Potensi Perusahaan DIY Bakal IPO di 2025, Ini Kata BEI DIY

15 hours ago 6

Potensi Perusahaan DIY Bakal IPO di 2025, Ini Kata BEI DIY Ilustrasi pasar modal. - Bisnis Indonesia/Dedi Gunawan

Harianjogja.com, JOGJA—Bursa Efek Indonesia (BEI) Yogyakarta menyebut saat ini ada beberapa perusahaan di DIY dari berbagai sektor dan berbagai ukuran baik besar dan kelas UMKM yang mencari informasi terkait dengan Initial Public Offering (IPO).

Kepala BEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza mengatakan informasi yang dicari terkait bagaimana cara mendapatkan pendanaan melalui IPO di BEI.

Menurutnya dari perusahaan-perusahaan yang mencari informasi, ada 1 atau 2 perusahaan yang mulai serius. Ia menyebut saat ini untuk tahap awal mereka mulai melakukan persiapan internal menuju IPO. "Kami berharap semoga diantaranya ada yang berhasil IPO di Akhir tahun 2025 atau awal tahun 2026," kata Irfan, Rabu (7/5/2025).

BACA JUGA: Begini Upaya BEI Jaga Stabilitas Pasar Modal Hadapi Kebijakan Trump

Ia menjelaskan melihat situasi dan kondisi yang terjadi di awal tahun 2025, ada beberapa perusahaan memutuskan untuk menunda IPO-nya, termasuk di DIY. Irfan mengatakan ada beberapa alasan perusahaan menunda IPO di 2025.

Pertama, terkait dengan keputusan internal perusahaan, seperti ingin melengkapi persyaratan yang diminta regulator. Misalnya laporan keuangan terbaru, dokumen legal, atau aspek administratif lainnya. Proses ini dinamis dan membutuhkan waktu agar semua dokumen dan persyaratan terpenuhi dengan baik.

Kedua adanya evaluasi dan seleksi dari BEI. Irfan menyebut BEI tidak terburu-buru meloloskan perusahaan untuk IPO. Sebab BEI menekankan pentingnya kualitas dan keberlanjutan bisnis calon emiten. BEI melakukan pemeriksaan mendalam dan hanya meloloskan perusahaan yang benar-benar siap dan memiliki model bisnis yang berkelanjutan.

"Jika ada kekhawatiran perusahaan akan mengalami masalah keuangan atau hukum setelah listing, BEI dapat meminta perbaikan atau bahkan menolak proses IPO tersebut," jelasnya.

Ketiga momentum dan sektor, menurutnya perusahaan juga mempertimbangkan momentum dari sisi sektoral. Jika sektor usaha perusahaan dinilai kurang tepat untuk masuk pasar pada saat itu, perusahaan cenderung menunda IPO. Selain itu, persiapan internal dan persetujuan dari pemegang saham juga dapat mempengaruhi waktu pelaksanaan IPO.

Terakhir ia menyebut faktor eksternal seperti dinamika pasar, ketidakpastian ekonomi, atau harga komoditas yang kurang mendukung juga menjadi alasan penundaan IPO. Perusahaan biasanya menunggu waktu yang dianggap paling optimal untuk mendapatkan valuasi terbaik dan minat investor yang tinggi.

BACA JUGA: BEI DIY Targetkan Penambahan 50.000 Investor Tahun Ini, 2 Perusahaan Go Public

Ia mengatakan penundaan IPO di tahun 2025 umumnya disebabkan oleh kesiapan internal perusahaan, seleksi ketat dari BEI, pertimbangan momentum sektor usaha, serta dinamika dan ketidakpastian pasar.

"Akan tetapi, kami tetap optimis, seiring dengan pertumbuhan jumlah investor di pasar modal, jumlah emiten juga tentunya akan mengalami pertumbuhan," lanjutnya.

30 Perusahaan

BEI mencatat hingga 2 Mei 2025 ada 30 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017 klasifikasi aset perusahaan yang saat ini dalam pipeline terdiri dari 3 perusahaan aset skala kecil dengan aset dibawah Rp50 miliar, 17 perusahaan aset skala menengah dengan aset antara Rp50 miliar- Rp250 miliar dan 10 perusahaan aset skala besar dengan aset diatas Rp250 miliar.

"Sampai dengan 2 Mei 2025 telah tercatat 13 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp6,94 triliun," ucapnya.

BACA JUGA: Belum Ada Perusahaan DIY yang Daftar IPO Tahun Ini, BEI DIY Ungkap Kendalanya

Sementara dilihat berdasarkan sektor, 30 perusahaan ini terdiri dari 1 perusahaan dari sektor basic materials, 4 perusahaan dari sektor consumer cyclicals, 5 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, 3 perusahaan dari sektor energy, 4 perusahaan dari sektor financials, 4 perusahaan dari sektor healthcare, 3 perusahaan dari sektor industrials. Lalu 1 perusahaan dari sektor infrastructures, 2 perusahaan dari sektor technology, dan 3 perusahaan dari sektor transportation dan logistic.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |