Sejumlah ibu dari beragam elemen hadir dalam Kenduri Suara Ibu yang digelar di Bundaran UGM untuk menyuarakan aspirasinya mengenai program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Jumat (17/10/2025). - Harian Jogja / Catur Dwi JanatiÂ
Harianjogja.com, SLEMAN—Platform pemantauan independen program Makan Bergizi Gratis (MBG) bernama MBG Watch mencatat 146 laporan dugaan masalah sejak diluncurkan satu bulan lalu. Dari laporan yang masuk mayoritas aduan tentang keracunan makanan, nilai gizi rendah, dan makanan tidak matang.
Peneliti Celios dan MBG Watch, Jaya Darmawan, menjelaskan MBG Watch merupakan platform kolektif yang diinisiasi oleh Celios, TII, Lapor Sehat, Bareng Warga, dan LBH Jakarta.
“Di situ nanti ada beberapa bentuk laporan, bisa terkait dengan keracunan, terkait dengan korupsi, terkait dengan gizi atau terkait dengan tata kelola yang lain,” jelasnya, Jumat (17/10/2025), saat acara Kenduri Suara Ibu di Bundaran UGM.
Platform yang bersaka disebut Jaya menduplikasi bentuk seperti Lapor Covid dan Kawal Covid yang pernah aktif saat pandemi. MBG Watch lanjut dia memiliki prinsip yang sama yakni menyuarakan aspirasi publik.
“Pada 17 Oktober ini terdapat 146 laporan yang tadi saya sampaikan tiga terbesar ada terkait dengan keracunan terkait dengan nilai gizi, dan terkait dengan makanan yang tidak matang,” ungkapnya.
Laporan-laporan yang masuk, kata Jaya, akan dikonsolidasikan dan divisualisasikan ke dalam platform yang bisa dipantau publik. Ke depannya MBG Watch disebut Jaya kemungkinan akan berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk beberapa lembaga terkait dengan lembaga bantuan hukum.
“Kami akan melakukan konsolidasi yang lebih kuat, misalkan terkait gugatan publik, misalkan terkait dengan kami akan membuat petisi bersama atau kami akan sampaikan langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan, pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab seperti penegak hukum,” tandasnya.
Sebelum diimplementasikan, Jaya menyatakan jika pihaknya sempat memberikan rekomendasi dua hal. Pertama yakni pelaksanaan program MBG yang diwujudkan menjadi cash transfer atau diberikan tunai. Kedua pihaknya merekomendasikan agar program ini dikelola oleh sekolah. Namun kedua rekomendasi itu tidak diimplementasikan.
“Makanya yang terbaik sekarang adalah situasinya adalah stop dulu itu dialihkan untuk cash transfer entah itu memakai platform atau metodologi yang sama dengan PKH atau conditional cash transfer misalkan pakai kupon, terus nanti ada beberapa pihak dari BGN atau dari pemerintah yang ngecek ke rumah-rumah,” tuturnya.
Sementara itu, Gerna, perwakilan dari Kenduri Suara Ibu, menegaskan bahwa seruan para ibu tetap sama yaitu mengusulkan penghentian sementara dan evaluasi terhadap program MBG.
“Seruan kami hari ini sama, kami menginginkan supaya program ini dihentikan untuk dievaluasi. Jadi dievaluasi, tapi sebelumnya dihentikan dulu. Tidak, dievaluasi sambil jalan,” ujarnya.
Gerna menambahkan, dorongan penghentian program menguat setelah sejumlah kasus keracunan makanan masih terus bermunculan.
“Apalagi kata Gerna sejumlah kasus keracunan makanan masih terus bermunculan. Teranyar Gerna menyebut sial kejadian keracunan makanan di Kota Jogja yang dialami ratusan siswa SMA,” tulisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News