Tebing Breksi. Ke depan, semua geosite akan dikelola dengan pendekatan yang sama, meski modelnya tidak sama persis dengan Tebing Breksi.

Labuhan Merapi dan Labuhan Parangkusumo juga dimasukkan dalam keragaman budaya geopark karena mendukung narasi tema Geopark Nasional Jogja, yakni Babad Bumi Jogja. Poros utara dan selatan yang digambarkan sebagai sumbu imajiner oleh Pangeran Mangkubumi, memiliki peran signifikan dalam geologi dan peradaban di Jogja. (ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |