Tri Martini (berhijab) saat menunjukkan hasil pengolahan sampah plastik kepada mantan Presiden Joko Widodo di Bank Sampah Banjarnegara, beberapa waktu lalu. - Ist
Harianjogja.com, JOGJA–Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan teknologi Pirolisis Faspol 5.0 yang diklaim lebih aman dan efisien dalam mengolah sampah plastik menjadi petasol atau singkatan dari Polietilena (PE) setara solar.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Martini mengatakan teknologi tersebut mampu mengolah sampah plastik dengan lebih aman dan efisien daripada teknologi pirolisis sebelumnya. Dia menuturkan dengan pirolisis fastpol gen 5, persentase efisiensi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar dapat mencapai 90-100%.
Sampah yang dapat diolah menggunakan teknologi tersebut berupa sampah plastik PE berupa sampah plastik, ban bekas, oli dan styrofoam. Bahan baku sampah kering kotor dan lembab dapat diproses dengan teknologi tersebut. Namun, menurut Tri, efisiensi pengolahan sampah tersebut akan lebih tinggi ketika sampah yang diolah sudah bersih dari debu, pasir atau tanah serta kering.
Keamanan pengolahan sampah menggunakan teknologi tersebut dinilai lebih tinggi daripada pirolisis generasi sebelumnya. Teknologi tersebut dirancang tanpa elbow dan pipa lengkung, namun menggunakan multi kondensor untuk mengurangi ledakan.
Teknologi tersebut juga dirancang dengan proses katalis dalam pengolahan sampahnya. Kemudian, teknik katalis dalam teknologi tersebut dilakukan pada suhu 350-385 derajat celcius atau lebih rendah daripada teknologi pirolisis lainnya.
BACA JUGA: Warga Keparakan Ubah Sampah Organik Menjadi Kompos dengan Lubang Resapan Biopori
Hasil olahan sampah dengan teknologi tersebut pun telah dimurnikan dengan proses treatment. Sehingga densitas solar mendekati standar solar sesuai Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas).
Dia menuturkan terhadap teknologi tersebut telah dilakukan uji coba beberapa kali. Dari uji coba tersebut, petasol berhasil memenuhi 18 parameter standar bahan bakar minyak (BBM). Kemudian, angka setana produk tersebut pun mencapai 54. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan biosolar yang mencapai 48.
Dia menuturkan teknologi tersebut telah diterapkan di Semarang beberapa waktu lalu dengan mengolah sampah plastik hingga 50 kg. Dari situ sampah plastik berhasil diolah menjadi petasol hingga 45 liter.
Saat ini teknologi pengolahan sampah tersebut telah tersedia di e-katalog dengan pilihan kapasitas pengolahan sampah mencapai 50 kg, 100 kg, dan 200 kg. Untuk mengolah sampah tersebut diperlukan waktu sekitar 8-12 jam.
Menurut Tri, telah ada lebih dari 50 lokasi yang menggunakan teknologi tersebut untuk mengubah sampah plastik menjadi petasol. Di Bengkulu, teknologi tersebut bahkan telah digunakan sebagai bahan bakar truk yang mengangkut sampah.
“Saat ini Pirolisis Faspol 5.0 bisa dibeli online, atau dengan menelpon workshop di Banjarnegara,” ujarnya.
Untuk setiap paket pengolahan sampah yang dijual, pembeli akan diberikan pelatihan untuk mengolah sampah plastik hingga menjadi petasol. Diperkirakan waktu instalasi mesin pengolah sampah tersebut hingaa pengoperasioan diperlukan waktu sektiar dua minggu hingga satu bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News