Posisi Juara O2SN di Kapanewon Ngemplak Ditukar, Orang Tua Siswa Protes

2 days ago 4

Harianjogja.com, SLEMAN—Seleksi Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) jenjang sekolah dasar (SD) di Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman mendapat protes dari salah satu orang tua peserta seleksi. Dalam seleksi ini, ada dugaan tukar menukar posisi juara.

Orang tua peserta, Arif Wahyudi, mengatakan dugaan kecurangan tersebut berlangsung ketika penjaringan atlet cabang olahraga (cabor) renang yang berlangsung di Kolam Renang Eka Tirtasari, Kalasan, Selasa (15/4/2025).

Dalam seleksi tersebut, atlet renang bernama Ahza Alarik dari SD Muhammadiyah Macanan berhasil menyapu bersih kemenangan di empat nomor pertandingan yang dia ikuti. Setiap atlet memang diperbolehkan memilih maksimal empat nomor pertandingan.

Arif menjelaskan Ahza memenangi empat nomor pertandingan secara telak. Jarak dia dan peserta lain dalam seleksi terpaut jauh. Di nomor gaya bebas 100 meter putra, Ahza menjaga jarak 25 meter dengan peserta nomor dua.

Menurut official, Ahza terindikasi mencuri start di nomor 100 meter gaya bebas putra. Meski hal itu dianggap diskualifikasi, pencapaian Ahza juga masih tidak terkejar lantaran di tiga  nomor lainnya, dia juga memenangi pertandingan atau berhak mendapat tiga poin emas.

Raihan tiga emas tersebut sulit dikejar peserta lain. Pasalnya, tiap atlet hanya diperbolehkan mengikuti maksimal empat nomor perlombaan. Sementara di empat nomor perlombaan itu Ahza selalu menang.

Seorang peserta dari SD lain justru menjadi juara satu dengan raihan tiga emas dan satu perak. Dalam salah satu nomor pertandingan, Ahza pun memenangi pertandingan dibandingkan dengan peserta tersebut.

BACA JUGA: Tim Gegana Sterilisasi Dua Gereja di Bantul Jelang Paskah 2025

“Official kemudian memutuskan bahwa anak saya hanya mendapat dua emas dan satu perak. Ini sungguh di luar logika. Saya kemudian memprotes keras indikasi kecurangan ini. Anak saya, Ahza, akhirnya bisa mendapat juara satu sebagaimana mestinya. Official mengaku ada kesalahan teknis,” kata Arif dikonfirmasi, Kamis (17/4/2025).

Arif berharap kejadian yang menimpa anaknya bukan sebuah kesengajaan. Kata dia, semangat Olimpiade yang seharusnya membentuk karakter generasi fair play justru berubah dan menjadi preseden buruk. Hal ini dapat memengaruhi kepribadian dan membentuk budaya kompetisi yang tidak adil.

Adapun juara I dalam seleksi itu berhak menjadi wakil kapanewon untuk bersaing di tingkat kabupaten.

Belum Tahu

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sleman, Heru Saptono, mengaku belum mengetahui kejadian tersebut. Kata dia, Peserta layak lolos dalam seleksi apabila memenuhi kriteria penilaian yang ada.

“O2SN memang kami yang menyelenggarakan. Tapi penentuan siapa yang juara ya juri atau panitia pelaksana. Saya sebagai kepala dinas juga tidak bisa menentukan. Tidak mungkin juga,” kata Heru.

Heru memberi saran agar Arif membuat laporan yang memuat kronologis kejadian tersebut. Dispora akan memberi tanggapan setelah laporan tersebut masuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |