Biaya Operasional Melaut Masih Tinggi, Pelabuhan Sadeng Gunungkidul Butuh SPBU Khusus Nelayan

7 hours ago 2

Biaya Operasional Melaut Masih Tinggi, Pelabuhan Sadeng Gunungkidul Butuh SPBU Khusus Nelayan Sejumlah kapal inka mina sedang terpakir di area dermaga di Pelabuhan Sadeng di Kapanewon Girisubo, Gunungkidul. Rabu (9/7/2025).Harian Jogja - David Kurniawan.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Nelayan di Pelabuhan Sadeng di Kapanewon Girisubo, Gunungkidul berharap ada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) khusus. Diharapkan dengan adanya fasilitas ini, maka bisa menekan biaya operasional saat menangkap ikan di laut.

Ketua Kelompok Nelayan di Pelabuhan Sadeng, Sarpan mengatakan, keberadaan SPBU khusus nelayan sangat dibutuhkan. Hal ini karena menjadi sarana yang vital bagi nelayan untuk melaut.

Ia mencontohkan untuk kapal sekoci sekali melaut membutuhkan solar hingga mencapai 350 liter. Adapun kapan inka mina yang ukurannya lebih besar, maka butuh lebih banyak lagi karena sekali melaut bisa memakan waktu selama sepuluh hari.

“Solar menjadi kebutuhan mendasar bagi nelayan khususnya untuk kapal di atas sepuluh GT,” kata Sarpan, Kamis (10/7/2025).

BACA JUGA: 4 Polisi Selundupkan Narkoba Jenis Sabu, Libatkan Perwira

Hal yang sama juga berlaku bagi nelayan kecil yang menggunakan mesin tempel. Perahu jenis ini membutuhkan BBM jenis pertalite untuk menangkap ikan di laut.

“Ada koperasi yang memasok, tapi memang harganya lebih mahal. Contohnya pertalite dijual Rp11.000 per liternya,” katanya.

Menurut dia, nelayan berharap ada fasilitas SPBU khusus nelayan sehingga dapat memperoleh harga BBM seperti di pasaran pada umumnya. Sarpan tidak menampik keberadaan SPBU pernah ada di Pelabuhan Sadeng di era 1990an, tapi berhenti beroperasi di 2002 lalu.

“Mungkin dulu yang membutuhkan BBM tidak sebanyak sekarang, jadi operasinya berhenti. Tapi, sekarang para nelayan sangat membutuhkan adanya SPBU untuk mendapatkan pasokan BBM yang lebih murah,” katanya.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Wahid Supriyadi mengatakan, pihaknya telah menangkap aspirasi dari para nelayan. Wacana mendirikan SPBU khusus nelayan dibarekankan dengan program pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih yang sedang diajukan ke Pemerintah Pusat. “Mudah-mudahan bisa direalisasikan,” kata Wahid.

BACA JUGA: Toyota Kuasai Pasar Mobil Tanah Air per Juni 2025, Kijang Innova Terjual 31.100 Unit

Menurut dia, untuk saat ini, pasokan BBM ke nelayan dilakukan oleh dua sub penyalur atas nama Badan Usaha Milik Kalurahan Pucung. Adapun harga jual BBM jenis solar bersubsidi sekitar Rp7.800 per liter dikarenakan adanya tambahan ongkos Rp1.000.

“Ada kuota 28.800 liter dan realisasi baru separuh yang terserap. Kalau untuk solar non subsidi atau dexlite, harganya lebih mahal karena tembus Rp13.320 per liter,” kata Wahid. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |