Aqila Zalfa Pradita dan Mohammad Aryasatya Arifien, dua siswa SMAN 1 Jogja yang lolos di beberapa universitas luar negeri saat ditemui, Rabu (16/4/2025) - Harian Jogja - Alfi Annissa Karin
Harianjogja.com, JOGJA – Kabar gembira datang dari SMAN 1 Jogja atau yang lebih dikenal dengan SMA Teladan. Satu siswa dari jurusan IPA dan satu siswi jurusan IPS berhasil menembus perguruan tinggi luar negeri. Keduanya bahkan diterima di lebih dari satu perguruan tinggi luar negeri dan dalam negeri. Mereka adalah Aqila Zalfa Pradita dan Mohammad Aryasatya Arifien. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Alfi Annissa Karin.
Aqila Zalfa Pradita atau yang akrab disapa Aqila dinyatakan lolos di 5 perguruan tinggi luar negeri. Beberapa perguruan tinggi yang bersedia menerima Aqila diantaranya adalah The Hongkong University of Science and Technology, Arizona State University, University of Toronto, University College Dublin Ireland, dan University of Alberta. Aqila mengaku 5 universitas yang saat ini menerimanya baru sebagian universitas yang dia apply. Sebab, dia mendaftarkan diri pada 10 universitas dari berbagai negara. Sebanyak 5 universitas telah menyatakan lolos, sementara dua universitas menyatakan menolak, serta 3 universitas lainnya masih pending atau menunggu pengumuman selanjutnya.
Aqila maju ke perguruan tinggi luar negeri dengan mendaftarkan diri pada Beasiswa Indonesia Maju (BIM). Lolos atau tidaknya Aqila sebagai penerima BIM akan diumumkan pada pekan depan. Pantas rasanya siswi kelahiran 2007 ini untuk menyandang status mahasiswa luar negeri. Sebab, prestasi di tingkat nasional pernah dia raih selama duduk di bangku SMA. Prestasi inilah yang membawa Aqila untuk mendaftar lewat jalur beasiswa BIM.
“Alhamdulillah sempat memenangkan Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) yang digelar oleh Puspernas. Setelah itu diberi saran oleh guru untuk ikut beasiswanya. Mulai dari situ mulai mengejar perguruan tinggi negeri dan luar negeri,” ujar Aqila saat ditemui di SMAN 1 Jogja, Rabu (16/4/2025).
Prestasi ini menunjukkan minat Aqila yang tinggi di bidang bisnis dan kewirausahaan. Minat ini juga yang membawa Aqila untuk fokus pada jurusan commerce atau bisnis dan manajemen. Dia mengaku sudah menggemari dunia bisnis sejak kecil. Saat duduk di bangku sekolah dasar, Aqila mulai berjualan kecil-kecilan. Ini didukung oleh keluarga yang juga kebanyakan berdagang.
“Dulu waktu SD jualan kecil-kecilan seperti snack. Lalu waktu SMA itu makannya masuk ke IPS lalu mulai ikut lomba-lomba di bidang bisnis,” tutur anak pertama dari dua bersaudara ini.
BACA JUGA: Jadi Syarat Masuk Perguruan Tinggi, Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Kembali Berlaku di SMA
Aqila mengaku sejatinya tak ada target khusus untuk bisa melanjutkan pendidikan di luar negeri. Cita-citanya dalam bidang perkuliahan layaknya anak lulusan SMA lainnya yakni melanjutkan pendidikan pada jurusan mentereng di Universitas Gajah Mada. Namun, dia melihat sekaligus memanfaatkan peluang yang ada, termasuk peluang beasiswa. Aqila mengaku bukan termasuk siswa jenius. Ini menjadikannya harus rajin dan meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar. Biasanya waktu belajar di rumah akan dimulai bada Isya. Sebab, sepulang sekolah hingga sebelum Isya Aqila belajar di bimbingan belajar.
“Jadi, bisa selesai jam 00.00, jam 01.00, atau jam 02.00 itu tergantung kalau misalnya lagi ujian bisa sampai pagi sih sebenarnya. Iya (minimal empat sampai lima jam belajar),” kata perempuan 18 tahun ini.
Warga Jalan Kabupaten ini mengaku semangatnya tak selalu menyala untuk belajar. Ada kalanya Aqila juga merasa burn out dan rehat sejenak dari aktivitas belajarnya. Biasanya, dia akan menyegarkan pikirannya dengan tidur, menonton tayangan favoritnya, atau makan makanan kesukaannya. Dukungan orang tua juga sangat berperan terhadap kesuksesan Aqila. Dia menyebut orang tuanya tak pernah memaksa Aqila belajar dengan keras. Bahkan, melihat kesibukan Aqila, orang tuanya lebih sering mengingatkan untuk banyak beristirahat. Apalagi, Aqila terbilang siswa yang aktif di dalam dan di luar sekolah.
“Aku memang OSIS di SMA ini dari kelas 10 sampai kelas 11. Aku juga ikut beberapa organisasi di luar dan kepanitiaan event dalam sekolah maupun di luar gitu,” tutur Aqila.
Kini, dia tengah menunggu pengumuman beasiswa BIM yang dijadwalkan pada pekan depan. Jika nantinya gagal untuk mendapatkan beasiswa BIM, Aqila akan tetap melanjutkan pendidikan di dalam negeri. Sebab, Aqila juga sudah dinyatakan lolos pada jurusan Manajemen UGM melalui jalur seleksi nasional berbasis prestasi (SNBP). Dia berharap pendidikan yang dia tempuh ini akan membantunya untuk meraih cita-citanya. Dia ingin menjadi seorang konsultan di bidang bisnis.
“Karena related to bisnis aku ingin jadi konsultan atau di bidang company,” ujar alumni MTSN 6 Jogja.
Selain Aqila, ada juga Satya yang diterima di 4 universitas luar negeri. Keempatnya adalah University New South Wales, University of Queensland, Monash University, dan Worecaster Polytechnic Institute. Satya memilih jurusan komputer dan sains. Ini tak lepas dari kegemarannya mempelajari bidang teknologi termasuk pembuatan software. Satya turut berbagi tips agar bisa lolos universitas luar negeri. Di antaranya adalah memahami kemapuan dan kualitas diri. Selain itu, melakukan berbagai persiapan yang diperlukan seperti sertfikat IELTS, standarisasi matematika dan bahasa Inggris, serta menyiapkan kemampuan untuk membuat essay.
“Biasanya esainya dikategorikan ada dua, jadi esai tentang diri sendiri dan esai tentang alasan memilih universitas yang dipilih,” ujar siswa IPA 2 ini.
Satya mengaku sejauh ini sudah menjatuhkan pilihan pada University of New South Wales. Menurutnya, universitas ini memiliki jurusan komputer dan sains yang terbaik dibanding perguruan tinggi lainnya. Namun, senada dengan Aqila dia juga masih menunggu pengumuman beasiswa BIM. Jika nantinya tak lolos, Satya akan tetap melanjutkan pendidikan di UGM dengan jurusan Ilmu Komputer. Dia mengajak siswa seusianya untuk tidak mudah menyerah dalam meraih cita-cita. Menurutnya, apapun cita-citanya pasti akan ada jalan.
“Saya coba ikut course gratis yang ada di internet. Waktu itu juga baru punya HP yang kentang, belum ada laptop gitu. Tapi ya tetap bisa belajar dari situ. Kalau dream job saya di bidang programmer, mungkin dalam hal mengembangkan software,” ungkap peraih medali perak OSN Matematika 2021 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News