Para pelajar dan pengajar menangani kendaraan listrik di Bengkel Kendaraan Listrik SMKN 1 Seyegan pada Selasa (3/6/2025). - Harian Jogja // Catur Dwi Janati
Harianjogja.com, SLEMAN -- Berkembangnya industri Electric Vehicle (EV) atau kendaraan listrik yang seiring bertambahnya penggunanya, tak dibarengi dengan jumlah bengkel kendaraan listrik yang ada. Namun di Margomulyo, Seyegan berdiri bengkel kendaraan listrik bersertifikat Kementerian Perhubungan yang kebanjiran konversi dan servis kendaraan listrik setiap harinya. Dipegang tangan-tangan terampil generasi muda, EV diobati hingga sembuh di Bengkel Kendaraan Listrik SMKN 1 Seyegan.
Di kala hari yang kian terik menjelang setengah hari, sejumlah orang masih terlihat sibuk di salah satu bagian sekolah yang sekilas jelas terlihat merupakan ruangan bengkel. Di dalamnya, murid dan guru saling bertukar ilmu menuntaskan motor-motor listrik yang sakit yang beberapa di antaranya seperti habis dibedah.
Ada yang motor listrik yang dibedah sampai kelihatan rangkanya. Ada pula motor yang nampak dibuka tubuhnya, hingga mencintai kabel-kabel yang seakan jadi saraf dan nadi pada tubuh kendaraan listrik.
Seperti tak terusik oleh cuaca terik yang masuk ke area bengkel kendaraan listrik, para mekanik asik mengutak-atik pasiennya, kendaraan listrik yang sakit. Dengan bekal ilmu pengetahuan, para siswa nampak cekatan, menangani kendaraan listrik yang tak punya banyak suaka untuk disembuhkan.
Keandalan para pelajar dalam memperbaiki kendaraan listrik, tak ujug-ujug datang ke tangan para montir. Mereka harus menempuh pendidikan teknik ototronik untuk bisa jadi mekanik di bengkel kendaraan listrik.
Kepala SMKN 1 Seyegan, Yon Fatkhunal Huda menjelaskan teknik ototronik sejatinya merupakan sebagian dari bidang keahlian otomotif. Dulunya sebagian besar materi pelajaran di teknik ototronik merupakan irisan dari kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan (TKR)
"Jadi lebih ke arah mobil-mobil konvensional, mobil-mobil berbahan bakar minyak ya. Tapi kemudian kita lihat kita harus sedikit menajamkan, harus ada perbedaan antara bengkel TKR dengan program kealian teknik ototronik. Jadi kami kemudian fokus kepada kendaraan listrik ini," jelas Yon ditemui pada Selasa (3/6/2025) di Bengkel Kendaraan Listrik SMKN 1 Seyegan.
Sebelum berkonsentrasi ke kendaraan listrik, guru-guru di SMKN 1 Seyegan kata Yon sudah berhasil membuat mobil listrik konversi. Berangkat dari situ kemudian dibuat lah satu lagi mobil listrik lainnya untuk dijadikan sebagai bahan belajar.
"Bahan belajar bagi guru-guru. Nah guru-guru itu di situ belajar sebenarnya lebih banyak belajar pedagogik yaitu teknik mengajar. Saya ingin guru-guru itu paham bagaimana cara mengaplikasikan project based learning di dalam proses pembelajaran," ungkapnya.
Dari berbagai pengalaman yang telah dilalui para guru, selanjutnya pengetahuan itu ditularkan ke murid. Para siswa selanjutnya diminta untuk mengkonversi sepeda motor menjadi kendaraan listrik. Bahkan konversi motor listrik yang dikakukan siswa SMKN 1 Seyegan sempat jadi jawara di tingkat nasional. Selanjutnya bengkel kendaraan listrik terus dikembangkan di SMKN 1 Seyegan.
Arah perkembangan sekolah sejalan dengan program pemerintah tentang kendaraan listrik. Sekolah yang serius menekuni kendaraan listrik kemudian dituntut untuk mengajukan sertifikasi bengkel.
BACA JUGA: Sedan Listrik Xiaomi SU7 Ultra Bakal Hadir di Gran Turismo 7
"Sebuah bengkel konversi kendaraan listrik itu harus memenuhi persyaratan teknis, keamanan, juga legalitas. Sehingga kedudukan sertifikat ini menjadi sangat penting ketika bengkel meskipun punya kemampuan tapi belum bersertifikat memang tidak bisa melakukan proses konversi," ungkapnya.
Berawal dari bengkel konversi, SMKN 1 Seyegan menjadi jujugan servis kendaraan listrik. Pasalnya di tengah meningkatnya pengguna kendaraan listrik, jumlah bengkel yang mampu melayani servis kendaraan listrik masih belum banyak.
"Sekarang saya lihat banyak orang yang mulai menggunakan sepeda motor listrik, sepeda listrik. Tapi dia tidak tahu kemana ketika ada masalah rusak atau butuh perawatan dan sebagainya," ungkapnya.
Kebutuhan masyarakat akan bengkel servis ini coba ditangkap sekolah. Sehingga tak hanya mengkonversi kendaraan berbahan bakar BBM menjadi bertenaga listrik, bengkel sekolah juga mencoba melayani servis kendaraan listrik yang bisa masuk setiap harinya.
"Ini juga akan kita tangkap sehingga akhirnya nanti bengkel konversi bersertifikat ini akan bertambah peran. Tidak hanya mengkonversi tapi juga melayani perbaikan dan perawatan kendaraan listrik," tandasnya.
Sejak adanya program konversi kendaraan listrik dan juga melonjaknya minat dunia akan EV, Yon menilai semangat belajar para siswa ikut terpacu. Yon bilang jika mindset peluang karier di bidang kendaraan listrik ke depannya juga akan semakin besar.
"Karena nanti akan semakin banyak industri-industri yang bergerak di bidang industri baterai, industri kendaraan listrik, motor listrik. Nanti yang di Indonesia sendiri akan semakin banyak," tegasnya.
Bahkan pabrikan kendaraan listrik adal China disebut Yon juga telah menjalin pembicaraan yang arahnya siap menampung lulusan teknik ototronik dari SMKN 1 Seyegan. Padahal SMKN 1 Seyegan memiliki total enam kelas teknik ototronik dengan masing-masing dua kelas di tiap tingkatannya.
"Saya berharap bahwa ketika kami sudah betul-betul menjalankan program konversi kendaraan listrik. Ini kan akhirnya jadi teaching factory," ungkapnya.
"Jadi teaching factory lami, anak-anak mendapatkan pengalaman yang tidak hanya pengalaman teknis tentang kendaraan listrik, tapi juga budaya kerja. Berarti harapan kita anak-anak begitu mengikuti program ini lulusnya nanti sudah punya kesiapan yang lebih untuk masuk ke dunia kerja," imbuhnya.
Sebelum mapan seperti ini, perjalanan Bengkel Kendaraan Listrik SMKN 1 Seyegan untuk meraih sertifikasi dari Kementerian Perhubungan sebagai bengkel pemasangan, perawatan, pemeriksaan, peralatan instalasi sistem penggerak motor listrik pada kendaraan bermotor melewati proses yang tak singkat. Ketua Program Keahlian Teknik Ototronik, Wahyu Arif Budiman mengungkapkan untuk mengajukan bengkel resmi konversi kendaraan listrik, pertama peralatan dan SDM yang dimiliki bengkel telah sesuai syarat Permenhub.
"Di situ sudah dijelaskan syarat-syarat minimalnya, itu harus memiliki teknisi sejumlah lima personel. Kemudian untuk peralatan bisa dilihat ini yang ada di lemari-lemari itu adalah peralatan minimalnya," ungkapnya.
"Tapi secara kebetulan kami bisa memenuhi lebih dari itu, karena sebelumnya kan bengkel ini sudah ada, sehingga kami tinggal menyesuaikan saja yang belum ada itu, lebih ke spesifik peralatan di kendaraan listriknya," tandasnya.
Jika dari peralatan dan SDM sudah memenuhi, kemudian permohonan diajukan ke Direkturat Jenderal Perhubungan Darat. Kemenhuh selanjutnya akan datang langsung untuk memverifikasi peralatan, SDM dan semua syarat lainnya.
Apabila sudah sesuai, maka dari Kemenhub akan menerbitkan sertifikat resmi. SMKN 1 Seyegan sendiri mengantongi dua sertifikat, yakni sertifikat untuk kendaraan listrik roda dua yang terbit pada 2023 dan kendaraan listrik roda empat yang terbit pada 2024 lalu.
Sertifikat ini tentu akan membedakan bengkel kendaraan listrik terserifikasi Kemenhub dan bengkel di luar lainnya. Salah satu yang kentara yakni bengkel listrik SMKN 1 Seyegan bisa mengajukan Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) sesuatu yang tak bisa dilakukan bengkel kendaraan listrik yang tak bersertifikat.
"Dengan adanya sertifikat ini, kami bisa mengeluarkan yang namanya ini, sertifikat uji tipe kendaraan bermotor konversi. Jadi kami bisa membuat, kemudian kita bisa mengajukan sertifikat Ini kemudian setelah ini kita bisa mengajukan Sertifikat Registrasi Uji Tipe," ungkapnya.
Untuk konversi kendaraan berbahan bakar BBM ke energi listrik, tarif yang dikenakan tergantung spesifikasi motor. Dengan banderol Rp10 juta, masyarakat bisa mengonversi kendaraannya ke kendaraan listrik. Kapasitas baterai dan jenis motor akan mempengaruhi biaya konversi kendaraan listrik.
"Baterai kaitannya ke jarak tempuh. Kemudian kalau motor itu terhadap kemampuan tanjakan," jelas dia.
Semenjak mengantongi sertifikat Kemenhub, sudah 44 sepeda motor yang semula berbahan bakar BBM yang dikonversi ke energi listrik. Sementara empat mobil sudah dikonversi jadi kendaraan listrik.
"Untuk motor sudah masuk di platformnya ESDM. Jadi semua yang ingin mendapatkan subsidi ya harus mendaftar lewat ESDM," ungkapnya.
Padahal untuk di DIY, SMKN 1 Seyegan kata Wahyu menjadi satu-satunya bengkel kendaraan listrik yang tersertifikasi dari Kementerian Perhubungan. Sementara untuk Jateng dan DIY, Bengkel Kendaraan Listrik SMKN 1 Seyegan menjadi satu dari dua bengkel listrik yang tersertifikasi di area Jawa bagian tengah.
Banyaknya penjualan kendaraan listrik dan penggunanya membuat Bengkel Kendaraan Listrik SMKN 1 Seyegan dibanjiri masyarakat yang ingin servis kendaraan listrik.
"Karena penggunanya sudah banyak, tapi bengkelnya masih sedikit. Jadi kami tetap menerima kebutuhan masyarakat. Karena kalau kami menolak, murah kasihan juga terhadap warga sekitar," tuturnya.
Padahal kadang masalah yang dihadapi juga terbilang sepele. Misal ada motor listrik yang bannya bocor, namun karena banyak kabel di kendaraannya membuat tukang tambal ban konvensional enggan melakukan penambalan. Ujung-ujungnya motor di bawa ke Bengkel Kendaraan Listrik milik SMKN 1 Seyegan.
Meski demikian kadang kendaraan listrik yang diservis datang dengan persoalan rumit seperti mengalami masalah pada baterai atau komponen kelistrikan.
Buka dari Senin hingga Sabtu, tak kurang empat kendaraan listrik masuk ke bengkel kendaraan listrik SMKN 1 Seyegan. Dengan guru berpengalaman dan siswa yang telah dididik teknik ototronik, semua kendaraan listrik yang datang diobati hingga sembuh. Bahkan ada kendaraan dari Tangerang hingga Jakarta yang digarap di bengkel kendaraan listrik yang terletak di Seyegan ini untuk disembuhkan.
Sebagai pengajar teknik ototronik Wahyu melihat berkembangnya industri kendaraan listrik saat ini membuat materi yang diajarkan juga harus berkembang dan terbaru. Sementara untuk peluang kerja, Wahyu melihat peluang karier siswa teknik ototronik berpotensi mentereng ke depannya seiring majunya industri kendaraan listrik.
"Untuk peluang kerjanya. Peluang kerjanya bengkel yang menerimanya memang sedikit. Tapi untuk peluang berwiraswasta malah menjadi banyak," ujarnya.
BACA JUGA: Harga Sedan Chery Terbaru, Kelebihan dan Spesifikasinya
"Ada alumni, dia yang bikin perusahaan di kendaraan listrik, otomatis adik kelasnya ikut. Malah membuka lapangan kerja lebih banyak di sektor jasa kendaraan listrik," tambahnya.
Manfaat adanya bengkel kendaraan listrik bersertifikat Kemenhub bagi siswa, nampaknya bukan isapan jempol belaka. Salah satu siswa SMKN 1 Seyegan, Bagoes Randy dari jurusan sepeda motor Seyegan mengungkapkan bagaimana manfaat bengkel ini terhadap pengetahuan siswa.
"Keberhasilan bengkel listrik di SMKN 1 Seyegan itu juga bisa menjadi sarana buat teman-teman siswa untuk belajar mengenai kendaraan listrik," ujarnya.
Dengan adanya bengkel ini, Bagoes bisa menyelaraskam antara teori yang didapatnya dalam mata pelajaran dengan situasi sesungguhnya di bengkel. Cara ini membuat teori dan praktik bisa sinkron. Terlebih fasilitas alat yang ada di bengkel juga telah memadai sehingga bisa menangani berbagai kasus kerusakan kendaraan listrik.
"Buat ngetes baterai, untuk membuat rangka, untuk membuat bodi juga ada [alatnya]," ungkapnya.
Bagi Bagoes, pengetahuan yang ia peroleh selama berkegiatan di bengkel listrik milik sekolah akan menjadi bekal untuknya menatap dunia kerja. Seiring banyaknya pengguna kendaraan listrik, makin banyak pula kebutuhan akan jumlah mekanik.
"Menurut saya ini menjadi peluang kerja yang sangat menguntungkan. Soalnya ini jujur belum banyak bengkel [listrik ini], ke depannya siswa berpikir bisa membikin motor listrik, bisa membuat bengkel listrik sendiri," imbuhnya.
Belum lagi seiring bertambahnya pengguna kendaraan listrik ini juga berpotensi membuat berdirinya pabrik kendaraan listrik di Indonesia. Kans diserapnya lulusan di SMKN 1 Seyegan akan besar. Pasalnya mereka telah akrab dengan berbagai komponen kendaraan listrik dari perkitan hingga perbaikannya, bisa jadi mereka jadi yang terdepan direkrut oleh pabrikan kendaraan listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News