Ribuan Pasangan Menikah Usia Subur di Kulonprogo Pilih Tidak Punya Anak

10 hours ago 5

Harianjogja.com, KULONPROGO–Angka kesuburan total atau total fertility rate (TFR) di Kabupaten Kulonprogo turun. Sebanyak 8% dari pasangan usia subur di Kulonprogo memilih tidak punya anak atau childfree setelah menikah.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kalurahan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMKPPKB) Kulonprogo mencatat berdasarka data survei Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pasangan usia subur sebanyak 63.122 pasangan.

Dari jumlah itu sebanyak 8% memilih childfree setelah menikah, atau sebanyak 5.049 pasangan.  “Angka delapan persen itu cenderung milih childfree yang jumlahnya mencapai 5.049 pasangan usia subur,” katanya, Jumat (16/5/2025).

Muhadi mengatakan, menurut BPS, data ini diperbarui pada 31 Desember 2024. Sedangkan mekanisme survei melibatkan tenaga lini lapangan atau penyuluh KB dan melalui aplikasi sistem informasi keluarga. 

Muhadi mengatakan pilihan childfree pada pasangan usia subur menurunkan jumlah angka kelahiran. “Rata-rata delapan persen pasangan usia subur Kulonprogo cenderung ingin childfree atau menikah tidak ingin punya anak sehingga menjadi keprihatinan,” katanya.

Gejala ini itu menurut Muhadi agak mencemaskan. Fokus Dinas PMKPPKB pun bergeser dari yang sebelumnya menekan angka kelahiran. Menurut dia, ini edukasi antara kelahiran dan kematian harus seimbang.B

BACA JUGA: Pemancingan di Maguwoharjo Sleman Diterjang Banjir 1 Meter, Kerugian Capai Rp30 Juta

Sedangkan TFR di Kulonprogo di bawah angka dua yang berarti potensi pertambahan penduduknya minus. Menurutnya satu pasangan dua anak itu sehingga idealnya angka TFR harus 2,1. Sedangkan di Kulonprogo angka TFR hanya 1,27 yang berarti rata-rata pasangan usia subur di Kulonprogo hanya melahirkan anak satu sampai dua saja. “Ketika angka kelahiran turun sehingga angka pernikahannya pun turun,” ungkapnya.

Dia pun tidak menampik, jika kondisi ini terjadi terus-menerus bukan tidak mungkin Kulonprogo sepi dari penduduk.

Muhadi menuturkan, suatu daerah kekurangan penduduk, maka dampak langsungnya antara lain minimnya penduduk usia produktif selaras dengan besarnya usia tidak produktif. Jika masyarakatnya berbasis pertanian maka juga berpotensi kekurangan tenaga kerja. “Kulonprogo itu pertumbuhan penduduknya minus terutama di 2024,” katanya.

Di sisi lain, Kantor Kemenag Kulonprogo selalu memberikan bimbingan pernikahan bagi para calon pengantin. Materi bimbingannya meliputi agama, ekonomi, kesehatan dan menangani konflik pernikahan.

Tujuannya tentu jelas agar menghindari perceraian dalam pernikahan. “Kami sudah punya target semua calon pengantin dapat bimbingan pernikahan dari semua aspek,” ujar Kepala Kantor Kemenag Kulonprogo Wahib Jamil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |