Kendaraan bermotor sedang melintas di depan gerai Koperasi Desa Merah Putih Sidomulyo di Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman, Senin (21/7 - 2025). KDMP Sidomulyo menjadi salah satu percontohan sehingga bisa beroperasi maksimal, berbeda dengan beberapa KDMP lainnya yang masih kesulitan permodalan.
Harianjogja.com, SLEMAN—Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Hargobinangun menjadi salah satu koperasi yang telah beroperasi di Kabupaten Sleman. Guna menjalankan operasional koperasi tersebut, koperasi menggunakan modal yang berasal dari iuran pokok dan wajib anggota. Aset dan permodalan memang masih menjadi kendala bagi beberapa KDMP di Sleman, bahkan di KDMP Sidoluhur belum beroperasinya sama sekali.
Ketua KDMP Hargobinangun, Arif Yuwantoro, mengatakan ada 45 warga Hargobinangun yang tercatat sebagai anggota KDMP per Selasa (22/7/2025) pukul 13.10 WIB. Iuran anggota yang ditetapkan melalui musyawarah kalurahan sebesar Rp100.000 iuran pokok dibayar sekali dan iuran wajib Rp10.000 dibayar setiap bulan.
“Kami baru dapat modal Rp4,5 jutaan. Ini kami gunakan untuk operasional saja, membeli alat tulis dan keperluan lain. Kalau pengadaan gas begitu, kami kerja sama dengan Pertamina. Hari Minggu kemarin [20 Juli] kami dapat suplai 60 tabung,” kata Arif dihubungi, Selasa (22/7).
Arif menambahkan koperasi menjual gas elpiji hanya kepada anggota. Anggota bisa membeli dengan harga sesuai harga eceran tertinggi (HET) Pertamina Rp18.000. Memang baru pangkalan gas saja unit usaha yang berjalan.
Total ada sembilan unit usaha, mulai dari gerai sembako, klinik desa, apotek desa, cold storage, aktivitas persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin kantor dan perorangan, makanan, simpan pinjam, dan reparasi mobil.
Reparasi mobil itu nantinya akan menyediakan spare part Jeep Wisata. Unit usaha ini menjadi potensi besar lantaran Hargobinangun menjadi bagian dari kawasan wisata yang terintegrasi dengan kaliurang.
Kerja sama dengan BRI juga sedang dilakukan melalui penyediaan BRIlink. Begitupun dengan Pos Indonesia sebagai agen pos juga akan membuka gerai di KDMP Hargobinangun.
Ihwal bangunan dan kantor koperasi, Arif mengaku ada tiga los kios di Pasar Sompilan yang pihaknya ubah menjadi gerai-gerai usaha. Los tersebut merupakan bantuan dari Pemerintah Kalurahan Hargobinangun. “Operasional kami sejak akhir Juni 2025. Kami mulai dengan pendaftaran anggota dari warga Hargobinangun,” katanya.
Pengurus koperasi masih mengupayakan operasional delapan unit usaha lainnya. Belum ada rencana peminjaman modal ke Himpunan Bank Negara (Himbara). Pasalnya, Himbara juga mensyaratkan rencana bisnis untuk mengakses permodalan.
Arif menegaskan modal dari Himbara adalah pinjaman. Koperasi tetap harus melunasi pinjaman tersebut atau mengeluarkan dana. “Padahal seperti klinik begitu modalnya besar; untuk sarana prasarana saja bisa Rp750 jutaan. Belum operasionalnya. Kami pikirkan juga apakah klinik ini dapat bertahan lama atau tidak,” ucapnya.
Sementara, Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Sidomulyo juga telah beroperasi. Berbeda dengan KDMP Hargobinangun, KDMP Sidomulyo merupakan mockup atau percontohan yang dapat meminjam modal ke Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Koperasi.
Ketua KDMP Sidomulyo, Sigit Triwibowo, mengatakan KDMP Sidomulyo juga menggunakan iuran pokok Rp100.000 dan wajib Rp20.000 untuk operasional koperasi. Menurut dia, ada lebih dari 100 anggota yang saat ini tercatat dan telah memberikan iuran pokok dan wajib. Dengan mengacu pada 100 anggota saja, koperasi telah mendapat modal Rp12.000.000. Dia menargetkan keanggotaan hingga 2.000 orang.
KDMP Sidomulyo menyewa ruko milik Lurah Sidomulyo, Rustho Busono. Disinggung ihwal keseluruhan modal untuk menjalankan koperasi, Sigit mengaku belum menghitung. Dia hanya menyampaikan modal usaha berasal dari iuran pokok dan wajib anggota.
“Koperasi kami memang masih sederhana; yang penting sudah mulai jalan. Pinjaman modal belum kami lakukan juga ke Himbara [atau LPDB]. Kami masih melakukan kajian,” kata Sigit.
Adapun unit usaha yang telah beroperasi ada apotek, pangkalan gas, sembako, dan Pos Indonesia. Saat ini pengurus koperasi masih mengkaji pembukaan unit simpan pinjam dan digital creative. Digital creative ini selain menyediakan jasa juga menopang pemasaran dan branding koperasi.
Belum Beroperasi
Berbeda dengan kedua KDMP itu, KDMP Sidoluhur justru belum beroperasi. Ketiadaan aset dan modal mengganjal operasional koperasi. Keanggotaan pun masih sedikit. Ketua KDMP Sidoluhur, Triyono, mengatakan tidak ada aset yang bisa digunakan koperasi. Paling cepat, koperasi akan menyewa bangunan meski belum ada biaya sewa.
“Kami ingin menegosiasikan sewa satu sampai dua bulan. Harapannya termin untuk operasional tahap satu meski utang atau gimana untuk unit sembako dan gas elpiji bisa cepat cair. Dengan begitu beban sewa bisa kami bayar,” kata Triyono.
Bangunan yang akan koperasi sewa memiliki luasan 500 meter persegi. Bangunan itu bekas klinik sehingga punya banyak ruang. Anggota koperasi saat ini baru sekitar 20 orang dari 14.000 warga Kalurahan Sidoluhur. Belum ada cukup modal. Anggota koperasi yang berasal dari pamong kalurahan pun ada yang masih belum membayar iuran pokok dan wajib.
Satu-satunya cara agar keanggotaan tersebut cepat bertambah, kata Triyono adalah ada instrumen atau aturan yang menjadikan KDMP sebagai pemegang utama peredaran elpiji 3 kilogram di satu wilayah kalurahan.
“Aturan main distribusi gas elpiji yang baru terus bagaimana. Bagaimana agen-agen gas elpiji yang sudah ada ini,” katanya.
KDMP Sidoluhur juga belum berencana meminjam modal ke Himbara. KDMP benar-benar mulai dari nol, tidak sama seperti koperasi lain yang memang sudah punya unit usaha dan tinggal diintegrasikan ke koperasi. Dengan demikian aset dan permodalan masih menjadi kendala beroperasinya KDMP di Sleman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News