Polisi Brasil Perangi Geng Narkoba di Rio de Janeiro, 64 Orang Tewas

3 hours ago 1

Polisi Brasil Perangi Geng Narkoba di Rio de Janeiro, 64 Orang Tewas Anggota polisi militer membawa jenazah korban tewas ke rumah sakit pada hari operasi polisi melawan perdagangan narkoba di favela do Penha, Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (28/10/2025). - bisnis.Reuters/Aline

Harianjogja.com, JAKARTA –Sedikitnya 64 orang dalam bentrokan berdarah antara kepolisian Brasil dengan jaringan narkotika besar. Ini operasi paling mematikan dalam sejarah Rio de Janeiro.

Dikutip dari Bisnis, Rabu (29/10/2025), serangan sebelum fajar pada Selasa (28/10/2025) menargetkan para pemimpin Comando Vermelho atau Red Command, geng bandar narkoba terbesar di Brasil. Geng narkoba ini menguasai banyak kawasan kumuh (favelas) di lereng-lereng Rio, demikian pernyataan resmi Pemerintah Negara Bagian Rio.

Baku tembak antara aparat bersenjata lengkap dan anggota geng berlangsung hingga sore hari di kawasan padat penduduk. Beberapa anggota geng membalas dengan membakar kendaraan dan membangun barikade darurat. Polisi menangkap lebih dari 80 orang setelah menggiring sejumlah pemuda bertelanjang dada di lokasi kejadian.

Sekitar 2.500 aparat, dibantu 32 kendaraan lapis baja, dikerahkan untuk melaksanakan surat perintah penangkapan di wilayah utara kota. Pertempuran itu terjadi menjelang digelarnya rangkaian acara menuju Konferensi Iklim PBB COP30.

Pemerintah daerah Rio memang kerap meningkatkan operasi keamanan sebelum perhelatan besar seperti Olimpiade dan Piala Dunia, namun operasi kali ini disebut jauh melampaui skala dan tingkat kekerasan sebelumnya, bahkan untuk kota yang telah lama akrab dengan perang antar geng.

Ledakan kekerasan di Rio juga mencerminkan eskalasi perang terhadap kejahatan terorganisasi di Brasil dan kawasan sekitarnya.

Praktik pembunuhan di luar hukum terhadap tersangka pengedar narkoba kini menuai kecaman internasional, terutama setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan militer menghancurkan kapal-kapal yang diduga menyelundupkan narkoba dari Venezuela dan Amerika Latin.

Serangan-serangan itu menimbulkan korban jiwa di kawasan Karibia dan perairan Pasifik Amerika Selatan. Operasi besar di Rio juga menyoroti ketegangan antara pemerintah negara bagian dan pemerintah pusat terkait pendekatan dalam memberantas geng.

Pemerintah Rio menyebut para anggota geng menggunakan drone untuk menjatuhkan bahan peledak ke arah aparat keamanan dan membajak puluhan bus selama operasi berlangsung.

Gubernur Rio Claudio Castro menyebut operasi tersebut sebagai upaya melawan “narkoterorisme,” Castro menegaskan bahwa pemerintah daerah menghadapi musuh dengan kekuatan yang semakin terorganisasi. “Inilah skala tantangan yang kami hadapi,” tulis Castro di media sosial.

Dalam wawancara dengan CNN International, Castro menyebut korban tewas mencapai 64 orang, termasuk empat anggota kepolisian. Ia juga mengecam pemerintah federal karena dinilai kurang memberikan bantuan dalam operasi ini.

Gleisi Hoffmann, Ketua Partai Pekerja dan utusan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva untuk urusan Kongres, mengakui perlunya koordinasi lebih erat antar lembaga keamanan. Namun ia menegaskan bahwa pemerintah pusat telah menjalankan sejumlah operasi, termasuk pengungkapan kasus pencucian uang besar-besaran.

Ia juga menyerukan agar parlemen segera meloloskan usulan amandemen konstitusi yang memungkinkan aparat bertindak lebih tegas terhadap jaringan kriminal.

“Peristiwa ini kembali menunjukkan pentingnya koordinasi yang solid antar aparat dalam memberantas kejahatan terorganisasi,” tulis Hoffmann di X. Pemerintah federal kemudian mengumumkan akan menggelar rapat darurat dengan Gubernur Castro untuk membahas langkah lanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |