Harianjogja.com, BANTUL--Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul mengklaim ada penambahan jumlah potensi bencana di wilayahnya. Apabila sebelumnya ada 9 potensi bencana di Bumi Projotamansari, saat ini BPBD Kabupaten Bantul menyebut ada 11 potensi bencana terjadi di Bantul.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul Agus Yuli Herwanta menyebut kesebelas potensi bencana di Bantul tersebut adalah banjir, longsor, kekeringan, kebakaran, gempa bumi, tsunami, wabah penyakit, gelombang tinggi, abrasi, likuifaksi dan kegagalan teknologi. "Kalau potensi bencana yang baru itu, likuifaksi dan kegagalan teknologi," katanya, Minggu (27/4/2024).
Dari sebelas potensi bencana tersebut, Agus mengaku, potensi bencana paling tinggi adalah banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran. Keempat bencana ini setiap tahun pasti terjadi.
BACA JUGA: BPBD Bantul Imbau Waspada Cuaca Ekstrem
"Tetapi potensi bencana paling berat yang dihadapi Kabupaten Bantul adalah gempa bumi dan tsunami," jelasnya.
Oleh karena itu, Agus berharap gempa bumi dan tsunami tidak terjadi dalam waktu dekat. Atas hal itu, saat ini BPBD Bantul terus mengingatkan kepada masyarakat untuk waspada terkait gempa bumi dan tsunami. Apalagi Bantul memiliki sesar Opak, lalu ada lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Lempeng itu berpotensi menyebabkan gempa megathrust dan tsunami. "Jadi ada dua potensi gempa, yakni yang pertama megathrust, yang kedua gempa di sesar Opak," ungkapnya.
Kemudian BPBD kata Agus, juga terus mewaspadai bencana tsunami, dengan jalan BPBD bersama dengan BMKG membentuk Kelurahan Siaga Tsunami untuk Kalurahan Parangtritis, Trimurti, Gadingsari dan Poncosari. Selain itu, BPBD Bantul juga telah memiliki 29 Early Warning System (EWS) yang dipasang di pinggir pantai.
"Secara kajian, memang jumlah EWS itu masih kurang. Nah, dari 29 EWS itu selalu kami cek tiap bulan. Alhamdulillah sejauh ini EWS juga berfungsi semua dan ketika ada kerusakan 1- 2 EWS, langsung kami perbaiki," jelasnya.
Sebagai upaya mitigasi, BPBD juga menggandeng Disdikpora Bantul dengan memberikan pendidikan terkait kebencanaan di tingkat TK, SD, dan SMP. Upaya lain dari BPBD Bantul adalah mengintensifkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sukarelawan di wilayahnya. Salah satunya dengan memberikan perlindungan asuransi.
"Saat ini 507 sukarelawan penanggulangan bencana di Bantul telah mendapatkan perlindungan asuransi. Ini adalah bentuk apresiasi kami sekaligus antisipasi atas risiko di lapangan," ungkapnya.
Agus juga menyatakan, BPBD juga rutin setiap tahun juga melibatkan relawan dalam rangka untuk menggiatkan masyarakat dalam pencegahan kesiapsiagaan dan mitigasi kepada bencana.
"Tujuannya, apabila muncul potensi dan terjadi bencana maka akan langsung bertindak," ucap Agus.
Di sisi lain, Pemkab Bantul pada 2025 menargetkan ada tambahan 50 Sekolah menjalankan program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) pada 2025. Pasalnya, program SPAB ini penting guna mendorong masyarakat mewaspadai sejumlah potensi bencana alam.
Ketua Komisi A DPRD Bantul Jumakir menyatakan, tidak hanya siswa yang dilibatkan dalam program SPAB, tapi guru juga terlibat dalam program itu.
Jumakir juga memastikan saat ini sudah ada 1.000 guru di Kabupaten Bantul yang telah menjalani bimbingan teknis (Bimtek) kebencanaan dan telah mengantongi sertifikat. Hal itu dilakukan sebagai upaya dari Pemkab dan DPRD Bantul untuk membentuk guru yang tangguh bencana.
"Sehingga tanggung jawab apabila ada bencana tidak hanya dari pihak sekolah, tapi guru dan siswa juga memiliki tanggung jawab yang sama," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News