Polisi menyemprotkan gas air mata saat berlangsungnya aksi demonstrasi menentang kebijakan imigrasi di California, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (8/6/2025). Aksi menolak kebijakan Presiden Trump yang akan mendeportasi imigran ilegal maupun bermasalah itu berlangsung rusuh. ANTARA FOTO/Xinhua/Qiu Chen - bar
Harianjogja.com, JAKARTA—Menyusul unjuk rasa yang memanas dan terus berlanjut, Wali Kota Los Angeles Karen Bass mengumumkan pemberlakuan jam malam di beberapa bagian kota di Amerika Serikat itu.
Jam malam diberlakukan mulai Selasa malam, dari pukul 20.00 hingga 06.00 pagi. Namun, aturan ini tidak berlaku bagi penduduk yang tinggal di dalam area yang telah ditetapkan.
“Saya ingin memberi tahu masyarakat bahwa saya telah menetapkan status darurat lokal dan memberlakukan jam malam untuk kawasan pusat kota Los Angeles guna menghentikan aksi vandalisme dan penjarahan,” ujar Bass dalam konferensi pers pada Selasa malam, seperti dikutip The Los Angeles Times.
“Saya menetapkan jam malam mulai pukul 8 malam ini untuk wilayah pusat kota Los Angeles guna mencegah pihak-pihak yang memanfaatkan situasi kacau akibat eskalasi yang dipicu Presiden. Jika Anda tidak tinggal atau bekerja di pusat kota L.A., hindari kawasan tersebut. Penegak hukum akan menangkap siapa pun yang melanggar jam malam, dan Anda akan diproses hukum,” tulis Bass dalam unggahan di platform X.
Area yang terkena jam malam mencakup wilayah dengan radius satu mil persegi (sekitar 2,6 km persegi) dari pusat kota Los Angeles, yakni dari jalan bebas hambatan 5 (5 Freeway) hingga 110 Freeway, dan dari 10 Freeway hingga titik pertemuan antara 110 Freeway dan 5 Freeway, jelas Bass.
Ia menambahkan bahwa jam malam kemungkinan akan berlangsung selama beberapa hari. Keputusan soal kapan pembatasan ini akan dicabut masih belum ditentukan.
Pemberlakuan jam malam ini menyusul razia oleh Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) pada 7 Juni lalu di pusat kota Los Angeles untuk mencari imigran ilegal. Operasi tersebut memicu bentrokan antara petugas dan massa.
Menurut Wali Kota Bass, lebih dari 100 orang ditangkap selama aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak Senin (9/6) malam hingga Selasa (10/6) pagi.
Pada hari yang sama, Gubernur California Gavin Newsom mengancam akan menahan pembayaran pajak federal negara bagian sebagai tanggapan atas rencana pemerintahan Trump untuk memangkas besar-besaran dana federal.
Keesokan harinya, Gedung Putih mengumumkan pengiriman 2.000 personel Garda Nasional ke Los Angeles.
Menanggapi langkah itu, Newsom secara resmi meminta pembatalan keputusan tersebut, dan menuduh Gedung Putih sebagai pihak yang memprovokasi kerusuhan. Ia menegaskan bahwa sebelumnya tidak ada masalah di tingkat negara bagian maupun kota hingga Presiden ikut campur.
Sementara itu, seorang koresponden RIA Novosti melaporkan pada Selasa (11/6) bahwa para para pengunjukrasa berbaris dengan tertib di pusat kota Los Angeles, dan aparat kepolisian tidak melakukan intervensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara