Wisatawan serta warga setempat saat mengikuti wisata edukasi pembuatan kerajinan Gerabah. Dok Pokdarwis Panjanhgrejo
Harianjogja.com, BANTUL—Setelah sempat vakum beberapa tahun, Desa Wisata Panjangrejo di Kalurahan Panjangrejo, Kapanewon Pundong, Bantul, kembali menunjukkan geliat kebangkitan. Kebangkitan ini ditandai dengan pembentukan kembali Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) pada 2023 yang aktif menghidupkan potensi wisata berbasis edukasi, budaya, dan religi.
Ketua Pokdarwis Panjangrejo, Waluyo, mengungkapkan aktivitas wisata di desanya mulai pulih setelah sempat terhenti, terutama akibat pandemi Covid-19. Sebagian besar kegiatan wisata edukasi berpusat di Dusun Jepdes, yang dikenal sebagai sentra kerajinan gerabah.
“Untuk kegiatan pariwisata di Panjangrejo sempat jalan di tempat. Namun, mulai 2023, pemerintah kalurahan membentuk Pokdarwis kembali. Saat ini kami sedang dalam proses pengajuan SK ke Gubernur,” ujar Waluyo, Selasa (28/10).
Regenerasi Pengurus dan Ragam Potensi Wisata
Menurut Waluyo, penyebab utama ketidakaktifan desa wisata sebelumnya adalah terhambatnya regenerasi pengurus. “Pengurus lama sudah sepuh, sehingga regenerasinya belum berjalan. Kini kami membentuk formasi baru agar lebih aktif,” jelasnya.
Potensi wisata Panjangrejo cukup beragam. Selain wisata edukasi gerabah, desa ini juga mengembangkan wisata budaya dan religi. “Untuk wisata edukasi, sasarannya masih anak-anak sekolah. Mereka bisa belajar membuat dan mewarnai gerabah, serta menyaksikan langsung proses produksi di sentra kerajinan,” terang Waluyo.
Aktivitas ini berjalan secara insidental, menyesuaikan jumlah kunjungan. “Jika ada pengunjung, kami aktifkan wisata edukasinya. Jika tidak, kami beralih ke produksi atau pelatihan,” ujarnya.
Dampak Pandemi dan Upaya Pemulihan UMKM Gerabah
Pandemi meninggalkan dampak signifikan bagi pelaku UMKM gerabah di Panjangrejo. “UMKM masih berjalan, tetapi penjualannya menurun pascacovid. Masalah utamanya terletak pada pemasaran, karena belum banyak yang menerapkan digital,” ungkap Waluyo.
Beberapa perajin telah mulai menjual produk secara daring dengan hasil cukup menjanjikan. Namun, sebagian besar masih terkendala pengetahuan dan fasilitas. “Yang sudah online hasilnya lebih baik. Namun, banyak yang belum paham cara pemasaran digital atau terkendala peralatan,” katanya.
Kekayaan Budaya dan Pengembangan Wisata Religi
Panjangrejo juga menyimpan kekayaan budaya yang kuat, seperti kesenian jathilan, reog, dan pertunjukan unik Nini Thowong—boneka tradisional yang digerakkan empat orang hingga terlihat hidup.
“Setahu saya, Nini Thowong mungkin satu-satunya di Indonesia, bahkan dunia. Boneka ini bisa menari seolah hidup dan masih kami lestarikan,” ujarnya bangga.
Tak hanya budaya, Panjangrejo sedang mengembangkan wisata religi. Waluyo menyebut adanya makam seorang tokoh yang diyakini sebagai murid Sunan Kalijaga, yang kini sedang dipugar. “Selain untuk nguri-uri leluhur, kami berharap ke depan dapat menjadi destinasi wisata religi,” tuturnya.
Dukungan Pemerintah dan Potensi Alam
Menurut Waluyo, dukungan pemerintah kalurahan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul turut mempercepat kebangkitan desa wisata ini. “Alhamdulillah, pihak kalurahan dan dinas sangat mendukung. Promosi masih terbatas, namun kami terus berupaya memperbaiki agar lebih dikenal,” katanya.
Panjangrejo juga menawarkan panorama alam memukau. Dari arah selatan, pengunjung dapat menikmati hamparan sawah dan pegunungan membentang dari Baranbritis hingga pesisir selatan. “View-nya sangat bagus, banyak pengunjung mengatakan pemandangan ke arah selatan luar biasa,” tambah Waluyo.
Komitmen Pemerintah Kalurahan
Lurah Kalurahan Panjangrejo, Mudiyana, menjelaskan Desa Wisata Panjangrejo sempat vakum dua tahun akibat pandemi, namun mulai aktif kembali sejak 2022. Sebelum pandemi, wisata edukasi gerabah telah berjalan baik, namun terhenti karena tidak ada pesanan dan kunjungan.
“Saat Covid, kami benar-benar vakum dua tahun. Setelah itu, kami bentuk kembali Pokdarwis dan mulai aktif sejak 2022. Kini sudah ada pendampingan dari Dinas Pariwisata,” kata Mudiyana.
Pihak kalurahan aktif mempromosikan melalui media sosial dan jaringan antar-Pokdarwis. Mereka juga menggandeng sekolah-sekolah untuk menjadikan Panjangrejo sebagai lokasi wisata edukasi.
“Kami telah mengirim surat ke sekolah-sekolah agar dapat belajar dan berwisata di Panjangrejo. Beberapa di antaranya telah menganggarkan kunjungan ke sini,” ujarnya.
Salah satu universitas di DIY bahkan telah berkunjung beberapa kali tahun ini dan memberikan bantuan peralatan pembuatan gerabah yang lebih modern.
“Mereka juga mendampingi dan memperbarui peralatan yang sebelumnya masih manual, agar lebih efisien,” jelas Mudiyana.
Ia berharap langkah-langkah ini dapat memperkuat identitas Panjangrejo sebagai desa wisata edukasi dan budaya yang mandiri. “Kami ingin Panjangrejo dikenal luas sebagai desa wisata yang mampu menggerakkan ekonomi warga sekaligus melestarikan budaya lokal,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


















































