Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni saat ditemui di UGM pada Jumat (17/10/2025) - Harian Jogja // Catur Dwi JanatiÂ
Harianjogja.com, SLEMAN — Kementerian Kehutanan RI berupaya melestarikan satwa ikonik Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) melalui kebijakan translokasi dan penerapan teknologi Assisted Reproductive Technology (ART) atau teknologi reproduksi berbantu.
Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, mengatakan Badak Jawa merupakan salah satu satwa paling langka di dunia dengan habitat yang kini terancam. Ia menyebut, bencana alam seperti letusan Gunung Krakatau dapat membahayakan kelangsungan hidup spesies tersebut.
“Badak Jawa itu salah satu satwa yang sangat langka dan habitatnya memang terancam. Misalnya kalau na‘udzubillah, Krakatau meletus, itu akan menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan hidupnya,” ujar Raja Juli usai menghadiri Rapat Senat Terbuka Fakultas Kehutanan UGM, Jumat (17/10/2025).
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, Kementerian Kehutanan akan menerapkan teknologi ART dan biobank. Melalui teknologi ini, struktur genetik Badak Jawa akan dipelajari dan disimpan agar dapat digunakan kembali untuk proses reproduksi buatan, mirip konsep bayi tabung.
“Dengan Assisted Reproductive Technology ini, kami bisa mempelajari struktur genetik Badak Jawa dan menyimpannya di biobank. Sperma dan ovum akan disimpan, lalu suatu saat bisa dikawinkan kembali seperti proses bayi tabung,” jelasnya.
Raja Juli menuturkan, langkah tersebut menjadi bentuk mitigasi terhadap ancaman kepunahan akibat bencana atau faktor alam lainnya.
“Seandainya terjadi bencana besar seperti letusan Krakatau yang menyebabkan kepunahan, kami masih memiliki data genetik, sperma, dan ovum yang tersimpan. Insyaallah, itu bisa digunakan untuk mengembangbiakkan kembali,” tandasnya.
Selain melalui teknologi, pelestarian Badak Jawa juga dilakukan secara alami dengan memperbaiki habitat dan menjaga keseimbangan ekosistem. Kedua pendekatan ini diharapkan dapat berjalan beriringan.
“Habitat yang diperbaiki diharapkan dapat menambah populasi secara alami. Namun teknologi bayi tabung ini juga bisa menjadi opsi pelestarian di luar habitat,” katanya.
Lebih lanjut, Raja Juli menyampaikan bahwa upaya pelestarian Badak Jawa saat ini telah memasuki tahap translokasi, yaitu pemindahan sebagian populasi dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menuju Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA).
Translokasi tersebut bertujuan membentuk populasi kedua, memperbaiki keragaman genetik, serta menjamin keberlanjutan spesies dengan dukungan teknologi modern seperti ART dan biobanking.
“Sekarang masih dalam proses translokasi, bekerja sama dengan TNI. Satu pasang—jantan dan betina—akan digiring secara alami ke lokasi yang lebih aman. Dari sana kami bisa mempelajari seluruh informasi genetiknya,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News